Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Scene Three

Aletha memasang kuda-kuda. Kedua tangannya gemetaran, jemarinya mengepal dan memasang posisi siap bertarung. Meskipun Aletha sendiri tidak pernah berlatih bela diri.

"Kembalikan kotakku! A-aku serius," ucapnya tergagap, namun berusaha terlihat berani.

"K-kau pencuri ulung, aku bersumpah akan mematahkan tanganmu itu jika berani-beraninya mencoba membuka kotakku." Aletha tak melepas pandang dari kotak tersebut.

Felix terbelalak. "Kau pikir orang setampan aku ini pencuri?"

"Cepat kembalikan!"

Felix terdiam, dia menghela napas kasar, memerhatikan posisi ketakutan gadis di hadapannya itu. "Sudah kubilang, kan, aku alien."

"Jangan mengada-ada! Kau pikir aku akan percaya ucapan seperti itu?!"

Felix tersenyum miring, dia merasa telah diremehkan oleh seorang gadis. Namun, Felix tak tinggal diam untuk membuktikan bahwa perkataannya itu benar.

Felix merogoh saku celana panjangnya. Mengeluarkan sebuah benda kecil dengan berbagai macam tombol. Felix melihatnya sebentar kemudian memencet salah satu tombol yang ada pada benda kecil tersebut.

Tiba-tiba sebuah cahaya berpendar memenuhi ruangan. Semesta melingkupi keduanya sebagai sebuah gambar hidup. Aletha melemaskan pertahannya. Takjubnya pada hunian luar angkasa yang luar biasa indah.

"Wow! Bagaimana bisa seperti ini? Ini menakjubkan! Indah sekali." Aletha menikmati pemandangan itu. Namun beberapa waktu kemudian, dia tersadar akan sesuatu. "Planet-planet apa ini? Tidak ada bumi. Kurasa ini bukan angkasa yang sama dengan yang sering dibahas dalam pelajaran sains."

Felix tersenyum kelewat lebar. "Nah, memang bukan. Ini adalah galaxy Centaurus. Dan planet-planet yang kau lihat adalah planet-planet yang ada di galaxy tersebut." Felix menunjuk sebuah planet berwarna biru gelap dengan cahaya putih samar di sekelilingnya.  "Ini Saxon. Planetku."

Lalu, tanpa aba-aba, pemandangan itu langsung menghilang berganti atap rumah Aletha.

Aletha sontak mengalihkan perhatiannya pada Felix. Menatap laki-laki itu dengan pandangan heran bercampur kesal.

"Bagaimana? Kau sudah percaya padaku, kan?" tanya Felix dengan senyum miringnya.

"Aku masih tak percaya padamu!" seru Aletha. Matanya menyipit, meneliti Felix dari atas ke bawah. "Siapa kau sebenarnya? Bagaimana caramu melakukan hal seperti tadi? Apa kau keturunan penyihir?"

"Oh astaga! Kenapa aku harus bertemu manusia menyebalkan sepertimu?" Felix mulai frustrasi dan menjambak rambutnya sendiri.

"Belum pernah ada astronom yang menyatakan bahwa di alam semesta ini ada planet bernama Saxon. Dan mana mungkin ada alien di dunia ini? Itu hanyalah teori sains yang tak terjawab sama sekali," ujar Aletha dengan percaya diri.

Tanpa membalas ucapan Aletha, Felix menarik tangan Aletha dan mengajaknya keluar melewati jendela.

"Apa yang kau lakukan, bodoh! Aku belum ingin mati." Aletha berusaha melepaskan genggaman Felix dari tangannya.

Felix mengeluarkan benda kecil dengan banyak tombol itu lagi dan keluarlah UFO yang disembunyikan Felix di belakang rumah Aletha.

Aletha menutup mulut dengan kedua tangannya. Penampakan yang disebut-sebut sebagai piring terbang itu memang sedang dilihatnya. Felix melepaskan genggaman tangan, membiarkan Aletha terkejut.

Secara dinamis langkahnya mundur. "Si-siapa ka-kau?" Suara rendahnya tetap dapat didengar Felix.

Kali ini Aletha benar-benar ketakukan.

"Sudah kubilang, aku alien. Tapi, tenanglah, pada awalnya aku tidak berniat menganggumu."

"A-apa maumu?" gumam Aletha, pandangannya menelisik lebih jauh pada Felix.

"Aku akan mengembalikan kotakmu, asal kau izinkan aku untuk tinggal di sini."

"Apa kau sudah gila? Bagaimana orang tuaku mengijinkan pria tak di kenal tinggal disini?" ujar Aletha.

"Yah, soal itu aku akan membantumu. Asal kau mengijinkan ku tinggal disini," tawar Felix kepada Aletha.

"Apa tak ada cara lain selain tinggal disini?" tanya Aletha lagi.

"Tidak ada. Kalau kau tak mau, tidak apa-apa. Aku juga tak akan mengembalikan kotak berhargamu ini." Felix berbalik menuju UFOnya lagi sembari terus membawa kotak milik Aletha.

Aletha tampak sedikit berpikir dan berucap, "Ba-baik, aku akan mengijinkanmu tinggal di sini."

Felix menyeringai. "Bagus. Nah, sekarang, boleh kutahu siapa namamu, manusia betina?"

Aletha memelotot. "Aku bukan hewan. Jadi jangan menyebutku betina!"

"Baiklah, nona bukan hewan, siapa namamu?" tanya Felix lagi, kali ini disertai senyuman iseng.

Aletha membentuk bibirnya menjadi segaris tipis. Mencoba untuk tidak menyemburkan berbagai macam umpatan. "Namaku Aletheia Claretta Johnson tapi kebanyakan orang memanggilku Aletha."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro