Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part V

"jadi ini rumahnya?" tanya Wonho saat dirinya dan Hyunwoo berdiri tepat di sebuah rumah mewah daerah Jamsil yang merupakan kediaman milik Choi Junhong, pengusaha muda sukses yang memiliki banyak cabang perusahaan di Seoul.

Tak ada jawaban dari Hyunwoo, namja itu hanya mengangguk pelan seraya masih melayangkan netranya kebangunan megah itu.

"apa kita akan disini saja seperti ini?" kembali Wonho bertanya dan kali ini berhasil mengalihkan fokus Hyunwoo

Namja berkulit tan itu memandang Wonho dengan wajah datar andalan miliknya.

"tentu saja tidak...untuk apa kemari kalau hanya bediri disini" jawab namja itu kemudian.

"kalau begitu tunggu apalagi, ayo bergerak" ajak Wonho pada sang rekan

Hyunwoo belum bergeming, mata kelamnya masih mengarah lurus pada Wonho yang justru memandang namja itu bingung.

"kenapa?"

"disini siapa yang atasan Shin Wonho?" bukan menjawab Hyunwoo justru balas bertanya

"tentu saja kau" tunjuk Wonho pada Hyunwoo

"kalau begitu kenapa kau yang mengatur apa yang harus aku lakukan?"

Wonho menggaruk tekuk lehernya yang mendadak terasa gatal sembari menunjukan senyum lebar di wajahnya.

"aku bukan mengatur Son Hyunwoo...aku hanya berusaha memberikan pendapat" sanggah Wonho coba membela diri.

"lagipula kau terus saja berdiri disini tanpa bergerak, itukan akan membuang2 waktu saja" tambah Wonho lagi

"aku diam juga karena sedang mengawasi sekitar kita bodoh" balas Hyunwoo tak mau terima.

"jadi kalau terjadi sesuatu di dalam sana, aku bisa mencari spot2 bagus untuk melarikan diri"

"terjadi sesuatu?" Wonho nampak menatap heran Hyunwoo

"apa...kau berpikir akan terjadi sesuatu di dalam?" tanyanya lagi

"entahlah...bisa iya, bisa juga tidak" kali ini Hyunwoo berujar sembari berjalan mendekati rumah megah itu.

Wonho sempat terdiam sesaat sebelum akhirnya mengikuti langkah rekan sekaligus atasannya itu.

Langkah kedua pria tegap itupun mengarah kesalah satu pos penjagaan yang berada tepat disebelah gerbang besar kediaman mewah milik Junhong.

"permisi" sapa Hyunwoo sopan

"ya" balas salah satu penjaga yang ada disana.

"aku Son Hyunwoo....dari kepolisian distrik Gangnam. Bisa kami bertemu dengan tuan Choi Junhong?" tukas Hyunwoo sambil menunjukkan id card miliknya.

"maaf...tapi apa anda sudah membuat janji dengan tuan Choi?"

Hyunwoo menatap Wonho sekilas sebelum kembali menatap sang penjaga.

"belum"

"baiklah...kalau begitu tunggu sebentar, biar saya memberitahu tuan Choi dulu" tukas penjaga itu kemudian mengarahkan tubuhnya kedekat telepon yang ada dibelakang tubuhnya.

Sesaat penjaga itu nampak bercakap2 dengan seseorang yang berada diujung telepon, hingga selang beberapa waktu sang penjaga kembali menatap Wonho juga Hyunwoo.

"silahkan masuk tuan2" ujar sang penjaga itu kemudian sambil membukakan gerbang kecil disisi pos tempatnya berjaga.

Hyunwoo dan Wonho sama2 mengangguk kemudian berjalan mengikuti sang penjaga yang memimpin jalan dihadapan mereka. keduanya berjalan melintasi halaman yang cukup luas, melewati beberapa pohon pinus yang tertanam rapi disisi kiri dan kanan jalan menuju bangunan megah tersebut.

Tak lama keduanya tiba dibangunan mewah tersebut dan langsung disambut seorang pelayan wanita yang sudah menunggu di depan pintu besar rumah itu.

"silahkan tuan2 ikut saya" dengan sopan pelayan itu segera berujar tanpa menunggu Hyunwoo ataupun Wonho bertanya padanya.

Tak banyak membantah, lagi2 Hyunwoo dan Wonho hanya mengikuti pelayan tersebut yang membawa mereka ke ruangan yang ada di dalam kediaman tersebut. sosok Junhong ada disana, duduk santai sembari memutar2 sebuah koin di atas meja kerjanya.

"tuan Choi, tamu anda" pelayan itu berujar membuat Junhong menghentikan kegiatannya.

Netranya yang semua tertuju pada koin yang berputar segera terarah pada Wonho dan Hyunwoo yang masih berdiri di tempat mereka.

"namja ini" gumam Wonho dalam hati saat pandangannya bertemu dengan Junhong

Wonho tak menyangka kalau pria yang bernama Choi Junhong adalah pria yang dia temui tanpa sengaja di rumah penyimpanan abu, saat pertama kali bertemu dengan sosok Sooran.

"silahkan duduk tuan2" suara Junhong membuat Wonho sedikit tercekat dari lamunannya.

Hyunwoo merespon dengan anggukan, kemudian duduk di kursi yang sudah ditunjuk oleh Junhong. Wonho melakukan hal serupa, namja itu duduk disisi Hyunwoo sambil masih menatap wajah Junhong lamat2.

"kalau boleh tahu...ada perlu apa anda berdua datang kemari?" tanya Junhong tanpa basa basi.

"begini...kami kemari untuk sedikit bertanya mengenai tuan Lee Hwitaek" jelas Hyunwoo

Junhong mendesah pelan sembari menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi. Tangannya memijat pangkal hidungnya pelan sembari memejamkan matanya.

"jadi kalian kemari untuk menanyakan tentang Hwitaek hyung" tukasnya setelah beberapa saat membiarkan hening tercipta

"ne" jawab Hyunwoo

"apa yang ingin kalian ketahui?" tanya Junhong lagi

"bisa aku tahu apa...hubungan anda dengan tuan Lee?"

"kami sahabat dekat, bahkan aku sudah menganggap Hwitaek hyung seperti saudaraku sendiri"

Hyunwoo mengangguk singkat, seraya melirik sesaat kearah Wonho

"Menurut informasi yang kami terima...anda adalah orang yang membawa tuan Lee Hwitaek, ke panti asuhan Soteria...apa hal itu benar?

"Iya...itu benar. Aku memang yang membawa Hwitaek hyung kesana, karena setahuku panti asuhan Soteria adalah panti asuhan yang baik untuk anak2 yang terlantar"

Sebelah alis Hyunwoo naik mendengar ucapan Junhong, pria Son itu merasa janggal dengan perkataan Junhong yang seolah merujuk anak Hwitaek adalah anak terlantar.

Itu memang tidak sepenuhnya salah, mengingat sang ayah memang tak menginginkan keberadaan anak itu. Tapi Hyunwoo tetap merasa terkejut saat mendengar Junhong terang2an berkata seperti itu.

"Mendengar apa yang baru saja anda sampaikan, aku menyimpulkan kalau anda tahu perihal tuan Hwitaek yang memiliki seorang anak...bukan begitu?" Tanya Hyunwoo setelah diam beberapa waktu

Junhong menganggukan kepalanya pelan sebagai perwakilan jawabab iya dari pertanyaan yang Hyunwoo lontarkan.

"Lalu apa anda tahu siapa ibu dari anak yang dititipkan di panti asuhan Soteria?"

Junhong sempat diam sesaat sebelum akhirnya kembali mengangguk pelan pada Hyunwoo.

"bisa anda memberitahu siapa ibu dari anak itu?" tanya Hyunwoo lagi

"dia anak dari salah satu traniee disana, dan saat ini traniee tersebut sudah tak berada di Korea" jawab Junhong.

"tidak di Korea?"

"hmm, wanita itu memberikan anak itu pada Hwitaek hyung lantas pergi meninggalkan Korea"

"apa anda tahu siapa nama wanita itu?" kembali hyunwoo memburu Junhong dengan pertanyaan.

"tidak...aku tidak tahu, aku juga tak bertanya pada Hwitaek hyung karena tak ingin dia merasa tertekan" jelas Junhong

Hyunwoo menarik nafas dalam merasa petunjuk yang Junhong berikan mengarah kejalan buntu.

"Tapi ngomong2 untuk apa anda tahu siapa ibu dari anak itu?" Tanya Junhong sedikit penasaran

Hyunwoo diam sesaat sembari membenarkan duduknya, lantas pria bermarga Son itu kembali memandang sosok Junhong lurus.

"Kami hanya mencoba mencari keterkaitan korban dengan orang2 terdekatnya saja" jawab Hyunwoo kemudian

Jelas itu bukan jawaban sebenarnya atas pertanyaan yang Hyunwoo lontarkan. Pria itu berpikir tak seharusnya dia mengatakan hal sebenarnya pada Junhong, mengingat ada kemungkinan pria dihadapannya ini adalah salah satu pelaku pembunuhan berantai yang sedang dia tangani.

"Baiklah tuan Choi...keberatan jika aku bertanya lagi pada anda?"

Kali ini bukan Hyunwoo, melainkan sosok Wonho yang melempar tanya pada Junhong.

Sedikit terkaget melihat Wonho yang tiba2 buka suara, namun Hyunwoo tak coba menyela apa yang ingin rekannya itu tanyakan pada Junhong.

"Bisa anda beritahu pada kami apa hubungan anda dengan nona Lee Sooran?" Tanya Wonho setelah melihat Junhong mengangguk tanda setuju

Hyunwoo menatap bingung, merasa pertanyaan yang Wonho ajukan tak ada kaitannya dengan kasus ini.

"Sooran? Anda mengenalnya?" Junhong balas bertanya

"kami berkenalan kemarin saat mencari sedikit info di panti asuhan Soteria. Dan setahuku...anda bersamanya saat mengunjungi rumah penyimpanan abu beberapa hari yang lalu, bukan begitu?" tukas Wonho sedikit terdengar menuntut.

Sebenarnya pria itu sadar kalau pertanyaannya tak ada hubungan apapun dengan kasus yang diselidikinya, tapi rasa penasaran di hati Wonho memaksa pria itu untuk mencaritahu tentang hubungan antara pria bernam Choi Junhong dihadapannya ini dengan Sooran.

"kami berteman, aku dan Sooran berteman cukup akrab karena aku adalah salah satu donatur disana" jawab Junhong setelah sempat diam beberapa detik

"Kalau kalian memang sudah kesana...kupikir Minhyuk hyung pasti sudah mengatakan perihal ini pada kalian bukan?" tambahnya lagi

Hyunwoo mengangguk membenarkan itu sedangkan Wonho hanya diam dengan masih melayangkan tatapannya pada Junhong.

"Ze..." Wonho baru saja akan kembali bertanya saat sebuah suara mengintrupsi namja kekar tersebut.

Pria bermarga Shin itupun menoleh ke asal suara, begitupun dengan Hyunwoo juga Junhong.

"ah...mian, kau ada tamu ternyata" sosok pria dengan postur mungil berujar salah tingkah sembari menatap Junhong

"kenapa Daehyun hyung? Apa kau memiliki sesuatu yang penting untuk dikatakan?" tanya Junhong pada pria yang dipanggilnya Daehyun itu.

"hmm...sebenarnya iya, tapi...sebaiknya nanti saja aku katakan" tukas Daehyun seraya akan beranjak.

"tidak...tidak, tuan....kami sudah selesai dengan urusan kami. jadi...kau bisa tinggal dan berbicara dengan tuan Choi" suara Hyunwoo menahan langkah kaki Daehyun yang hendak berlalu.

Jelas saja hal itu membuat Wonho menatap heran kearah Hyunwoo, terlebih namja itu masih memiliki beberapa pertanyaan yang ingin diajukannya pada Junhong.

"anda sudah akan pergi?" tanya Junhong pada Hyunwoo

"ne, kurasa apa yang ingin saya tanyakan sudah saya tanyakan. Jadi...sebaiknya kami berdua pamit" jawab Hyunwoo

"tapi aku belum memberikan kalian minuman" sesal Junhong

"tidak apa tuan Choi...kami sedikit terburu dan lagi...rekan anda sepertinya harus segera membahas hal penting pada anda"

"ah..baiklah kalau begitu" Junhong mengangguk pelan kini

"kalau begitu kami pamit tuan Choi, terimakasih atas waktunya" Hyunwoo membungkuk sopan kemudian berlalu meninggalkan ruangan Junhong.

*

"jadi kau bertemu dengan Choi Junhong di tempat penyimpanan abu?" tanya Hyunwoo ketika keduanya sudah berada di dalam kendaraan Hyunwoo

"hmm" jawab Wonho

"lalu kenapa kau tak mengatakan padaku dari awal?"

"mana kutahu kalau orang bernama Choi Junhong itu adalah orang yang sama yang kutemui i tempat penyimpanan abu" jawab Wonho

Hyunwoo diam sedikit membenarkan apa yang baru saja Wonho katakan.

"tapi...kau benar2 melihatnya bukan? maksudku...kau tak salah orang kan?" tanya Hyunwoo memastikan

"Son Hyunwoo...ingatanku cukup baik dalam mengenali wajah orang...memangnya aku sepertimu" balas Wonho tak senang

"karena itukah kau jadi selalu teringat gadis bernama Sooran itu?" tukas Hyunwoo dengan nada sindiran.

"apa?" Wonho menautkan alisnya

"jangan berpura2 bodoh, pertanyaanmu yang melenceng dari kasus yang kita tangani itu sudah membuktikan kalau kau masih memikirkan gadis bernama Sooran itu" tuduh Hyunwoo

Skakmat, Wonho lupa dia berhadapan dengan seorang Son Hyunwoo yang memiliki kepekaan luar biasa.

"apa kau menyukainya hmm?" tanya Hyunwoo lagi

"siapa?"

"tentu saja Lee Sooran, apa kau berharap aku mengatakan itu untuk merujuk Choi Junhong?" balas Hyunwoo sedikit kesal

Wonho tak menjawab dia hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal sembari membuang pandangannya dari Hyunwoo.

"ngomong2...aku merasa ada keganjilan dari sikap tuan Choi tadi" ujar Hyunwoo membuat Wonho kembali memandang kearahnya.

"keganjilan?" ulang Wonho bingung

"Keganjilan seperti apa?" Tanya Wonho kemudian

Hyunwoo mengendikan bahunya pelan "entahlah aku hanya merasa sikapnya tadi sedikit mencurigakan belum lagi gelagatnya saat namja bernama Daehyun itu muncul. kurasa ada yang berusaha namja itu tutupi, tapi...." Hyunwoo diam mengantung kata2nya sendiri.

"Tapi apa?" tanya Wonho yang dilanda rasa penasaran karena Hyunwoo tak kunjung melanjutkan kata2nya.

Hyunwoo tak menjawab, namja itu tampak menatap lurus kemudian memandang kearah Wonho sesaat.

"Ya! kau lapar tidak? aku tiba2 merasa lapar" tukas Hyunwoo sambil mengusap perutnya.

Dahi Wonho berkerut mendengar ucapan yang baru saja Hyunwoo lontarkan.

"apa2an kau ini, kau bahkan belum melanjutkan kata2mu. Tapi sekarang malah mengeluh lapar" sungut Wonho

"itu bukan hal penting, aku rasa mengisi perutku jauh lebih penting" jawab Hyunwoo mudah membuat Wonho semakin bertambah heran.

"Ish..kau ini memang aneh, kenapa juga aku harus jadi bawahan orang sepertimu?" Sungut Wonho kesal

"Aku ini polisi hebat, karena itu kau menjadi bawahanku" balas Hyunwoo seraya terkekeh geli

"Iya...iya, terserah padamu saja" Wonho tak mau ambil pusing memilih mengalah

Hyunwoo tersenyum kemudian mulai mengemudi dengan tenang tanpa berujar apapun pada Wonho.

"ya! bukankah kau bilang mau makan tadi?" tanya Wonho saat kendaraan Hyunwoo berbelok kearah tempat pencucian mobil otomatis.

"sebelum makan sebaiknya cuci mobil dulu" jawab Hyunwoo

Lagi2 Wonho membiarkan Hyunwoo melakukan apa yang dia inginkan tanpa banyak bertanya apapun lagi pada namja itu.

"Shin Wonho...lihat...apa kau rasa gadis ini menarik" Hyunwoo menunjukan ponselnya kearah Wonho

Alis Wonho bertaut, hal aneh baginya mendengar Hyunwoo membahas seorang gadis padanya. bukan...bukan karena Hyunwoo tidak menyukai gadis, tapi...pria bermarga Son itu memang tak suka membahas hal2 pribadi seperti itu padanya.kalaupun dia ingin bercerita, pastilah dia lebih memilih membahas hal itu pada Yiseul daripada dengannya.

"gadis?" ulang Wonho dengan tatapan heran

"ne, lihatlah...apa kau kira gadis ini cocok untukku" tangan Hyunwoo mendekatkan layar ponselnya pada Wonho

Mata Wonho membulat melihat apa yang Hyunwoo tunjukan, rekannya itu tidak menunjukan gambar gadis melainkan sebuah pesan yang dia ketik di ponselnya sendiri.

_sepertinya mobilku tadi dibobol, aku curiga ada yang meletakkan semacam pelacak atau sejenisnya. Jadi saat mobil ini mulai dicuci...kita akan sama2 mencari alat itu di dalam sini_ begitu kira2 isi pesan yang tertulis di layar ponsel

"gadis yang cukup menarik...tapi...darimana kau mengenal gadis ini?" tanya Wonho menyiratkan sesuatu

"aku mengenalnya baru saja, aku juga sekali mengantarnya pulang dan yeoja membuatku sedikit tertarik padanya" Hyunwoo berujar sembari mengetikan sesuatu lagi di ponselnya.

_beberapa barang2ku di atas dashboardku tergeser dari tempatnya, padahal saat keluar aku yakin semua masih terletak di tempatnya masing2_tulis Hyunwoo kembali pada ponselnya.

Seperti halnya Wonho yang peka dengan wajah orang yang baru ditemuinya, Hyunwoo juga peka dengan letak barang2 yang ada disekitarnya. Pria itu akan mudah mengetahui benda2 yang bergeser dalam satu kali pandang saja.

"ah...pantas saja kau mencuci mobilmu, apa kau berencana menemuinya setelah selesai bekerja?" tukas Wonho mulai meraba bagian bawah dashboard mobil Hyunwoo.

"hmm, begitulah" jawab Hyunwoo melakukan hal yang sama.

Keduanya mencari alat yang mereka sangka ada di dalam mobil itu dengan tenang, sembari sesekali berbincang agar tak menimbulkan kecurigaan. Beruntung Hyunwoo memiliki ide memasuki tempat pencuci mobil otomatis, sehingga bising air mampu sedikit meredam penggerakan mereka.

"Kau yakin ada yang meletakkan alat pelacak di mobilmu?" Wonho berujar tanpa suara

"Tak ada yang hilang...jadi kurasa mereka masuk kesini bukan untuk mengambil sesuatu, melainkan meletakkan sesuatu" balas Hyunwoo melakukan hal yang sama

Wonho mengangguk mendengar itu bersama tangannya yang terus meraba disekitar tempat duduknya. Tak lama Wonho memukul pundak Hyunwoo keras, saat tangannya merasakan sebuah benda sebesar kuku ibu jarinya tertempal di bawah jok kursi tempat duduknya.

"ini penyadap" tukas Wonho tanpa suara.

Tangan namja itupun sudah menunjukan penemuanyan pada atasannya tersebut. Melihat alat penyadap yang Wonho tunjukan...Hyunwoo mengiyaratkan pada Wonho, agar menempelkan benda itu di kotak tissu yang ada di atas dashboard mobilnya.

"kita makan dimana?" tanya Hyunwoo kemudian setelah alat tersebut tertempel di tempat yang dia tunjukan.

"bagaimana kalau makan ramyeon di restaurant langgananku?" usul Wonho

"lagi?"

"kita baru kesana kemarin" Hyunwoo berujar sembari melajukan mobilnya meninggalkan tempat pencucian mobil.

"kemarin ya kemarin, hari ini ya hari ini" balas Wonho sembari mengetik sesuatu di ponselnya.

"baiklah kalau begitu, sebaiknya kita kesana" Hyunwoo berujar seolah dia terpaksa melakukan itu.

*

Jooheon duduk dengan gelisah di ruang kerjanya hari itu, sudah nyaris 2 hari Minju tak memberi kabar padanya setelah kejadian di rumah makan tempo hari. Jooheon sebenarnya ingin menghubungi gadis itu, namun...pria itu takut kalau nantinya Minju justru tak mau mengangkat panggilan darinya.

Dengan kasar Jooheon mengusap wajahnya, kemudian coba mencari alasa kenapa saat itu emosinya harus meluap tak terkendali. Lama Jooheon merenung, namun semakin pria itu mencari alasan penyebab rasa marahnya perasaan pria itu justru semakin memburuk.

Dan hal itu sepertinya berdampak pada Changkyun yang sejak tadi nampak gelisah memandangi Jooheon yang terlihat gusar. Jooheon sadar sendiri sadar, kalau sebenarnya Changkyun pasti sedang sangat penasaran dengan apa yang membuatnya seperti ini. walau...pria manis yang juga memiliki dimple di pipinya itu lebih memilih diam daripada bertanya pada Jooheon.

DRRRT...DRRT suara getar ponsel Jooheon yang dia letakkan di atas meja memaksa netra pria itu beralih. Wajahnyapun langsung tampak senang, manakala nama Minju tertera di layar ponsel pintar miliknya tersebut.

"ne, Minju-ya" tanpa menunggu lama Jooheon segera mengangkat panggilan Minju

Senyap diseberang, tak ada sahutan dari sosok Minju yang menelponnya.

"Minju-ya...kau baik2 saja?" tanya Jooheon karena tak mendapatkan jawaban dari Minju.

Masih bungkam menjawab pertanyaan Jooheon membuat namja itu menjauhkan ponsel guna memastikan panggilan masih terhubung.

"Min.."

"aku kesal pada oppa" suara Minju memutus kata2 yang baru saja akan Jooheon ucapkan

Giliran Jooheon yang diam, menunggu kalau2 Minju kembali membuka suaranya.

"aku benci sikap yang oppa tunjukan padaku" benar saja Minju kembali melanjutkan kata2nya.

"tapi..." Minju memenggal ucapannya sendiri.

"tapi tiba2 aku rindu pada oppa" suara gadis itu terdengar bergetar kini

Senyum terkembang begitu saja di wajah Jooheon, membuat Changkyun yang sejak tadi menemaninya menatap heran pada sang atasan.

"aku harus bagaimana...kenapa aku sangat merindukan oppa sekarang?" kembali Minju berujar kali ini dibarengi suara isakan kecil.

"kau dimana sekarang?" tanya Jooheon

"dirumah"

"kalau begitu tunggu sebentar, oppa akan kesana sekarang juga" tukas Jooheon sembari bangkit dari duduknya.

Tak ada balasan dari Minju, membuat Jooheon segera memutuskan panggilannya. Pria itupun dengan cepat menyambar jas kerja yang tersampir disandaran kursi, kemudian dengan tergesa melangkah menuju pintu masuk.

"hyung...kau mau kemana?" tanya Changkyun membuat langkah Jooheon terhenti

"aku mau menemui Minju" jawab Jooheon

"tapi hyung...sebentar lagi kau harus menemui investormu"

Jooheon diam sebentar sebelum akhirnya menarik sebuah senyuman di wajah chubynya.

"kau urus saja ya, aku benar2 harus pergi sekarang" tukas Jooheon kemudian berlalu.

Pria itu sempat mendengar protes dari Changkyun, namun bukannya berhenti...Jooheon justru semakin memacu langkahnya meninggalkan kantornya.

Di lobi bawah kantornya, langkah Jooheon terhenti manakala mendapati sosok Sooran yang berjalan memasuki kantornya.

"oppa" sapanya pada Jooheon.

"Sooran-ya" balas Jooheon dengan wajah yang terlihat sepenuhnya kaget.

"sedang apa kau kemari?" tanya Jooheon kemudian.

"Minhyuk oppa memintaku memberikan bingkisan dari yayasan kami untuk oppa"

Jooheon menatap bingkisan yang Sooran bawa kemudian menganggukkan kepalanya pelan.

"kalau begitu titip saja bingkisan itu pada Changkyun, kebetulan dia ada di ruanganku" Jooheon berujar sambil beranjak pergi.

"tak bisakah kita bicara sebentar? Kukira...sudah lama kita tak saling berbincang oppa" pinta Sooran membuat langkah Jooheon kembali terhenti

Pria bermarga Lee itu menatap Sooran yang terlihat memandangnya penuh harap.

"mianhae Sooran...oppa buru2 sekarang, jadi...tak bisa berbincang denganmu. lain kali saja ya kita bicaranya"

"lain kali itu kapan?" tanya Sooran dengan tatapannya yang mengarah tajam ke netra milik Jooheon.

Mata Sooran bahkan sudah memanas, namun dengan sekuat tenaga dia coba menahan air mata yang siap tumpah kapan saja dari pelupuk matanya.

"apakah begitu sulit memberikanku sedikit waktumu?" tanya Sooran dengan suara bergetar menahan tangis

"Sooran" Jooheon berujar putus asa

"hah" Sooran mendesah pelan sekadar mengurangi rasa sesak yang melungkupi dadanya.

"aku kira kau benar2 sudah membuangku. Kurasa....aku tak memiliki arti apa2 lagi untukmu bukan begitu?" tuduh Sooran bersama tatapanya yang mengarah tajam pada Jooheon

"Sooran bukan begitu" sanggah Jooheon

"anni oppa...jangan jelaskan apapun. karena...semakin kau menjelaskan semua, hatiku justru makin terluka" Sooran kembali berujar bersama satu tetes air matanya yang mengalir dipipi putihnya.

"maaf...menganggu waktumu" Sooranpun membungkuk sopan kemudian berjalan kearah lift guna menuju ruangan kerja milik Jooheon.

*

"dia target selanjutnya?" Minhyuk bertanya pada Zero yang memberikan gambar seorang pria padanya.

Zero yang masih setia memakai topengnya hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"katakan pada Kihyun hyung dan Hyungwoon hyung agar bersiap, kita akan segera melakukan eksekusi besok malam" titah Zero

"bagaimana dengan Sooran? Apa dia akan ikut misi juga?"

Zero tak menjawab, pria itu hanya diam sembari melayangkan tatapannya kearah lain.

"kali ini dia tak usah ikut, bawa saja orang lain untuk menggantikannya"

"baiklah, kalau begitu aku akan langsung mempersiapkan semuanya" Minhyuk berujar sembari berlalu meninggalkan Zero yang masih membatu diposisinya.

"Son Hyunwoo...Shin Wonho...takkan kubiarkan kalian berdua menemukan kami" gumam Zero dalam hati

TBC_

Langsa, 20 September 2018
18:21
Hasil kerja sama bareng
Hae_Baragi & Biga_Agasshi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro