Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Scene Four

Aletha pikir dia sudah gila saat mengizinkan Felix tinggal di rumahnya dan membiarkan laki-laki itu menemui kedua orangtuanya.

Gadis itu sudah membayangkan berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi nanti. Namun, di antara semua kemungkinan buruk yang bersarang di kepala Aletha, tidak ada satu pun yang terealisasikan.

Yang terjadi justru sangat berbeda dengan dugaannya.

Dengan santainya, Felix menemui kedua orangtua Aletha yang tengah duduk bersebelahan di depan televisi.

"Selamat malam, Om, Tante," sapa Felix dengan senyuman yang nyaris membuat Aletha muntah di tempatnya mengintai.

Kedua orangtua Aletha menatap Felix sekilas lalu saling pandang satu sama lain.

"Ah, sudah kuduga. Kalian pasti lupa padaku," kata Felix seraya memaksakan diri duduk di tengah-tengah kedua orangtua Aletha. Laki-laki itu bersikap seolah mereka sudah saling mengenal sejak lama. "Ini sangat wajar mengingat terakhir kali aku berkunjung ke sini saat usiaku tujuh tahun. Dan, sepuluh tahun telah berlalu. Pasti banyak perubahan dalam diriku."

Ayah Aletha mengenyit. "Kau..."

"Aku Felix," katanya seraya mengedipkan sebelah matanya pada Ayah Aletha.

"Oh, Felix!" seru Ayah Aletha. "Sudah lama sekali kami tidak melihatmu, Nak. Kapan kau datang? Dengan siapa kau kemari?"

Lalu, Felix melakukan hal yang sama pada ibu Altha; mengedipkan sebelah matanya. "Aku datang ke sini sendirian," katanya seraya menggenggam sebelah tangan Ibu Felix. "Saat aku tiba tadi, Aletha bilang kalian sedang bersantai di ruang tv jadi aku langsung menemui kalian saat Aletha menawarkan diri untuk menaruh barang bawaanku di kamar tamu."

Lalu, obrolan mereka terus berlanjut. Felix dan kedua orangtua Aletha benar-benar terlihat seperti keluarga yang baru bertemu setelah sekian lama. Mereka tampak sangat akrab. Tanpa sadar, Aletha menghela napas lega. Dia berpikir untuk menanyakan bagaimana cara Felix melakukan hal menakjubkan tersebut nanti, pada waktu yang tepat.

Dengan membawa nampan berisi minuman dan aneka camilan, Aletha menghampiri Felix dan kedua orangtuanya. Sebisa mungkin dia bersikap normal, seakan Felix benar-benar sepupunya dan bukan seorang alien.

***

"Pagi Ma, Pa," ujar Aletha sambil mencium pipi kedua orang tuanya.

Aletha menatap Felix sesaat dan berucap, "Pagi Felix."

Felix menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum jahil. "Aku tidak mendapat ciuman juga?" tanya Felix dengan menahan tawanya.

"Mimpi saja kau," ujar Aletha sambil memukul bahu Felix.

Kedua orang tua Aletha hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Tak berapa lama terdengar suara dari ruang tamu.

"Selamat pagi!" Suara itu menggema dengan kencang, membuat semua yang di dalam rumah hanya menggelengkan kepala. Kecuali Felix tentunya.

"Kebiasaan kau, dasar nggak sopan," ujar Aletha dengan menghampiri Daniel.

"Kenapa kau sewot? Om dan Tante bahkan tak memarahiku," balas Daniel dengan percaya diri.

"Sudah, jangan bertengkar. Masih pagi, lebih baik kita sarapan bersama," ujar Mama Aletha menengahi.

Daniel tersenyum riang dan tak sengaja matanya bertemu dengan Felix.
Saat itu juga Daniel menarik tangan Aletha. Sedikit agak menjauh dari suasana sarapan.

"Dia siapa? Aku tak pernah melihatnya," tanya Daniel pada Aletha. Daniel menatap Aletha dengan penuh tanda tanya.

Aletha gelagapan, Felix bodoh itu tidak melakukan hal yang sama pada Daniel. Gadis itu sedikit panik, mencoba bersikap tenang saat menjawab, "Dia ... dia sepupuku."

"Sepupu?" Selidik Daniel penuh dengan curiga.

Demi apa pun, Aletha paling tidak bisa berbohong di hadapan Daniel. Oh, sebenarnya bukan tidak bisa, tetapi Daniel akan selalu menangkap gelagat itu.

"Aku tidak pernah dengar sepupumu ada yang bernama Felix," lanjutnya dengan mata selidik.

Aletha melepaskan cengkeraman tangan Daniel yang sejak tadi mengunci bahunya seraja menjawab, "Sudah nanti kujelaskan saat di perjalanan ke sekolah," ujar Aletha dengan menarik tangan Daniel menuju meja makan.

Saat di meja makan, mereka semua makan dengan khidmat. Sesekali bercanda dan berbincang. Aletha terpaksa harus mengawasi perilaku Daniel--dengan duduk di sampingnya--yang mungkin saja akan semakin curiga pada Felix jika dibiarkan. Terpisah oleh meja, Felix duduk bersama Mama.

"Felix, apa orang tuamu tidak berencana kesini juga?" tanya Papa Aletha.

"Felix kurang tahu, Om. Soalnya Ayah sedang sibuk sekali," ujar Felix.

"Wow, sibuk sekali, ya, sampai tidak sempat mengunjungi saudara sendiri?" Sebenarnya Daniel mengucapkannya untuk memancing Felix bicara lebih banyak.

Felix tertawa kencang membuat Aletha mendelik saat itu juga. Memang dasarnya Felix tidak mengindahkan tatapan itu sebagai ancaman, dengan nada santai ia menjawab, "Yaah, begitulah. Kau tau kan orang yang sudah tergila-gila dengan pekerjaan, bagaimana. Aku benar, kan, Om?"

Papa Aletha menepuk-nepuk bahu Felix dengan akrab dan mengangguk menyetujui. "Ya, kami memang kadang sampai lupa waktu."

Daniel yang tadinya akan menyahut menjadi terdiam karena kakiknya diinjak Aletha. Menyimpan perasaan janggal ini untuk sementara. Daniel sangat penasaran, siapa gerangan Felix ini?

Jika sepupu Aletha, mengapa dia tak pernah melihat Felix?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro