Part X
Langkah kaki Jooheon nampak riang memasuki kediamannya. Senyum pun tak lepas dari wajah pria itu membuat kedua dimple di pipinya terlihat jelas. Sesekali bahkan bibirnya bersenandung pelan di tiap langkah memasuki rumahnya.
"aku pulang" riang Jooheon saat tubuhnya memasuki ruang keluarga
Sosok tuan Lee juga ada disana terlihat sibuk dengan beberapa berkas yang ada di atas meja.
"kau dari mana Jooheon-a?" tanya tuan Lee setelah mendengar suara Jooheon tersebut
"aku baru menemui Sooran, appa" jawab Jooheon masih dengan senyum yang terpatri di wajah chubbynya.
"kau menemuinya lagi?" tanya tuan Lee sambil membuka kaca mata yang melekat di wajahnya
Jooheon mengangguk ragu, namja itu mengerti arti reaksi yang tuan Lee tunjukan padanya.
"bukankah appa sudah melarangmu untuk menemuinya lagi Jooheon-a? Tidakkah kau mengingat ucapan appa?" suara tuan Lee bernada tegas kini
"aku mengingatnya appa, tapi...Sooran bilang dia merindukanku, jadi..."
'itu bukan alasan Jooheon-a" potong tuan Lee cepat
Mendengar itu Jooheon hanya bisa menunduk dalam, namja itu bahkan tak berani memandang tuan Lee yang sudah bangkit dari duduknya.
"Jooheon-a...kau harus mengingat kedudukanmu. Karena itu, berhenti menemuinya"
"tapi appa..."
"kau ingin Sooran hidup tenang bukan Lee Jooheon?"
Kembali Jooheon mengangguk mendengar pertanyaan yang tuan Lee ucapkan.
"kalau begitu dengarkan apa yang kukatakan, jangan coba membantah apapun jika tidak ingin gadis yang kau cintai itu mengalami kesulitan" nada suara tuan Lee semakin tegas kini dan jelas sekali kalau namja tua itu tak ingin mendapat bantahan dari Jooheon.
"baik appa...aku akan berhenti menemui Sooran mulai sekarang" dengan berat hati Jooheon akhirnya menuruti perintah sang ayah.
-
-
-
"jelaskan pada oppa!" tukas Minhyuk pada Sooran saat gadis itu baru menyelesaikan sarapannya
Dengan tatapan yang menyiratkan keheranan Sooran memandang pria Lee itu sambil mengerutkan dahinya.
"menjelaskan apa?" tanya Sooran tak mengerti
"menjelaskan sikap yang kau tunjukan pada Jooheon semalam" tegas Minhyuk
Sooran memutar matanya pelan lantas memilih bangkit dari duduknya. Gadis itu terlalu malas membahas hal itu dengan Minhyuk karena dia tahu, takkan ada jalan keluar yang akan didapati nantinya.
"Lee Sooran" tangan Minhyuk mencengkram bahu Sooran pelan
"kita belum selesai bicara, jadi jangan coba2 menghindar" larang Minhyuk bernada perintah.
"oppa.." rengek Sooran
Seolah tak mau tahu Minhyuk masih menatap Sooran lurus, pria itu benar2 ingin mendengar jawaban dari Sooran saat ini juga.
"aku hanya berusaha bersikap wajar...apa itu salah?" akhirnya dengan suara yang menyiratkan rasa kesal Sooran berujar pada Minhyuk
"sikapmu jauh dari kata wajar Lee Sooran...bagaimana kau bisa menyebut hal itu wajar?" balas Minhyuk
"lalu aku harus bagaimana oppa? dia bukan lagi siapa2ku, jadi bagaimana aku harus bersikap dengan orang yang bukan lagi siapa2ku?"
"dia masih teman kita Sooran..tidakkah kau bersikap seperti layaknya teman dengannya?"
"tidak....aku tak bisa" Sooran menyentak lengannya dari Minhyuk lantas berlalu
Minhyuk yang masih ingin bicara dengan Sooran cepat2 menyusul langkah gadis itu lantas menahan pintu kamar Sooran saat tangan gadis itu akan menutupnya.
"oppa" Sooran menatap tak suka pada Minhyuk
"apa yang kau inginkan sebenarnya Lee Sooran?" tanya Minhyuk
Pria itu menatap dingin kearah Sooran dan ini adalah pertama kalinya gadis itu mendapati Minhyuk melakukan hal tersebut padanya. Tak ada pancaran mata yang terlihat lembut juga tak ada senyuman sehangat mentari. sosok Minhyuk benar2 berbeda saat ini membuat Sooran sedikit ketakutan.
"katakan pada oppa apa yang kau inginkan?" kembali Minhyuk mengulang pertanyaan masih dengan tatapan yang sama.
"aku hanya ingin kehidupan normalku kembali" dengan menekan rasa takutnya Sooran meberanikan diri mengatakan keinginannya
Minhyuk tersenyum tapi bukan senyum cerah yang biasa dia berikan pada Sooran. Senyum itu terlihat begitu kaku bahkan tak terlihat seperti senyuman di mata Sooran.
"apa ucapan itu berarti kau menyesal dengan semua yang sudah kita jalani?" Minhyuk berujar dengan nada pelan yang begitu menusuk
Sooran terdiam, bibirnya tertutup rapat seolah ada gumpalan lem yang merekat diantara bibirnya. Gadis itupun tak ada niatan menjawab pertanyaan Minhyuk dan justru tenggelam dalam perang batin yang ia rasakan.
"apa kau lupa untuk siapa semua ini aku lakukan Lee Sooran? Tidakkah kau ingat...kenapa oppamu...harus melakukan semua ini?" tatapan Minhyuk melemah kini, kedua irisnya bahkan menatap sendu kearah Sooran yang memilih bungkam.
"kalaupun semua memang tak bisa berubah...tak bisakah aku tetap memiliki Jooheon oppa disisiku?" tak mengindahkan tatapan Minhyuk, Sooran berujar dengan egoisnya.
"dan membuatnya dalam bahaya? Itu yang kau mau?" balas Minhyuk
"aku akan mencoba melindunginya"
"sampai sebatas apa kau mampu melindunginya?" dengan cepat Minhyuk kembali membalas ucapan yang Sooran ucapkan
"apa kau tak berpikir... bisa jadi kaulah yang akan menjadi penyebab Jooheon berada dalam bahaya" tambah Minyuk lagi
Bahu Sooran melemah seketika, tangannya yang berada dipegangan pintupun terlepas setelah mendengar ucapan yang Minhyuk paparkan padanya. dada Sooran sesak, bahkan gadis itu merasa paru2nya diremat oleh sesuatu yang tak terlihat.
"berhenti egois Lee Sooran, karena...itu hanya akan membuatmu kehilangan banyak hal" kembali Minhyuk berujar sembari meraih tubuh Sooran yang terlihat nyaris terjatuh
Isak Sooranpun pecah seketika membuat tangan Minhyuk cepat2 merangkul tubuh rapuh itu. Diusapnya pelan surai Sooran sambil sesekali mengecup puncak kepala gadis yang begitu dikasihinya tersebut.
*
Kepolisan Distrik Gangnam
"Hyunwoo-ya" panggil Wonho pada Hyunwoo yang tengah berkutat dengan file2 yang ada di hadapannya.
"hmm" tanpa mengalihkan atensinya, Hyunwoo hanya menjawab panggilan Wonho dengan gumaman.
"boleh aku tanya sesuatu?" tukas Wonho lagi
"tanyakanlah" jawab Hyunwoo masih sibuk dengan pekerjaannya.
"jika kau sedih...apa yang akan kau lakukan? maksudku...kau ingin orang lain melakukan apa untuk menghilangkan sedihmu?" tanya Wonho
Mendengar pertanyaan yang Wonho lontarkan, Hyunwoo pun menghentikan kegiatannya dan mulai menatap rekan kerjanya tersebut. Wonhopun membalas tatapan Hyunwoo dengan pandangan yang menyiratkan rasa penasaran yang cukup besar.
"kalau aku sedih...aku ingin orang lain mentraktirku makan" jawab Hyunwoo yang membuat Wonho memandang datar pada mahluk besar itu.
Seketika Wonhopun merasa menyesal sudah bertanya pada Hyunwoo, terlebih harus mendengar jawaban aneh yang Hyunwoo lontarkan. Rasanya ingin saja tangan kekarnya itu mecekik leher namja dihadapannya itu, namun mengingat Hyunwoo menjabat sebagai atasannya, jadi Wonho harus mengurungkan niatnya tersebut. Lagipula seharusnya Wonho sadar dia bertanya pada siapa. Beruang besar yang selalu merasa lapar walaupun sudah memakan banyak makanan seperti Hyunwoo, sudah pasti akan merasa bahagia kalau seseorang memberikannya makanan.
"kenapa?" tanya Hyunwoo mendapati tatapan yang Wonho layangkan padanya
"tidak...aku hanya merasa bodoh sudah bertanya padamu" tukas Wonho acuh
Hyunwoo mengerti kalau Wonho sedang menyindirnya, namun pria tegap itu hanya mengendikkan bahunya acuh lantas melanjutkan kembali pekerjaannya.
"noona" suara Wonho kembali terdengar membuat Hyunwoo memandang sekilas padanya.
Sosok Yiseul nampak memasuki ruang kerja mereka dengan membawa beberapa berkas di tangannya.
"apa?" jawab Yiseul sambil mendudukan tubuhnya di kursi kerjanya
"aku mau tanya sesuatu padamu" tukas Wonho
"tanya apa?"
Wonho menggeser sedikit kursinya agar lebih dekat dengan Yiseul yang memang duduk di sampingnya.
"bisa aku tahu...jika kau sedang sedih, kau ingin orang lain melakukan apa untuk menghilangkan kesedihanmu?" pertanyaan yang sempat Wonho lontarkan pada Hyunwoo kembali namja itu layangkan kepada Yiseul.
Sesaat Yiseul diam untuk berpikir.
"cukup hanya diam aku sudah sangat senang" jawab Yiseul lugas
Hyunwoo yang mendengar ucapan Yiseul terkekeh pelan sedang Wonho kembali melayangkan tatapan datarnya pada salah satu rekan kerjanya tersebut.
"whae?" tanya Yiseul melihat tatapan Wonho padanya.
Wonho hanya menggeleng pelan sambil menjauhkan lagi kursinya dari Yiseul. Pria itu benar2 kesal karena memiliki rekan kerja yang begitu kaku, sehingga tak dapat memberikan ide sedikitpun padanya.
"ya! apa kau bertanya seperti itu karena kau berencana menghibur nona Lee Sooran?" tiba2 saja Hyunwoo kembali buka suara membuat Wonho menoleh kepadanya.
Dengan wajah masam yang ditekuk Wonho mengangguk, membuat Hyunwoo tersenyum geli melihat ekspresi wajah rekannya itu. Jujur wajah Wonho yang seperti itu mengingatkan Hyunwoo pada tetangganya yang berusia 5 tahun. bocah itu selalu memasang wajah masam seperti yang Wonho tunjukan saat ini, jika ommanya tak memberikan apa yang bocah itu inginkan.
"setiap orang memiliki pribadi yang berbeda, jadi...sebaiknya kau pikirkan cara menghiburnya dengan mengingat kepribadian nona Lee Sooran" tukas Hyunwoo bijak
Wonho bertambah bingung kini mendengar jawaban dari Hyunwoo. Dia -Wonho- saja tak tahu bagaimana kepribadian Sooran, lantas bagaimana dia bisa menghibur wanita itu dengan menggunakan saran Hyunwoo tadi.
"beri saja dia cokelat" tiba2 Yiseul ikut bersuara manakala melihat wajah bingung Wonho
"cokelat? Kenapa cokelat?" tanya Wonho
"karena menurutku, hampir setiap wanita menyukai cokelat. Lagipula...menurut penelitian, cokelat juga bisa membantu memperbaiki mood yang sedang buruk" jelas Yiseul
"kau juga bisa mengajaknya ketempat2 yang bagus untuk memulihkan kondisi hatinya. di internet banyak tempat2 yang bisa kau datangi dan kurasa itu cukup bagus juga buat orang yang sedang bersedih" tambah Yiseul lagi
Mata Wonho berbinar kini sembari menarik senyum cerah di wajahnya.
"jika noona tahu banyak tentang hal itu, kenapa tak mengatakan dari tadi?" tukas Wonho masih dengan senyum merekah di wajahnya
"itu bukan salahku, kau yang bertanya dengan tidak jelas" balas Yiseul
"kalau kau sejak awal bilang ingin menghibur Sooran, aku sudah sejak tadi mengatakan ide2 itu. tapi kau mengambil perumpaan tentang diriku, jadi aku mengatakan perihal diriku bukan orang lain" ujar Yiseul lagi
"ah...maja, kalau begitu aku yang salah" tanpa menghilangkan senyum di wajahnya Wonho kembali berujar.
*
Sooran terkejut melihat kedatangan Wonho yang tiba2 di panti asuhan miliknya. Namja itu terlihat tersenyum cerah pada Sooran, ketika sang gadis berjalan menghampirinya. Beruntung bagi Sooran karena Minhyuk sedang tak berada di panti asuhan. Pria manis yang mengaku memiliki senyum hangat seperti mentari pagi itu sedang mencari informasi mengenai target mereka selanjutnya bersama dengan Hyungwoon.
"Wonho oppa, mengapa kau kemari? apa kau mencari oppaku?" tanya Sooran setelah gadis itu berdiri tepat dihadapan Wonho
Bunga2 seperti mekar di hati Wonho mendengar kalimat tanya yang Sooran ajukan. Meski bukan pertama kali, namun Wonho selalu senang kala mendengar Sooran memanggilnya dengan sebutan oppa.
"tidak...oppa kemari bukan karena mencari oppamu" sanggah Wonho
"lantas?" Sooran menatap heran
"oppa mencarimu"
Mata Sooran mengerjap pelan mendengar ucapan Wonho, bahkan butuh waktu beberapa sekon untuk gadis itu mencerna kalimat sederhana yang baru saja Wonho lontarkan.
"mencariku? Untuk apa? apa untuk menyelidiki kasus Jooheon?"
Tawa kecil Wonho segera pecah mendengar pertanyaan yang Sooran ajukan, pria Shin itu merasa heran melihat Sooran yang terkenal sedikit bicara justru mencecarnya dengan pertanyaan tanpa jeda.
"tidak Sooran-a, oppa kesini bukan karena masalah pekerjaan" sanggah Wonho "oppa menemuimu dengan tujuan ingin menghiburmu" tambahnya kemudian.
Sooran kembali membeku karena ucapan Wonho padanya. Bahkan gadis itu kini merasa seperti ada kupu2 kecil yang berterbangan di dalam perutnya. Dahi Sooran mengernyit saat merasakan perasaan tersebut, tangannyapun segera memegang perutnya masih sambil menatap Wonho yang melemparkan senyum yang entah kenapa terlihat begitu menawan hari ini.
"keberatan tidak, kalau kita jalan2 sebentar?" pinta Wonho melihat Sooran hanya diam sambil memandangnya.
Kepala Sooran mengangguk dengan sendirinya, padahal awalnya gadis itu ingin menolak tawaran yang diajukan oleh Wonho padanya.
"baiklah...kalau begitu ayo kita pergi" ajak Wonho kali ini sambil tersenyum lebar.
Anggukan Sooran kembali terlihat bersama langkahnya yang terajut mengikuti tubuh Wonho. Hari itu untuk pertama kalinya tubuh Sooran bergerak tak sesuai dengan pikirannya dan gadis itu merasa hal tersebut bukanlah sesuatu yang baik untuknya.
"silahkan" dengan sikap gentlenya Wonho membukakan pintu mobil untuk Sooran
Sooran berterimakasih pada pria itu, lantas segera mendudukan tubuhnya dengan nyaman di kursi mobil milik Wonho tersebut. Tak ada pembicaran diantara mereka sepanjang perjalanan, Sooran lebih memilih memandang jalanan yang keduanya lalui daripada membangun komunikasi dengan sosok yang tengah sibuk menyetir itu. Perjalananpun dirasakan Sooran cukup panjang, hingga akhirnya kendaraan itu berhenti di daerah Jongno, tepatnya di daerah Ikseon-dong.
"ayo turun" ajak Wonho saat pandangan Sooran mengarah padanya.
Tak memiliki pilihan, Sooranpun kembali mengikuti Wonho untuk turun. sedikit merenggangkan tubuhnya, Sooran coba menikmati udara segar disana sembari menyapu pandangan kesekelilingnya. Tanpa gadis itu sadari, sebuah senyum mengukir di wajahnya begitu saja ketika irisnya menyaksikan keindahan yang tersaji di depan matanya.
"Sooran-a" panggilan lembut yang berasal dari Wonho sedikit menyentak Sooran.
Cepat gadis itu menoleh pada Wonho yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya.
"ayo...kita pergi kesana" ajak Wonho kemudian sembari menujuk ke satu arah.
Lagi2 Sooran hanya mengikuti langkah Wonho tanpa mengatakan apapun, gadis itu hanya terus berjalan bersisian dengan Wonho seraya menikmati pemandangan indah yang mereka lewati.
"tempatnya bagus ya" untuk pertama kali Wonho coba membangun komunikasi dengan Sooran sekadar berusaha memecah kekakuan diantara mereka.
"hmm" balas Sooran membuat Wonho langsung menggaruk telinganya yang tak gatal
Perjalananpun kembali senyap karena Wonho merasa tak memiliki sesuatu yang bisa dibicarakan lagi dengan Sooran.
"Sooran-a, ayo kesana" ajak Wonho menunjuk sebuah cafe yang mereka lewati
Sooran kembali mengangguk lantas mulai memasuki cafe yang dimaksud oleh Wonho. Mata Sooran seketika berbinar melihat suasana cafe yang dirasakanya cukup baik. Belum lagi aroma manis cokelat yang memenuhi tempat itu, membuat Sooran merasakan perubahan mood seketika.
"kau mau pesan apa Sooran-a?" tanya Wonho setelah Sooran mendudukan tubuhnya di salah satu kursi yang ada disana.
"hmm...bawakan saja yang menurut oppa enak, aku tak tahu harus memesan apa" jawab Sooran
"baiklah..kalau begitu kau tunggu disini ya, oppa akan memesan makanan untuk kita" tukas Wonho lantas berlalu
Sepeninggalan Wonho, Sooran coba melayangkan tatapannya keluar cafe. Matanyapun masih dimanjakan oleh suasana indah di tempat itu. Sooran cukup terpukau, hingga gadis itu tak mampu menyembunyikan rasa kagum yang terpancar jelas di wajahnya kini.
"maaf...apa oppa lama?" Sooran kembali tesentak karena ulah Wonho
"anni...gwenchanayo oppa, aku bahkan tak merasa oppa terlalu lama pergi" sahut Sooran masih mengukir senyum di wajahnya.
Senyum itu menulari Wonho, pria itupun merasa cukup senang karena sudah berhasil membuat sosok yang disukainya tersenyum seperti yang dilihatnya saat ini.
"makanlah...kata pelayan tadi, ini adalah menu terbaik di tempat ini" tukas Wonho sambil mendorong satu porsi choco lava kearah Sooran.
Tanpa banyak bertanya dan protes, Sooranpun segera menyuapkan cake yang Wonho berikan. Senyumnya pun kembali terukir kini, manakala lidahnya mengecap rasa manis yang menyebar di indera perasannya.
"bagaimana?" Wonho bertanya sedikit gugup
"ini enak" jawab Sooran dengan wajah senang
Wonho segera menghela nafas lega melihat itu, iapun ikut menikmati cake miliknya kini sembari sesekali menatap kearah Sooran.
"kalau boleh aku tahu, oppa...kenapa kau tiba2 mengajakku ke tempat ini?" tanya Sooran yang mulai tak nyaman dengan rasa penasaran di hatinya.
Tangan Wonho mengusap sudut bibirnya sesaat, lantas menyesap americano miliknya.
"oppa hanya ingin membuat suasana hatimu membaik" jawab Wonho kemudian
"ne?" Sooran cukup terkejut dengan jawaban yang baru Wonho berikan
"maaf...jika ini membuatmu tak nyaman. Tapi...oppa hanya berpikir ingin menghilangkan sedikit rasa sedih di hatimu, jadi oppa membawamu kemari" jelas Wonho kemudian
Sooran semakin terkejut mendengar itu, hatinyapun kini menghangat mendengar jawaban yang Wonho berikan padanya.
"tak ada yang bisa mengerti kesedihan yang orang lain rasakan, juga tak ada orang yang bisa mengerti dengan posisi yang kita alami selain diri kita sendiri. Karena itu...oppa hanya mencoba membua perasaanmu membaik tanpa coba mengerti apa yang kau rasakan. jadi...kalau apa yang oppa lakukan ini membuatmu tak nyaman, oppa minta maaf untuk itu"
Tercenung sesaat karena ucapan yang Wonho lontarkan, akhirnya Sooran kembali mengukir sebuah senyum di wajahnya. Gadis itu benar2 tersentuh dengan usaha yang dilakukan Wonho dan ini...pertama kalinya seseorang bisa kembali membuat Sooran merasa nyaman setelah sekian lama.
"oppa...kenapa kau harus begitu baik seperti ini padaku?" tanya Sooran pada Wonho
"kenapa? apa ada alasan bagi oppa tak bersikap baik padamu?" balas Wonho
"banyak alasan oppa, salah satunya...kenyataan kalau kita tak benar2 saling mengenal"
"oppa mengenalmu bukankah begitu?"
Sooran tertawa hambar mendengar itu membuat dahi Wonho dihiasi kerutan2 halus.
"pikiranmu terlalu naif oppa untuk ukuran seorang polisi" ujar Sooran diakhir tawanya
Wonho semakin heran dengan ucapan Sooran, namun lelaki itu memilih diam tanpa membalas kata2 yang baru saja Sooran lontarkan.
"kita bahkan belum mengenal terlalu lama, jadi bagaimana kau bisa berpikir kalau kita sudah saling mengenal?" tambah Sooran lagi
"kita bisa mencoba saling mengenal kalau begitu, bukankah itu tidak sulit?" balas Wonho
Senyum Sooran sirna seketika, berganti wajah dingin yang tak terbaca oleh Wonho. Sesaat keduanyapun saling bungkam, sambil saling melemparkan pandangan seolah coba menyelami pikiran lawan bicara mereka dari tatapan mata.
"oppa...apa kau tahu mengenai Pandora?" Sooran lebih dulu memecah senyap yang tercipta.
"Pandora?" Ucap Wonho dan detik itu juga lelaki itu kembali merasakan heran akibat pertanyaan tiba2 Sooran.
"Eoh...Pandora" jawab Sooran sambil merekahkan senyum menawan bak sebuah smirk pada Wonho.
Dada Wonho segera bergemuruh kencang mendapati senyuman yang Sooran lemparkan padanya. Rasa gugupun mendera hingga Wonho hanya bisa bungkam tanpa berusaha menjawab pertanyaan Sooran tersebut.
"Pandora adalah seorang Wanita yang diciptakan oleh Dewa Hefaistos atas perintah Dewa Zeus, untuk menghukum manusia yang mencuri api dari bukit Olimpus?" jelas Sooran, kala dirinya mendapati Wonho hanya diam, hingga akhirnya menjawab pertanyaannya sendiri.
"Sebelum Pandora turun ke Bumi. Para Dewa memberikan sebuah kotak di hari pernikahannya bersama Epimethius. Sebuah kotak indah yang mampu membuat manusia tertarik untuk melihat isinya."
Sooran memberi jeda kata2nya untuk melihat respon Wonho. Namja dihadapannya itupun masih setia dalam bungkam, seolah menikmati setiap kata2 Sooran seperti anak2 yang mendengar dongeng penghantar tidur.
"Para Dewa berpesan pada Pandora agar tidak membuka kotak itu. Namun.. karena rasa ingin tahu yang melebihi batas. Di satu waktu, Pandora membuka kotak tersebut dan tiba-tiba aroma aneh yang sedikit memberi rasa menakutkan menyebar di udara"
"hari itu.. Tanpa Pandora sadari, dirinya melepas teror ke dunia." Jelas Sooran kembali memberikan sebuah senyum simpul.
"Teror? Teror apa maksudmu?" Wonho yang sejak semua hanya diam akhirnya mengutarakan sebuah pertanyaan pada Sooran.
"Masa tua, penyakit, kegilaan, keserakahan, cemburu dan semua hal2 buruk yang bisa menghancurkan dunia. Teror seperti yang keluar dari kotak indah itu" kembali Sooran mengurai ceritanya.
"Jadi maksudmu, sebuah kotak yang indah, kotak yang diberikan Dewa untuk Pandora itu berisi tentang semua hal buruk yang ada di dunia ini, begitu." Sooran mengangguk membenarkan
"Lantas, mengapa Para Dewa memberikan kotak mengerikan seperti itu kepada Pandora?"
"Itu..karena Pandora adalah wanita yang memang diciptakan untuk menghancurkan Bumi" Sooran memberikan jeda pada penjelasannya.
"Tetapi, kehancuran yang sangat mengerikan itu bukanlah berada pada diri seorang Pandora. Melainkan kotak yang diberikan oleh Para Dewa."
"Dia menghancurkan dunia bukan karena kehadirannya..melainkan, karena apa yang ia bawa bersamanya" kembali Sooran berujar dengan pandangan yang sedikit menerawang.
"lalu...apa hubungannya cerita yang kau sampaikan dengan kita yang belum saling mengenal?" Wonho yang tak paham dengan maksud cerita Sooran bertanya pada sang gadis
Sooran menatap sejenak Wonho yang baru saja melayangkan sebuah pertanyaan. Perlahan gadis itu pun kembali menarik senyum asimentris di wajah rupawannya. Sebuah senyum yang menambah kesan tersendiri di paras cantik seorang Lee Sooran.
Menarik tubuhnya mendekat, gadis itu mencondongkan sedikit tubuhnya agar bisa menatap Wonho lebih dekat. "Aku hanya coba menjelaskan padamu oppa, kalau...aku adalah Pandora."
Wonho nampak terkejut sekaligus tak mengerti dengan maksud kalimat yang baru saja Sooran utarakan padanya. Namun entah kenapa pria itu justru tak bisa mengatakan apapun untuk menuntaskan rasa herannya.
"dan aku...mungkin akan membawa kehancuran untukmu" tambah Sooran lagi meski dalam hati.
*
Sosok Hyunwoo memasuki aparementnya sembari membawa sekantong makanan lengkap dengan minuman. Manik kelamnya pun langsung mengarah pada satu sosok pria yang ada di dalam kediamannya itu.
Adalah Vernon sosok yang saat ini tengah duduk ditemani gelisahnya. Sesekali Hyunwoo melihat Vernon bangkit dari duduknya guna mengintip sesuatu di balik tirai jendela, lalu tak lama pria blasteran itu kembali duduk di salah satu kursi disana lantas menggigit kuku jemarinya.
"apa yang kau lakukan?" tanya Hyunwoo, sukses membuat Vernon berjengit kaget.
Menatap sumber suara, Vernon sejenak menarik nafas lega kala melihat sosok Hyunwoo lah yang mengejutkannya. Mengelus dadanya yang sedari tadi menggemuruh, Vernon bangkit dari duduknya dan menghampiri tubuh tegap Hyunwoo.
"hyung..." Vernon membuka suara.
"Aku rasa ada yang mengawasiku di luar sana" dengan nada yang masih diliputi rasa cemas, Vernon kembali melanjutkan kalimatnya.
"mengawasimu?" ulang Hyunwoo dengan dahi yang berkerut.
Kepala Vernon mengangguk menjawab pertanyaan itu, tangannya mengacung kearah jendela dan mengisyaratkan agar Hyunwoo melihat kesana. Dengan gerakan pelan pria Son itupun melakukan apa yang Vernon inginkan, tangan kekarnya sedikit menyingkap tirai yang menutupi jendela dan matanya coba menyapu kearah luar kalau2 melihat sesuatu yang mencurigakan berada di luar sana.
"tak ada siapa2 diluar sana, Vernon" ujar Hyunwoo setelah membalikan tubuhnya menatap Vernon.
"kau sudah memeriksanya dengan benar hyung? Aku yakin ada yang mengawasiku sejak tadi" Vernon bersikeras dengan apa yang dirasakannya.
Hyunwoo menarik nafas pelan mendengar penuturan Vernon. Lelaki bertubuh kekar itu paham bahwa saat ini Vernon tengah mengalami gangguan kecemasan. Mencoba bersikap tenang, pria tegap itupun menarik senyumnya sambil meraih kedua bahu Vernon.
"tenanglah Vernon...kau aman disini. Tak ada satupun orang2 Zero yang mengatahui keberadaanmu" tukasnya berusaha menenangkan Vernon
"tapi hyung..."
"takkan ada yang akan mencarimu kemari Vernon-ah, jadi berhenti cemas dan tenangkanlah dirimu" cepat Hyunwoo memotong ucapan Vernon sambil memukul2 pelan bahu pria tersebut.
Perlahan Vernon mencoba menenangkan dirinya yang masih merasa cemas. Meski merasa takut akan keselamatan dirinya sendiri, Vernon berusaha untuk mempercayai perkataan Hyunwoo, orang yang telah menyelamatkan nyawanya itu.
"kau belum makan siang bukan?" tanya Hyunwoo pada pria itu
Vernon hanya menggeleng menjawab pertanyaan Hyunwoo
"aku membawa makanan untukmu, makanlah" tangan Hyunwoopun menyerahkan bungkusan yang dibawanya tadi.
Cepat Vernon meraih pelastik makanan itu dan mendudukan dirinya disisi kasur. Tangannya nampak sibuk memilih2 makanan yang akan dia makan tanpa menghiraukan Hyunwoo yang masih menatapnya.
Cukup lama Hyunwoo memperhatikan sosok Vernon dalam diamnya, hingga dering ponsel menyentak namja kekar itu. cepat Hyunwoo meraih benda persegi yang ia simpan di dalam saku jaketnya lantas mengangkat panggilan tersebut.
"kau dimana?" tanya Yiseul dari seberang
"aku sedang mencari beberapa petunjuk, ada apa noona?" balas Hyunwoo
"Aku perlu tanda tanganmu untuk laporan investigasiku" jawab Yeseul
"apa itu mendesak?" tanya Hyunwoo lagi
"tidak juga"
"kalau begitu bisa kau simpan di atas mejaku dulu, nanti..jika aku kembali aku akan memeriksanya"
"baiklah" Yiseul segera mematikan panggilannya setelah mengucapkan kalimat itu
Sesaat setelah menyimpan ponselnya kedalam saku jaketnya, Hyunwoo pun segera menatap Vernon yang ternyata juga tengah memandangnya. Wajah pria itu kembali terlihat cemas kini, membuat Hyunwoo merasa heran.
"ada apa Vernon? Kenapa kau memandangku seperti itu?" tanya Hyunwoo
"hyung...kau tak mengatakan perihalku pada rekan2mu bukan?" balas Vernon tanpa menjawab pertanyaan yang Hyunwoo lontarkan lebih dulu.
"tidak...maksudku belum"
Wajah tenang Vernon kembali terlihat tegang kini, diapun segera meraih lengan Hyunwoo mengabaikan makanan yang sejak tadi menyita fokusnya.
"jangan hyung" larang Vernon "kau tak boleh mengatakan perihalku pada satupun orang di kantormu, tidak seorangpun hyung" tambah pria itu lagi
Hyunwoo menarik nafasnya pelan mendengar ucapan dari Vernon, karena ucapan pria itu sama seperyi yang Seungkwan katakan padanya.
"tapi mereka rekanku Vernon dan aku percaya pada mereka" Hyunwoo coba meyakinkan Vernon pada rekan2nya.
Yiseul dan Wonho adalah orang kepercayaannya, karena itu Hyunwoo sedikit tak nyaman jika harus menyimpan rahasia penting seperti ini seorang diri.
"tidak hyung...walau kau sangat mempercayai mereka jangan pernah mengatakan perihalku pada mereka. kau bahkan tak boleh menyebut namaku disana, karena...lalat yang hinggap dibahumu akan bisa menyampaikan apa yang kau katakan pada Zero"
Tak ada respon, Hyunwoo hanya menatap datar Vernon seolah kecemasan yang dirasakan pria itu sedikit berlebihan.
"jebal hyung...jebal dengarkan aku" Vernon yang melihat ekspresi yang Hyunwoo tunjukan memohon pada polisi itu.
"baiklah...Vernon, baiklah. Aku takkan pernah menyinggung perihalmu di tempat kerjaku" merasa tak tega akhirnya Hyunwoo memilih meluluskan permintaan Vernon.
Cemas Vernon seketika hilang, hal itu bisa Hyunwoo lihat dari senyum yang merekah di wajahnya.
"sekarang lanjutkan makanmu" Hyunwoo kembali berujar sambil menunjuk makanan Vernon dengan dagunya.
Vernon mengangguk lantas kembali menikmati makan siang yang Hyunwoo belikan untuknya. Hyunwoo pun kembali diam memperhatikan Vernon dengan sabar. Pria tegap itu sebenarnya ingin secepatnya mendapatkan info dari Vernon, tapi Hyunwoo memilih menahan diri dan membiarkan Vernon menyelesaikan makan siangnya.
"terimakasih makanannya hyung" tukas Vernon setelah menyelesaikan makannya
Hyunwoo hanya mengangguk menanggapi hal itu sembari masih menatap Vernon yang tengah membersihkan bungkusan bekas makanannya.
"baiklah Vernon...sekarang bisa kau ceritakan perihal kelompok yang diketuai Zero itu?" tanya Hyunwoo setelah Vernon selesai membersihkan bekas makannya.
Sesaat Vernon diam sambil menatap Hyunwoo lurus. Masih ada raut ragu di wajah pria yang lebih muda darinya itu membuat Hyunwoo sedikit tak yakin kalau Vernon akan menceritakan sesuatu tentang Zero padanya.
"Pandora.."
Setelah diam cukup lama Vernon akhirnya mengucapkan satu kata itu dari bibirnya
Alis Hyunwoo saling bertaut mendengar kata itu, pasalnya lelaki kekar itu tak mengerti dengan maksud kata yang Vernon lontarkan.
"itu nama kelompok yang diketuai oleh Zero" jelas Vernon menangkap ketidak mengertian Hyunwoo
Hyunwoo mengangguk pelan, mendapat satu petunjuk kecil dalam kasus yang ditangannya ini. Namja kekar itupun semakin memusatkan atensinya pada apa yang Vernon ceritakan.
"tujuan kelompok itu adalah menegakkan keadilan yang tak bisa ditegakkan oleh hukum negara ini. mereka...menghukum para penjahat dengan cara mereka, karena orang2 itu tak bisa tersentuh oleh tangan2 hukum" jelas Vernon lagi
"lalu...apa kau pernah bertemu dengan Zero?" tanya Hyunwoo
Vernon menggeleng menjawab itu membuat dahi Hyunwoo dihiasi kerut2 halus.
"jadi kau belum pernah bertemu dengannya?" kembali Vernon menggeleng mendengar pertanyaan yang Hyunwoo lontarkan
"tapi Seungkwan sepertinya pernah bertemu dengan Zero sekali, karena..saat itu salah satu petinggi Pandora membawa Seungkwan untuk bertemu dengan Zero" papar Vernon
"Beberapa hari sebelum dia meninggal, Seungkwan bercerita padaku kalau mungkin dia akan ditarik sebagai salah satu petinggi jika berhasil melakukan satu misi" tambah Vernon kemudian
Rasa penasaran pun mengusik Hyunwoo kini, membuat pria tinggi itu meneggakkan tubuhnya sambil tetap menatap lekat Vernon.
"Ah misi" Hyunwoo yang tahu misi apa yang Seungkwan lakukan berujar dengan sedikit bergumam.
"Tapi setelah melakukan misi itu..Seungkwan menjadi berubah. Dia jadi lebih pendiam dan terlihat murung" jelasVernon
Hyunwoo mengangguk paham, lalu mencatat semua yang Vernon ucapkan dalam ingatannya.
"baiklah...lupakan misi yang dilakukan oleh Seungkwan, kau ceritakan saja mengenai identitas2 anggota Pandora yang kau ketahui" pinta Hyunwoo
"Berapa banyak anggota yang kau kenal? Bisa kau memberitahu identitas mereka padaku?" tanya Hyunwoo kemudian
"Aku tak terlalu banyak mengenal anggota Pandora, sebab selama ini aku hanya bekerja bersama Seungkwan" jawab Vernon yang membuat Hyunwoo menghela nafas gusar.
Hyunwoo-pun berniat mengakhiri sesi tanya jawab bersama Vernon, jika saja pria yang lahir di Amerika itu tak mengatakan sesuatu yang membuat Hyunwoo mengurungkan niatnya.
"tapi aku tahu seseorang yang sering terhubung dengan anggota inti kelompok Pandora"
"benarkah?" tanya Hyunwoo sedikit bersamangat
"ne, namanya Kwon Sooyoung. Tapi...Seungkwan memanggilnya Hoshi" jawab Vernon
Segera saja Hyunwoo mengeluarkan buku catatan miliknya dari dalam saku jas, juga sebuah pena dari tempat yang sama.
"katakan padaku dimana aku bisa menemukannya" pinta Hyunwoo padaVernon
*
Malam belum terlalu larut saat sosok Sooran melangkah memasuki sebuah club mewah di kawasan Gangnam. Matanya menyapu sekitar tempat itu, mencoba menemukan satu sosok yang menjadi incarannya. Sebuah senyumpun terpatri di wajah cantiknya saat mendapati targetnya sedang menari dengan penuh semangat di lantai dansa bersama beberapa pria.
Sosok itupun tanpa sungkan membiarkan tangan2 nakal pria2 yang bersamanya menyentuh lekuk tubuhnya. tak ada rasa risih, bahkan wanita itu tampak puas manakala mata pria2 itu memandangnya dengan tatapan lapar.
"sudah datang?" sosok Daehyun menghampiri Sooran sambil tersenyum pada gadis itu
"hmm, gomawo oppa...sudah membantuku masuk kemari" tukas Sooran sambil balas tersenyum
"tak usah sungkan, kalau kau senang...Junhong juga akan senang" balas Daehyun
"oppa mengatakan perihal ini pada Junhong oppa?" tanya Sooran dengan wajah kaget
Senyum Daehyun kian merekah melihat raut cemas Sooran, tangannya pun terhulur guna mengusap rambut Sooran lembut.
"kau sudah berpesan padaku agar tak memberitahunya, jadi...aku mengunci mulutku untuk itu" balas Daehyun membuat Sooran menghela nafas lega
"baiklah...nikmati pestamu malam ini. Maaf oppa tak bisa menemani karena harus membereskan beberapa hal. Tapi...jika kau memerlukan sesuatu, kau bisa langsung menghubungi oppa" tukas Daehyun
Sooran tersenyum lebar menanggapi ucapan Daehyun, lantas cepat mengangguk pelan. Gadis itupun membiarkan Daehyun berlalu meninggalkannya, kemudian cepat mencari tempat nyaman baginya untuk mengincar mangsa.
"anda mau pesan apa nona?" seorang pelayan bertanya pada Sooran ketika dia menudukan diri di sebuah meja bar dekat dengan lantai dansa
"berikan saja aku minuman terbaik di tempat ini" balas Sooran sambil mengerlingkan matanya
Pelayan itu tersenyum, lantas membuatkan pesanan seperti yang Sooran pesan. Hanya beberapa menit berselang, minuman itu sudah terhidang di hadapan Sooran bersama sosok Hyuna yang juga sudah duduk tepat di sampingnya. Ya, Kim Hyuna adalah sosok incaran Sooran malam ini. Gadis Lee itu berencana mengirim iblis wanita itu ke neraka dengan tangannya.
"anda penari yang baik" bermaksud berbasa basi, Sooran coba memuji Hyuna yang nampak terengah
"benarkah?" tanya Hyuna terlihat senang
"hmm, aku sejak tadi melihat anda dan kupikir tarian anda sangat luar biasa" kembali Sooran melontarkan pujiannya pada wanita dihadapannya itu
Hyuna nampak semakin senang, terlihat dari tawanya yang berderai sambil mengibaskan rambut panjang ikal miliknya.
"Lee Sooran" Sooran mengulurkan tangannya pada Hyuna
"Kim Hyuna" balas Hyuna sambil meraih uluran tangan Sooran
"anda hanya datang sendiri Hyuna-ssi?" tanya Sooran lagi
"hmm..begitulah" jawab Hyuna sambil memutar kursinya menghadap pelayan yang tadi memberikan minuman pada Sooran
"berikan aku yang seperti itu ya" pesannya yang langsung dibalas anggukan sang pelayan
"lalu...siapa pria2 yang menari bersamamu tadi?" tanya Sooran lagi
Hyuna menyeringai lantas memajukan tubuhnya mendekat pada Sooran. Bisa Sooran rasakan wangi parfume mahal yang Hyuna kenakan saat gadis Kim itu mendekat padanya.
"mereka hanya budakku" bisik Hyuna dengan suara yang terdengar cukup sensual
Sooran kembali menarik senyum di wajahnya setelah Hyuna kembali menjauhkan tubuh dari dirinya.
"apa itu artinya kau akan bersenang2 dengan mereka malam ini Hyuna-ssi?" tanya Sooran
"bisa jadi iya...tapi bisa juga tidak" balas Hyuna
"kenapa?" Sooran menatap bingung
Hyuna mengendikan bahunya, lantas menyesap minumannya yang baru saja tiba. Mata gadis itu memejam sesaat menikmati sensasi manis alkohol yang baru saja mengalir di tenggorokannya.
"aku tak merasa pria2 itu membangkitkan adrenalinku, kau mengerti maksudku bukan?" tukas Hyuna dengan senyum nakal di wajahnya.
"ya...sepertinya aku mengerti Hyuna-ssi" balas Sooran melakukan hal yang sama.
Keduanya tertawa pelan kini, seperti dua orang sahabat yang sudah saling mengenal. Tak ada rasa canggung ataupun sikap kaku yang mereka tunjukan, keduanya begitu santai berbincang membahas apapun yang melintas di pikiran mereka.
"oh...ya, aku belum bertanya apapun mengenaimu sejak tadi Sooran-ssi" tukas Hyuna pada Sooran.
"memangnya apa yang kau ingin tahu dariku Hyuna-ssi?" tanya Sooran masih dengan sikap ramah
"apa kau hanya sendiri malam ini?" tanya Hyuna
"awalnya tidak" Sooran tak coba berbohong "tapi...aku ditinggal namjaku karena dia lebih memilih menyelesaikan tugasnya daripada menemaniku disini" tambah Sooran menekan beberapa kata seolah menyiratkan sesuatu yang tersembunyi
"wah...itu sangat disayangkan? Bagaimana mungkin dia menyia2kan gadis secantikmu di tempat seperti ini. Itu sama saja melempar yeojanya ke sebuah hutan rimba yang dipenuhi binatang buas, bukan begitu?" Hyuna mengoceh panjang setelah mendengar jawaban Sooran
Sooran hanya tersenyum menanggapi perkataan Hyuna, membuat lawan bicara menatap gemas padanya.
"namjamu itu sepertinya harus diberi pelajaran" Hyuna berujar penuh semangat
Sooran memasang wajah herannya sambil menatap Hyuna lamat2.
"memberi pelajaran namjaku?" ulangnya "bagaimana caranya?" tanya Sooran kemudian
"tentu saja dengan bermain dengan namja yang ada di tempat ini" balas Hyuna bersemangat
Kali ini Sooran coba memberi ekspresi tak yakin pada Hyuna, mencoba memancing reaksi gadis itu agar kembali buka suara.
"kenapa? kau tak mau?" tanya Hyuna yang memakan umpan Sooran
"bukan tak mau, aku...hanya sedikit tak yakin" balas Sooran
Sooran merasakan aktingnya cukup sempurna malam ini melihat tiap balasan yang Hyuna berikan padanya.
"ya! apa yang membuatmu tak yakin huh?" Hyuna bertanya sambil memukul pundak Sooran pelan
"hanya pilih satu pria yang ada disana" tangan Hyuna menunjuk lantai dansa yang dipenuhi manusia2 yang tengah menikmati musik.
"lalu ajaklah menari hingga dia mau menemanimu menari di ranjang" tambah Hyuna sambil menaik turunkan alisnya.
Kembali melakukan aktingnya, Sooranpun menatap kearah lantai dansa. Matanya begitu serius menelisik tiap orang yang ada disana, hingga akhirnya gadis itu tersenyum lebar sambil kembali menatap Hyuna.
"bagaimana dengan pria itu?" tanya Sooran menunjuk seorang pria dengan mata serupa rubah menari disana.
Pria yang ditunjuk Sooran terlihat begitu dingin dengan gerakan menari seadaanya juga tatapan yang seolah menyiratkan ketidak tertarikannya pada orang2 disekitarnya.
"wuah...kupikir kau memilki mata yang bagus" puji Hyuna sambil mengacungkan kedua ibu jarinya pada Sooran
"begitukah?" Sooran pura2 tersanjung
"hmm" jawab Hyuna sambil mengangguk antusias
Sooran tersenyum lebar sambil menyelipkan surai kelamnya ke telinga. Gadis itu bahkan berpura2 tersipu guna melengkapi aktingnya malam itu.
"ya! tunggu apalagi? Cepat dekati namja itu" perintah Hyuna
"sekarang?" tanya Sooran
"tentu saaja sekarang" Hyuna menarik tubuh Sooran agar gadis itu bangkit dari duduknya
"tapi...bagaimana jika dia menolakku?" tanya Sooran ragu2
"kalau dia menolakmu biar aku yang bereskan" jawab Hyuna lalu mendorong tubuh Sooran kearah lantai dansa.
Sooranpun melihat kearah Hyuna sesaat dan mendapati gadis itu memberikan semangat untuknya. Gadis Lee itupun coba membalas senyum pada Hyuna, sebelum akhirnya senyum itu berganti tatapan dingin saat tubuhnya membelakangi sosok incarannya tersebut.
Seperti yang disarankan Hyuna, Sooran mendekati pria dingin bermata rubah itu. Awalnya keduanya tak saling berinteraksi, hingga akhirnya Sooran mendekat pada sang pria dan mengajaknya berdansa bersama.
"wuaah...lihat, dia berhasil melakukannya" Hyuna berujar pada pelayan yang kembali menuangkan minuman ke gelasnya dengan penuh semangat.
Sang pelayan hanya menanggapinya dengan senyuman tanpa membalas ucapan yang Hyuna lontarkan padanya.
"kurasa dia wanita yang cepat belajar bukan? dia bahkan melakukannya pada percobaan pertama? Tidakkah itu luar biasa?" tukas Hyuna lagi sambil menegak minumannya.
Lagi2 sang pelayan hanya menanggapi perkataan Hyuna dengan senyuman ramahnya, membuat sang gadis memilih menatap lurus pria itu.
"hey tampan...siapa namamu?" tanya Hyuna kemudian pada sang pelayan
"Aku?" tangan namja itu menunjuk dirinya sendiri
"ne, kau" jawab Hyuna sambil mengangguk
Gadis itu coba menangkap prianya sesaat setelah melihat Sooran yang berhasil medapatkan seorang namja di lantai dansa. Dan perlu diketahui, sebenarnya sejak tadi Hyuna memang mengincar pelayan pria itu. basa basinya dengan Sooranpun tak lain agar sang pelayan memperhatikan dan akhirnya tertarik padanya.
"namaku Seokmin" jawab pria itu sembari merekahkan senyum terbaiknya pada Hyuna
"ok...Seokmin, apa kau punya waktu malam ini?" tanya Hyuna tak mau basa basi lagi
Seokmin masih merekahkan senyum di wajahnya membuat Hyuna semakin terpesona oleh aura namja itu.
"tentu nona, kurasa aku memiliki banyak waktu malam ini" jawab Seokmin
Hyuna terlihat senang mendengar jawaban Seokmin padanya, namun kepalanya yang terasa pusing membuat gadis itu sedikit tak nyaman kini.
"anda baik2 saja nona?" tanya Seokmin sembari menyentuh lengan Hyuna pelan
"kepalaku sakit" adu Hyuna sambil memijat keningnya pelan
Bisa Hyuna rasakan pandangannya yang mulai mengabur, bersama rasa nyeri yang kian menyiksa kepalanya. Bahkan saat sosok Sooran kembali dengan membawa pria baru disisinya, Hyuna belum bisa menghilangkan rasa sakit di kepalanya.
"kau kenapa Hyuna-ssi? Apa kau mabuk?" tanya Sooran sambil memegang bahu Hyuna
"tidak...aku tidak mabuk, mana mungkin gadis yang kuat minum sepertiku mabuk hanya dengan meminum 2 gelas alkohol" balasnya
Hyunapun menegakkan tubuhnya bersikap seolah dirinya baik2 saja.
"jadi...apa kalian sudah berkenalan?" tanya Hyuna dengan dahi mengernyit menahan sakit
"ne, kami sudah berkenalan...namanya Jeon Wonwoo" jawab Sooran sambil memukul pelan pundak Wonwoo
"kenalkan...aku Jeon Wonwoo" ujar Wonwoo sambil mengulurkan tangannya pada Hyuna
Hyuna bermaksud meraih uluran tangan Wonwoo saat merasakan pandangannya menggelap. Gadis itu bahkan merasakan kepalanya memberat dan akhirnya Hyuna ambruk tepat di pelukan Sooran. Dengan wajah datar dan tatapan dinginnya, Sooranpun mendorong tubuh Hyuna kearah Wonwoo...yang segera disambut oleh namja tersebut.
"urus dia, bawa ke tempat yang sudah kukatakan pada kalian" perintah Sooran pada Wonwoo juga Seokmin yang merupakan anak buahnya
Kedua namja itu mengangguk, lantas cepat mengerjakan apa yang Sooran perintahkan tanpa membuat orang2 disekitar itu merasa curiga dengan tindakkan mereka.
-
-
-
Seungkwan berjalan bersama sosok Seungcheol memasuki sebuah ruangan besar. Di dalam ruangan itu terlihat tiga sosok pria yang terlihat begitu asing di mata Seungkwan.
"kau sudah datang" salah satu dari tiga pria itu yang tak lain adalah Minhyuk berujar pada Seungcheol.
"ne, hyung...dan aku membawa orang yang kau katakan kemarin" tukas Seungcheol seraya melirik kearah Seungkwan
Minhyuk menoleh pada Seungkwan sambil tersenyum, membuat pria bermarga Boo itu ikut menyunggingkan senyum kaku di wajahnya.
Kalau boleh jujur sebenarnya Seungkwan merasakan gugup yang luar biasa, namun pria berpipi chuby itu coba menekan rasa gugupnya agar tak terlihat oleh semua yang ada disana.
"jadi kau yang bernama Boo Seungkwan?" Zero orang yang berada diantara Minhyuk dan Hyungwoon berujar pada Seungkwan
"n...ne" jawab Seungkwan sedikit tergugup
"dan apa kau tahu siapa aku?" tanya Zero lagi
Takut2 Seungkwan menatap wajah Zero lalu menunduk sesudahnya karena tak berani beradu pandang dengan mata pria yang ada dihadapannya tersebut.
"Ze...Zero" jawab Seungkwan masih tergugup
Zero tersenyum lebar mendengar suara Seungkwan yang terdengar bergetar. Perlahan tubuh pria itupun mendekat pada Seungkwan lantas menghulurkan tangannya guna memegang bahu Seungkwan.
"kau takut padaku?" tanya Zero
Seungkwan mengigit bibir bawahnya masih dengan wajah yang tertunduk "a..annimida"
"kalau kau tak takut...kenapa kau tarus menunduk seperti itu?" tanya Zero lagi
"tegakkan kepalamu dan lihat aku" perintah Zero
Suara Zero terdengar tenang, namun cukup menuntut yang pada akhirnya membuat Seungkwan mau tak mau melakukan apa yang diperintahkan padanya.
"kau tahu kenapa aku meminta Seungcheol membawamu kemari?" tanya Zero setelah Seungkwan menatap kearahnya
"ti..tidak" jawab Seungkwan belum bisa menghilangkan gugup di hatinya
Zero yang maklum hanya mengangguk sambil menarik senyum yang cukup membuat perasaan Seungkwan menjadi tenang.
"kudengar kinerjamu sangat bagus di lapangan, karena itulah...aku meminta Seungcheol membawamu menemuiku" jelas Zero yang membuat Seungkwan menganggukan kepalanya.
"dan...aku juga berencana menarikmu menjadi salah satu bagian dari tim inti" tambah Zero lagi
Mata Seungkwan membulat mendengar itu, rasa bahagiapun tak mampu ia sembunyikan dari wajahnya.
"be..benarkah?" tukasnya tak percaya
"tentu saja benar" Zero kembali berujar sambil tersenyum
"tapi...untuk itu kau harus melakukan sesuatu untuk kelompok ini" tambah Zero
Tanpa ragu Seungkwan mengangguk, pria Boo itu merasa bersemangat karena tugasnya kali ini didapati langsung oleh pimpinan tertinggi kelompok yang begitu ia agungkan.
"katakan apa yang harus aku lakukan Zero, maka aku akan melakukan semua untukmu" tukas Seungkwan tanpa ragu
Zero tersenyum puas lantas mengusap leher Seungkwan pelan.
"Hyung ku yang berdiri disana yang akan mengatakan padamu nanti, jadi...bersabarlah" tukas Zero masih dengan senyum lebar di wajahnya.
Mata Seungkwan beralih pada Minhyuk yang juga melempar senyum lebar padanya, juga pada sosok Hyungwoon yang berdiri disisi namja manis itu.
"baiklah...kau bisa kembali, nanti kalau sudah waktunya...hyung ku akan langsung menemuimu untuk memberikan perintah" tukas Zero yang lagi2 membuat Seungkwan mengangguk pelan.
TBC_
Langsa, 1 Januari 2019
05:38
Kerja sama bareng: Hae_Baragi & Biga_Agasshi
Choi Junhong
Jung Daehyun
Boo Seungkwan
Vernon
Lee Seokmin
Jeon Wonwoo
Tempat kencan Sooran dan Wonho
Kalo ada yang bingung atau gak ngerti sama ceritanya bisa nanya ya...😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro