Part IX
Sooran mengepalkan tangannya keras, wajahnya menegang dan matanya yang mengarah nanar pada satu titik. Sangat jelas kalau Sooran berusaha mati2an menahan liquid bening yang siap jatuh kapan saja, terlebih saat gadis tersebut harus melihat sosok Jooheon yang sudah terbujur kaku dihadapannya.
"apa..apa penyebab kematiannya?" dengan suara gemetar Sooran bertanya pada pria yang sejak tadi menemaninya disana.
"menurut hasil visum...Jooheon, mengalami kekerasan sexsual. Banyak luka lebam disekitar tubuhnya dan wajahnya" jawab pria itu sambil memperhatikan reaksi Sooran.
"Dan...sepertinya Jooheon mengalami pendarahan serius pada ehmm...analnya, itu jadi penyebab utama bocah ini meninggal" tambah lelaki tersebut lagi.
Satu cairan bening mengalir begitu saja di pipi Sooran, gadis itu bahkan terisak kecil sambil mengusap pipi Jooheon. Bisa Sooran rasakan pipi Jooheon yang terasa dingin di permukaan kulitnya dan hal itu semakin membuat hatinya hancur.
"Sooran-a...kau baik2 saja?" tanya pria tersebut yang tak lain adalah Wonho
Tak ada jawaban dari Sooran, gadis itu masih bungkam sambil menangisi kondisi Jooheon saat ini. menyadari kondisi hati Sooran yang tak baik, Wonhopun memilih diam sambil tetap berada di sisi Sooran. Namja kekar itu berharap kalau Sooran bisa mengandalkan bahunya untuk menangis, walau...pada kenyataannya gadis itu tak melakukannya.
"apa kalian sudah mendapatkan pelakunya?" tanpa melepas arah pandangannya dari Jooheon, Sooran berujar pada Wonho.
"tim kami sedang mencoba mencari pelaku" jawab Wonho
Sooran menarik sebuah senyum sinis diantara tangisnya, yang tentu saja tak terlihat oleh Wonho karena namja itu berdiri tepat di belakang tubuhnya.
Gadis itu muak dengan gerak lamban para aparat itu, bahkan Sooran lebih bernafsu untuk mengejar pelaku pembunuhan Jooheon daripada harus menunggu mereka meringkusnya.
"apa jasad Jooheon sudah selesai diotopsi?" tanya Sooran masih dengan posisi yang sama
"ne" jawab Wonho singkat
"kalau begitu...bisa aku membawanya untuk dikremasi?" tanya Sooran lagi
Wonho berpikir sesaat sambil menatap punggung Sooran "tentu...kau bisa membawanya setelah melengkapi surat2nya"
Soran mengangguk mendengar itu, lantas berlalu meninggalkan Wonho yang justru menatap risau padanya. sepeninggalan Sooran, Wonho mengarahkan tatapannya pada jasad Jooheon. Tubuh kaku itu terlihat begitu tenang walau wajah dan sebagian tubuhnya dipenuhi luka2.
"apa masih sakit?" Wonho berujar sambil mengusap surai Jooheon
"kuharap kau tak merasakan sakit lagi" kembali Wonho berujar
Tenggorokan Wonho terasa sakit, namja kekar itu bahkan kesulitan menelan ludahnya sendiri.
"maaf..." sesalnya dengan suara yang mulai terdengar bergetar.
"seharusnya kehadiran kami bisa membantumu terhindar dari hal seperti ini, tapi..." Wonho tak bisa lagi melanjutkan ucapannya karena rasa sesak yang mendera di dadanya.
Wonhopun mengalihkan pandangannya dari Jooheon, sambil menyeka ujung matanya yang berair. Namja itu benar2 terlihat begitu emosional saat menghadapi kenyataan tak bisa melindungi nyawa seorang bocah yang tak bersalah.
Ditengah kesedihan yang mendera, sosok Hyunwoo memasuki kamar jenazah itu dengan tatapan herannya.
"kau menangis?" tanya Hyunwoo pada namja yang lebih pendek darinya itu.
Wonho menggeleng, harga dirinya terlalu tinggi untuk mengakui kalau dirinya baru saja menangis. Hyunwoo tahu kalau Wonho baru saja berbohong, sebagai rekan yang sudah mengenalnya bertahun2 bagaimana mungkin namja minim ekspresi itu tidak tahu kalau sang sahabat tengah berdusta padanya.
"kemana nona Lee Sooran?" mencoba mengalihkan pembicaraan Hyunwoo bertanya pada Wonho
"dia keluar" jawab Wonho setelah berdehem sebentar
"kemana?" tanya Hyunwoo lagi
"mungkin mengurus beberapa berkas, karena..katanya Sooran ingin membawa Jooheon untuk dikremasi" jelas Wonho
Mendengar itu Hyunwoo mengangguk, lantas menatap sosok Jooheon seperti yang Wonho lakukan.
"dia anak yang tampan" puji Hyunwoo
Mendengar ucapan yang Hyunwoo lontarkan, Wonho hanya mengangguk pelan membenarkan.
"sangat disayangkan dia harus mengalami nasib seperti ini" tambah Hyunwoo lagi
Kali ini Wonho menghembuskan nafasnya pelan, namja itu kian merasa bersalah seolah semua peristiwa yang Jooheon alami adalah murni kesalahannya.
"apa nona Sooran mengatakan sesuatu padamu tadi?" tanya Hyunwoo kemudian
"hmm, ada" jawab Wonho sambil menatap kearah Hyunwoo
"apa yang dia katakan?"
"dia hanya bertanya apa penyebab kematiannya...juga bertanya apa kita sudah menangkap pelaku atau belum"
Alis Hyunwoo berkerut mendengar jawaban yang Wonho lontarkan membuat bawahannya itu ikut melakukan hal yang sama.
"kenapa memasang wajah seperti itu?" tanya Wonho heran.
Hyunwoo tak langsung menjawab, namja itu terlihat mengusap dagunya pelan sambil menatap lekat Wonho.
"tidakkah pertanyaannya aneh?" tanya Hyunwoo kemudian
"aneh? aneh bagaimana?" Wonho kian tak mengerti
Kembali Hyunwoo mengusap dagunya kebiasaan namja itu bila sedang berpikir atau merasa tak nyaman.
"orang awam biasannya akan bertanya...apa yang terjadi? kenapa dia bisa begini? Atau siapa yang tega melakukan ini pada Jooheon?" ungkap Hyunwoo lalu menjeda ucapannya sesaat.
"tapi...gadis itu justru bertanya apa penyebab kematiannya, seolah...dia sudah terbiasa melihat hal semacam ini" tambah Hyunwoo kemudian.
Wonhopun terdiam cukup lama mendengar penjelasan dari Hyunwoo tersebut. namja bermarga Shin itu coba mencerna perlahan maksud ucapan atasannya itu.
"mungkin dia terlalu terkejut" Wonho coba membela Sooran
Mendengar itu Hyunwoo menaikkan sebelah alisnya heran, tak biasanya rekan kerja itu membela seseorang seperti ini batin Hyunwoo.
"hmm...bisa jadi" Hyunwoo mengangguk pelan tanda setuju
Pria berkulit tan itu sedikit malas berdebat dengan rekannya terlebih saat melihat Wonho dalam kondisi yang tidak baik seperti sekarang. cukup lama ruangan itu hening karena mereka berdua memilih diam tanpa saling berbincag. Hingga sosok wanita dengan postur tinggi memasuki ruangan tersebut sambil menyunggingkan senyum ramahnya.
"anyeonghaseyo...aku Im Jinah, nona Sooran memintaku membawa jasad Jooheon untuk dikremasikan di rumah duka" jelas wanita itu tanpa diminta
Wonho dan Hyunwoo pun saling pandang sesaat sebelum kembali menatap kearah Jinah.
"kenapa kau yang mengambilnya? Kemana Sooran?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir Wonho bahkan tanpa namja itu rencanakan.
"nona Sooran sedang mengurus beberapa hal, jadi dia memintaku mengurus semuanya" jawab Jinah
Kembali kedua pria kekar itu saling lempar pandangan meminta pendapat dengan isyarat mata.
"bagaimana? apa aku bisa membawa Jooheon bersamaku?" Jinah kembali berujar membuat pandangan mereka kembali mengarah pada wanita tersebut.
Hyunwoo menggeser tubuhnya memberi ruang pada Jinah. Wanita itu tersenyum lebar, lantas meminta beberapa perawat untuk membawa jasad Jooheon bersamanya.
*
"Hyungwoon...Hyungwoon" Minhyuk memanggil Hyungwoon sambil mengguncang tubuh namja tinggi yang tengah terlelap di ranjang milik Sooran
Hyungwoon membuka matanya perlahan dan menatap Minhyuk yang sudah berdiri tepat di sampingnya
"ada apa?" tanya Hyungwoon dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali
"kau melihat Sooran?" tanya Minhyuk
Namja kurus itu menarik tubuhnya bangun lantas menatap Minhyuk yang masih mengenakan kaos polos dan celana pendek. Dari kondisinya Hyungwoon bisa menyimpulkan kalau Minhyuk juga belum lama bangun.
"tidak ada di luar?" balas Hyungwoon
"kalau ada apa mungkin aku bertanya padamu?" wajah Minhyuk menunjukan ekspresi kesal kini.
Melihat itu Hyungwoonpun bangkit dari tidurnya, lantas mengarahkan kakinya ke luar kamar Sooran untuk mengecek keberadaan gadis tersebut. benar apa yang dikatakan Minhyuk, Hyungwoon tak menemukan keberadaan Sooran dimanapun.
"kemana dia pergi?" tanya Hyungwoon sambil menatap Minhyuk yang ternyata menyusul langkahnya.
"kenapa kau kembali bertanya padaku? bukankah aku yang bertanya padamu lebih dulu" suara Minhyuk naik satu oktaf kini.
Hyungwoon mengusap daun telinganya, pria jangkung itu benar2 tak suka dengan suara Minhyuk yang meninggi bagaikan lengkingan lumba2.
"aku juga tak tahu Lee Minhyuk, makannya aku ikut bertanya" Hyungwoon coba membela dirinya.
Dengusan Minhyuk membalas itu bersama tangannya yang mencoba menghubungi seseorang.
"apa?" sosok dari seberang berujar sarkas pada Minhyuk
"Yoo Kihyun, kau dimana sekarang?" tanya Minhyuk
"di rumah" Kihyun masih menjawab dengan nada yang sama
"apa Sooran bersamamu?" tanya Minhyuk lagi
"Sooran?" ulang Kihyun lantas terdiam beberapa waktu "dia tak ada disini" jawabnya kemudian
"benarkah? Jadi dia tak bersamamu?"
"tidak...dia tak bersamaku. Kami memang berjumpa kemarin, tapi...itu hanya sebentar saat kau memintaku mengejar Vernon. Setelah itu kami berpisah dan aku belum meilihatnya sampai sekarang" jelas Kihyun
Mendengar itu Minhyuk menghembusakan nafas kasar, wajahnyapun berubah frustasi kini.
"kenapa? apa Sooran pergi tanpa mengatakan apapun?" tebak Kihyun yang mendengar hembusan nafas Minhyuk dari seberang terleponnya.
"ne, begitulah" jawab Minhyuk
"sudah coba menelponnya?" tanya Kihyun lagi
Minhyuk mengarahkan tatapannya pada Hyungwoon yang saat ini coba menghubungi Sooran. Namun beberapa waktu kemudian namja itu kembali menghembuskan nafas kasar saat Hyungwoon menggeleng pelan tanda ponsel Sooran dalam keadaan mati.
"jankaman" tiba2 Hyungwoon berujar sedikit memekik
Sebuah panggilan masuk di ponselnya membuatnya cepat2 mengangkat panggilan tersebut.
"jika kalian mencari Sooran, dia ada di rumah duka di dekat rumah sakit Seoul" suara yang sangat amat Hyungwoon hafal berujar dari seberang.
"rumah duka?" mata Hyungwoon mengarah pada Minhyuk.
Minhyukpun merampas ponsel Hyungwoon begitu saja guna berbicara dengan orang yang baru saja menghubungi namja tinggi itu.
"kenapa Sooran berada di rumah duka?" tanya Minhyuk tanpa basa basi,
"Hyung kesana saja, nanti juga hyung akan tahu sendiri" jawab orang itu lantas mematikan panggilan secara sepihak
"aish" rutuk Minhyuk nyaris membanting ponsel Hyungwoon.
Beruntung pria bermarga Chae itu cepat2 menarik ponsel miliknya, jadi benda itu selamat dari amukan Minhyuk yang tak mengenal belas kasihan.
"daripada marah2, sebaiknya kita segera berangkat" ujar Hyungwoon sambil menatap datar Minhyuk
"arasso kajja" Minhyuk mengiyakan lantas cepat beranjak.
Namun baru saja dua langkah Minhyuk beranjak, tangan Hyungwoon sudah menahan bahunya.
"apa?" tanya Minhyuk dengan tatapan bingung.
"ganti dulu bajumu, kau mau pergi kesana dengan penampilan seperti itu"Hyungwoon berujar sambil menunjuk tubuh Minhyuk dari atas sampai kebawah.
"astaga benar" Minhyuk yang baru sadar segera bergegas ke kamarnya untuk berganti baju
Melihat hal itu Hyungwoon hanya bisa menggeleng pelan, namja itu kembali melangkah menuju kamar Sooran untuk mengganti pakaiannya juga.
*
Suasana di rumah duka saat itu terlihat begitu suram. Hanya ada beberapa orang disana karena memang Jooheon kecil tak memiliki kerabat. Orang2 yang berada di tempat itu juga sebenarnya hanya orang2 Sooran, yang kebetulan membantu gadis tersebut mengurus segala keperluan kremasi Jooheon.
"dia terlihat sangat sedih" bisik Yiseul pada Wonho yang memang ditugaskan Hyunwoo untuk melihat keadaan disana.
"itu karena dia sangat menyanyangi bocah itu" balas Wonho dengan cara yang sama
Yiseul hanya mengangguk menanggapi hal itu, lantas kembali menatap kearah Sooran. Perhatian keduanyapun masih mengarah lurus pada gadis tersebut, hingga kedatangan 3 orang pria membuat atensi mereka teralihkan.
"Kihyun" panggil Yiseul melihat salah satu pria yang akan melewatinya tersebut
Pria manis itu menghentikan langkahnya, lantas menoleh pada sosok Yiseul yang berdiri di samping Wonho. Sedangkan dua pria lagi yang tak lain adalah Hyungwoon dan Minhyuk masih melanjutkan langkah mereka menuju kearah Sooran.
"no...noona? kenapa kau disini?" ujarnya dengan tatapan heran
"aku ditugaskan untuk melihat kondisi disini, kebetulan...kasus ini juga ditangani oleh defisi kami" jelas Yiseul
Kihyun mengangguk mendengar itu, setelahnya mengurungkan niat untuk menghampiri Sooran. Sudah ada Hyungwoon dan Minhyuk di sana pikir Kihyun, jadi...pria Yoo itu pikir tak masalah kalau dirinya tetap berada di samping Yiseul.
"kau mengenal Sooran juga?" Wonho bertanya pada Kihyun disaat namja itu tengah sibuk dengan pikirannya.
"eh...anda bertanya apa tadi?" tanya Kihyun sambil sedikit mencondongkan tubuh mungilnya ke depan.
Yiseul yang memang berada diantara dua pria itu tanggap dan segera memundurkan tubuhnya agar keduanya lebih leluasa mengobrol.
"aku bertanya...apa kau juga mengenal Lee Sooran dokter Yoo?" ulang Wonho kemudian
"ne...aku mengenalnya, bahkan kami mengenal dengan sangat baik" jawab Kihyun tanpa ragu
"benarkah? Seberapa dekat kalian?" kali ini Yiseul yang bertanya
Sebuah senyum Kihyun kembangkan kini, membuat dimple di tulang pipinya terlihat jelas.
"kenapa noona? apa kau cemburu mendengar kami dekat?" guraunya
"anniyo..buat apa aku cemburu?" sanggah Yiseul walau tak ayal pipinya merona saat menyanggah hal itu.
"kalau memang kau tak cemburu? Kenapa kau bertanya mengenai kedekatan kami?" tanya Kihyun lagi
Yiseul mengusap lengannya pelan sebelum akhirnya melempar pandangan pada Wonho. Dia berharap namja berbadan besar itu bisa membantunya kali ini, walau tak benar2 yakin kalau seorang Wonho bisa melakukannya.
"kami hanya perlu menyelidiki beberapa hal dokter Yoo, jadi bertanya mengenai orang2 yang terkait dengan Jooheon" jelas Wonho
Senyum Yiseul terkembang mendengar jawaban masuk akal yang dilontarkan Wonho, dalam hatipun wanita itu berjanji akan mentraktir dongsaeng besarnya itu makan ramyeon sepuasnya sepulang dari tempat ini.
"jadi begitu" Kihyun mengangguk pelan tanda percaya
"kami dekat karena aku dan Minhyuk berteman saat masih kuliah dulu. Aku sering menginap di rumah namja itu jadi cukup mengenal Sooran dengan baik" jelas Kihyun lagi
Gantian Yiseul mengangguk mendengar itu bersama senyum tipis yang terukir di wajahnya. Mati2an wanita itu coba menahan kebahagiaan yang dirasakan setelah Kihyun menjelaskan semuanya.
Mungkin Yiseul akan terus terlena oleh euforia kegembiraannya kalau saja lengan Wonho tidak tiba2 menyenggolnya.
"apa?" tanya Yiseul sambil menatap kearah Wonho
Wonho tak berujar, hanya menunjuk kearah pintu masuk menggunakan dagunya. Melihat hal tersebut, Yiseulpun ikut mengarahkan tatapannya kearah yang Wonho maksud. Sosok Junhong ada disana berjalan bersama Daehyun tepat disisinya.
"bukankah dia Choi Junhong?" bisik Yiseul yang dijawab anggukan oleh Wonho
Keduanyapun lantas diam dan memilih memperhatikan Junhong yang sudah menghampiri Sooran. Namja bertubuh jangkung itupun cepat menarik tubuh Sooran dalam dekapannya seraya mengusap lembut surai panjang gadis tersebut.
Tidak lama setelah kedatangan pria bermarga Choi itu, sosok Jooheon juga hadir disana. Di samping namja berlesung pipi itu juga terlihat sosok Changkyun yang melempar senyum pada Kihyun. Keduanya saling menyapa lewat gerakan mata, sebelum sama2 menatap sosok Jooheon yang mematung menatap Junhong dan Sooran dari kejauhan.
"kau akan disini saja? tidak mau menghampiri Sooran?" Jooheon segera menoleh begitu mendapat frasa tanya itu dari Kihyun.
Kalimat tanya itu bukan saja menarik atensi Jooheon, sosok Wonho dan Yiseul yang ada di samping namja bermarga Yoo itu ikut menoleh saat mendengar Kihyun bertanya pada Jooheon.
"nanti saja..kalau Junhong sudah selesai dengan urusannya" jawab Jooheon
"dia takkan selesai dengan urusannya Lee Jooheon, percaya ucapanku" Kihyun terkekeh di akhir kalimatnya.
Jooheon membalas itu dengan senyum kaku, bersama tatapannya yang mengarah pada sosok Wonho.
"hyung...kau disini" sapanya pada Wonho
"kalian saling kenal?" tanya Kihyun melihat Jooheon menyapa Wonho
"ne...kami sempat berkenalan saat Wonho hyung minum kopi bersama Sooran" jelas Jooheon
Mendengar jawaban Jooheon, Kihyun menganggukan kepalanya. namun gerakan itu terhenti melihat fokus Changkyun yang mengarah pada sosok Yiseul. Dan ternyata bukan hanya Kihyun yang menyadari hal itu, sosok Yiseul juga meraskan hal yang sama.
"kenapa kau memandangku seperti itu tuan..."
"Changkyun...Im Changkyun" Changkyun yang tahu pertanyaan itu tertuju padanya langsung memperkenalkan diri.
"ne, tuan Im Changkyun. Kenapa anda melihatku seperti itu? apa...ada sesuatu yang ingin anda tanyakan?" tanya Yiseul
Changkyun mengusap lehernya sesaat sambil menjilat sudut bibirnya.
"tidak..aku hanya berpikir kalau pernah melihatmu sepertinya" tukas Changkyun kemudian
"benarkah?" Yiseul mengernyitkan alisnya
Wanita itu bahkan coba mengingat2 dimana dia pernah bertemu dengan sosok Changkyun, namun entah kenapa berapa kali dia coba mengingat hal tersebut Yiseul tak bisa mengingat hal tersebut.
"ah...kau polisi Hwang Yiseul bukan?" tunjuk Changkyun pada Yiseul
"ne, maja" jawab Yiseul dengan wajah bingung
Senyum Changkyun segera merekah mendengar itu membuat keempat orang yang ada disana bertambah heran melihat sikap yang dia tunjukan.
"kau ingat Minju? penulis yang mencaritahu beberapa materi tentang kepolisian padamu?" Changkyun coba mengarahkan ingatan Yiseul
"ah..Minju, Heo Minju maksudmu?" balas Yiseul
"ne...Heo Minju" Changkyun mengarahkan telunjuknya pada Yiseul "malam saat kau dan dia bertemu, aku menjemput Minju di lobi restaurant" jelas Changkyun masih dengan senyum di wajahnya
Yiseul diam sesaat, sebelum akhirnya mulutnya terbuka lebar sambil mengangguk pelan. Sebuah ingatan mengenai Changkyun meskit samar mulai berputar di memori otaknya.
"maafkan aku Changkyun-ssi aku kurang baik dalam mengingat wajah orang lain" sesal Yiseul
"gwenchanayo polisi Hwang, lagipula pertemuan kita hanya berlangsung singkat. Kita juga tak saling menyapa karena kau sedikit terburu2 malam itu" Changkyun berujar tak keberatan.
Yiseul sedikit lega mendengar penuturan Changkyun, terlebih melihat senyum yang namja itu ukir di wajahnya. Keduanya saling melempar senyum sesaat sebelum akhirnya Kihyun beredehem membuat Changkyun dan Yiseul sama2 menoleh padanya.
"sepertinya Junhong sudah akan pergi" Kihyun yang sadar dirinya diperhatikan berpura2 tidak tahu
Atensi Changkyun dan Yiseul yang semula tertuju pada Kihyunpun berbalik mengarah pada Junhong. Pria bermarga Choi itu mulai meninggalkan Sooran dan berlalu meninggalkan rumah duka.
"sudah temui Sooran sana" tangan Kihyun mendorong tubuh Jooheon pelan
Pria itu mengangguk lantas mengajak Changkyun untuk menghampiri Sooran yang masih setia berada di dekat altar.
"Sooran-a" panggil Jooheon pada gadis tersebut
Sooran hanya memandang Jooheon sekilas, lantas menunduk sebentar dan kembali menatap gambar Jooheon kecil. mendapati sikap Sooran itupun, Jooheon hanya bisa mendesah pelan tanpa bisa mengatakan apapun.
Changkyun yang sadar dengan kondisi Jooheon, segera mengisyaratkan atasannya itu untuk memberikan penghormatan terakhir. Keduanyapun akhirnya bersama2 melakukan penghormatan terakhir dengan khidmat lantas kembali menghadap Sooran setelahnya.
"oppa...turut bersedih Sooran-a" Jooheon coba berkomunikasi dengan Sooran
"terimakasih....sudah mau ikut bersedih Jooheon-ssi" balas Sooran dengan suara yang terdengar dingin
Jooheon tersentak mendengar ucapan yang baru saja Sooran lontarkan, begitu juga dengan Minhyuk dan Hyungwoon. Bukan hal yang wajar ketika Sooran memanggil Jooheon dengan bahasa formal, dan hal itu membuat Jooheon, Changkyun, Hyungwon dan Minhyuk sedikit merasa aneh. Keempat namja itupun menatap wajah Sooran heran, sedangkan gadis itu nampak acuh seolah tidak melakukan hal yang aneh.
"Sooran-a...kenapa kau bersikap sekaku itu pada Jooheon?" tanya Minhyuk pada Sooran
"Sikap ku kaku?" mata Sooran menatap dingin kearah Minhyuk
"kurasa sikapku baik2 saja? bukankah memang seperti ini cara kita bersikap dengan donatur panti kita oppa?" tambah Sooran masih dengan nada dingin yang sama
Minhyuk mengernyitkan merasa sikap Sooran benar2 terlihat aneh.
"tapi tak biasanya kau bersikap sekaku ini pada Jooheon, kau...berujar seperti Jooheon itu orang asing" tukas Minhyuk pelan namun masih mampu didengar oleh Sooran dan tiga namja lain yang ada di sana.
Kali ini Sooran memilih diam, gadis itu enggan menjawab dan memalingkan wajahnya menatap gambar Jooheon kecil di altar.
Mendapati sikap Sooran yang seperti itu Minyuk hanya bisa mendesah frustasi, lantas menatap Jooheon dengan tatapan bertanya. Namja itu begitu penasaran dengan apa yang terjadi diantara mereka sehingga membuat Sooran bersikap seperti ini.
"nanti akan kuceritakan hyung, tapi sekarang aku harus kembali" Jooheon berujar sambil mengusap bahu Minhyuk pelan
"arasso...maaf aku tak bisa mengantarmu" balas Minhyuk
Jooheon hanya mengangguk sambil tersenyum menanggapi hal itu, lantas berlalu disusul Changkyun di belakangnya. Tanpa namja bermarga Lee itu sadari, sosok Sooran justru sudah mengenggam erat hanbok yang digunakannya setelah sosok itu benar2 berlalu.
Wonho dari tempatnya melihat semua, sikap dan raut wajah yang Sooran tunjukan. Meski tak bisa mendengar apa yang diucapkan oleh mereka yang ada di sana, Wonho cukup mengerti ada sesuatu yang terjadi diantara Jooheon dan Sooran. Sikap yang Sooran tunjukan saat ini, terlihat sama dengan saat pertama kali Wonho bertemu dengan Jooheon. Hal itu membuat pikiran Wonho di penuhi tanda tanya, juga rasa penasaran tentang hubungan Jooheon dan Sooran.
-
-
-
Hembusan nafas syarat bahagia dikeluarkan Sooran dari bibirnya. Ranumnya tak henti merekahkan senyum senang menikmati udara musim semi kala itu. Berbaring di tengah padang rumput, bersama seorang Lee Jooheon sudah cukup membuat gadis itu bahagia.
Merasakan angin semilir yang menerpa wajah keduanya, Jooheon sesekali menatap Sooran yang berbaring di lengan kekarnya. Tak lupa sebuah senyum manis juga turut namja itu kembangkan manakala kedua netra mereka saling bertemu.
"kau senang?" tanya Jooheon
"tentu saja" jawab Sooran masih dengan senyum merekah di wajahnya
"menghabiskan waktuku bersama oppa seperti ini....membuatku benar2 senang" tambah Sooran tak mengurangi raut bahagia di wajahnya.
Mendengar itu Jooheon semakin menarik senyum di wajahnya, lantas menilik awan2 yang berarak perlahan di tiup angin.
"Sooran...lihat itu" tangan Jooheon menunjuk sebuah awan yang berbentuk lucu
Mata Sooran mengarah pada telunjuk Jooheon guna menatap objek yang pria itu maksud.
"tidakkah kau merasa kalau bentuk awan itu seperti bungeoppang?" tanya Jooheon kemudian
Senyum Sooran perlahan memudar mendengar kalimat yang baru saja Jooheon lontarkan, menyisakam senyap yang meliputi Jooheon yang masih menatap gumpalan awan tersebut.
Merasa tak mendapat tanggapan, Jooheonpun menoleh dan langsung mendapati wajah Sooran yang terlihat tak baik.
"ada apa?" tanya Jooheon menyiratkan kekhawatiran
"aku tak suka bungeoppang" jawab Sooran bersama tatapannya yang nampak redup
Jooheon yang menyadari hal itu segera memiringkan tubuhnya, lantas menarik tubuh Sooran dan mendekap tubuh mungil itu dalam pelukannya.
"mian" sesal Jooheon yang tak mendapat balasan apapun dari Sooran
Gadis itu hanya bungkam sambil ikut melingkarkan tangannya di pinggang Jooheon. Keduanya terus berpelukan dalam hening dengan tubuh yang masih terbaring di padang rumput tersebut.
"maafkan oppa...oppa tak bermaksud" bisik Jooheon sambil mengecup singkat pelipis Sooran
"tak apa...aku mengerti" balas Sooran yang sedikit terendap karena pelukan Jooheon
"oppa hanya bermaksud membuatmu senang tadi, tapi..." Jooheon menahan ucapannya karena rasa bersalah yang mendera
Sadar dengan hal itu Sooran mengadahkan kepalanya guna menatap Jooheon, membuat kedua netra mereka kembali bertemu. Sooran bahkan bisa merasakan helaan nafas Jooheon yang membentur keningnya, membuat kedua matanya sesekali mengerjap.
"kau tahu oppa...kehadiran oppa di sisiku seperti ini sudah membuatku bahagia" tukas Sooran sembari menarik senyumnya
Senyum itu menulari Jooheon, bahkan tangannya sudah kembali mengusap surai Sooran lembut membuat gadis itu merasakan kenyamanan.
"ini sudah sangat lama bukan?" tanya Sooran kemudian membuat kedua alis Jooheon saling bertaut
"terakhir kali kita menghabiskan waktu bersama saat oppa akan pindah" tukas Sooran membuat pria bermarga Lee itu paham kemana arah pembicaraan Sooran.
"aku tak pernah bertemu oppa lagi setelah itu, hingga sudah lewat sebulan baru oppa menemuiku lagi seperti ini" kali ini Sooran kembali membenamkan wajahnya di dada bidang Jooheon.
"tidakkah oppa tahu aku sangat merindukan oppa?"
Jooheon yang mendengar itupun mengeratkan pelukannya di tubuh Sooran, lantas mengecup puncak kepala gadis itu berkali2.
"oppa juga merindukanmu Sooran-a, sangat...sangat merindukanmu" balas Jooheon
"kalau begitu tak bisakah kita kembali seperti dulu oppa? aku...ingin semua kembali seperti dulu" pinta Sooran sedikit terisak
"Sooran-a...bersabarlah, kita harus melewati semua ini dengan baik agar bisa kembali bersama" tukas Jooheon dengan suara yang terdengar gemetar
"aku tak bisa oppa...aku tak sanggup jauh dari oppa" balas Sooran
Jooheon menarik tubuh Sooran menjauh, lantas mengusap air mata yang sudah menghiasi pipi gadis tersebut. ditatapnya lamat2 wajah Sooran sebelum akhirnya kembali berujar
"kau bisa Sooran...kau pasti bisa"
"karena kau gadis kuat maka kau bisa melakukannya. gadis oppa sangat kuat bukan? jadi...kau pasti bisa bertahan" sambung Jooheon seraya mengusap pelan kedua pipi Sooran.
Sooran menelisik iris Jooheon yang menaruh begitu banyak kepercayaan padanya, perlahan gadis itupun coba tersenyum lantas mengangguk pasti.
"ini dia...Lee Sooranku" tangan Jooheon kembali merengkuh tubuh Sooran dan memeluknya semakin erat.
Tangan Sooranpun ikut mengeratkan pelukan di tubuh besar Jooheon, berharap semua rindu yang ditahannya segera terobati dalam dekapan namja kesayangannya tersebut
TBC_
Langsa, 1 Desember 2018
Kerja sama bareng
Hae_Baragi
Biga_Agasshi
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro