Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part IV

"NOONA!" pekikan yang lumayan keras itu berhasil mengejutkan Wonho.

Alhasil lelaki itu segera mengarahkan pandangannya ke asal suara. Wonho dapat dengan jelas mendapati seorang anak kecil yang berlari menuju seorang gadis muda. Dan dengan senyum yang begitu bersahaja, gadis itu menyambut kedatangan anak itu dengan bahagia.

"eoh...yeoja itu" tanpa sadar Wonho bergumam begitu saja kala melihat bocah yang baru saja berteriak itu menghampiri sosok Sooran.

"Jooheon-ah.. bagaimana bisa kau berada disini?" tanya Sooran pada bocah tersebut.

Sooran bahkan sudah berjongkok dihadapan Jooheon guna mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan anak itu.

"Tadi aku berada disana, dan tak sengaja bertemu Noona di sini. Jadi aku berlari kemari." Jelas bocah itu lengkap dengan cengiran yang lebar.

"Kau berlari? Apa tidak kelelahan?" Sooran kembali bertanya sembari mengusap peluh yang menghiasi pelipis Jooheon.

"Sedikit.." Bocah itu kembali menunjukkan deretan giginya yang tak terlalu putih.

"Kalau begitu, bagaimana jika aku mentraktirmu Ice cream?"

Dengan senyuman yang kian melebar, bocah itu mengangguk dengan semangat dan setelahnya Sooran menggandeng tangan anak itu pergi menjauh.

Wonho sempat tercenung sesaat di tempatnya sembari melihat langkah Sooran yang menjauh, hingga tiba2 matanya mendapati sebuah gelang terjatuh dari pergelangan tangan Sooran.

"jo..." kata2 Wonho tertahan begitu saja manakala sosok Sooran sudah menghilang di kerumunan orang2 yang berlalu lalang.

Jadilah Wonho kembali termenung di tempatnya sambil menatap gelang yang kini sudah berada di tangannya.

"mwoya? bagaimana ini?" tanya Wonho pada dirinya sendiri.

"Memangnya ada apa?" Tanya Hyunwoo yang menyembulkan kepalanya dari ceruk leher Wonho membuat namja bertubuh kekar itu sedikit terlonjak karena kaget.

"Ya! kau mengagetkanku!" kesal Wonho sembari memegang dadanya.

"Salahmu sendiri yang termenung? Memangnya apa yang kau lihat?" mata Hyunwoo nampak mengitari sekitarnya.

"Bukan apa2.. ayo masuk.. aku sudah lapar." Ajak Wonho sembari melangkah mendahului Hyunwoo.

*

"noona sebelah sini" sosok Kihyun melambai kearah Yiseul yang baru saja memasuki coffe shop tempatnya berada.

Keduanya memang sudah berencana bertemu untuk membahas tentang laporan kesehatan Eunbin, karena itu Kihyun meminta Yiseul untuk menemuinya di tempat itu.

"maaf membuatmu menunggu" tukas Yiseul sembari mendudukan tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan Kihyun.

"gwenchana noona, aku tahu kau termasuk orang sibuk" canda Kihyun sembari merekahkan senyum manisnya

Yiseul ikut menarik sebuah senyum di wajahnya, manakala manik coklatnya menangkap dimple manis yang tercetak di tulang pipi Kihyun. Bahkan yeoja itu sudah bergumam di dalam hati, tentang bagaimana pria seperti Kihyun memiliki wajah yang begitu manis –bahkan melebihinya—.

"ngomong2 kau mau pesan apa noona?" ucapan dari bibir Kihyun itu membuat Yiseul sedikit tersentak.

"ice americano" jawab Yiseul cepat.

"jankaman" Kihyun segera beranjak dan berlalu membuat Yiseul menghela nafas pelan.

"bodoh sekali kau Hwang Yiseul, bisa2nya kau terpesona pada seorang namja yang baru kau kenal beberapa hari ini" rutuk Yiseul sembari memijit keningnya pelan.

Yiseulpun coba mengalihkan perhatiannya dengan melayangkan tatapan disekitar coffe shop, hingga akhirnya sosok Kihyun kembali dengan membawa 2 buah cup ice americano di tangannya.

"silahkan noona" tukasnya ramah

"gomawo" Yiseul segera meraih pesanannya dan menyeruput cairan hitam pekat itu cepat.

"jadi...apa kau membawa laporannya bersamamu?" tanya Yiseul setelah menelan minumannya.

Tawa Kihyun berderai mendengar pertanyaan yang Yiseul ajukan padanya.

"kau tak suka berbasa basi ya noona" tukas Kihyun kemudian disela tawanya.

"aku hanya tak mau membuang2 waktumu yang berharga dokter Yoo" jawab Yiseul

"hmm...hmmm...hmm" Kihyun menggeleng2 pelan sembari mengerak2an jari telunjuknya.

"jangan kaku seperti itu noona" tukasnya kemudian

"panggil saja aku Kihyun agar terdengar lebih akrab"

Yiseul menaikan sebelah alisnya mendengar penuturan Kihyun, sebelum akhirnya mengangguk sebagai tanda setuju atas usul namja manis itu.

"baiklah Ki..hyun" ujar Yiseul sedikit kaku

"apakah aku bisa mendapatkan catatan kesehatan Eunbin?"

Kembali Kihyun menarik senyum di wajahnya kemudian mengeluarkan sebuah flashdisk dari dalam saku kemeja yang dia kenakan.

"aku sudah mengcopy semua data kesehatan Eunbin disini noona" ujarnya seraya meletakkan benda itu di atas meja.

Tangan Yiseul terhulur kemudian meraih flashdisk pemberian Kihyun tersebut.

"tapi kurasa itu tidak Cuma2 kuberikan padamu noona" tambah Kihyun membuat Yiseul menatap heran padanya.

"karena biar bagaimanapun itu data yang seharusnya menjadi rahasia rumah sakit dan jika saja aku ketahuan membocorkannya pada pihak lain, aku..bisa saja diskor ataupun kehilangan pekerjaanku"

"lalu kau mau memintaku membayarmu begitu?"

"bisa dikatakan begitu"

"kalau begitu katakan berapa kau ingin aku membayarmu?"

Sebuah smirk tercetak di wajah manis Kihyun membuat pesona pria itu semakin terlihat jelas di mata Yiseul.

"bagaimana jika aku meminta bayaran dengan makan malam bersamamu?" tanya Kihyun sambil mencondongkan tubuhnya kearah Yiseul.

Yiseul membulatkan matanya merasa sedikit terkejut dengan tawaran yang Kihyun ajukan padanya.

"jangan berpikir buruk dulu noona, aku benar2 hanya ingin makan malam denganmu. maksudku...tak masalah bukan mentraktir orang yang sudah memberikanmu sedikit info juga membelikanmu satu cup ice americano" tangan Kihyun menunjuk ice americano milik Yiseul

Diam sesaat, Yiseul nampak berpikir tentang penawaran dari Kihyun.

"baiklah...aku mau" tukas Yiseul membuat senyum Kihyun mengembang lebar.

"ok..kalau begitu aku akan mengirim pesan padamu waktu dan tempatnya" balas Kihyun yang disambut anggukan pelan dari

*

Wonho tengah termenung di kursi kerjanya sembari menatap gelang milik Sooran. Gelang tali yang berhias bandulan bulan sabit itu diletakkannya di atas meja dekat file2 yang tengah ia periksa.

Namja itu akan tetap setia menatap gelang itu kalau saja pintu ruang kerjanya tidak tiba2 terbuka dengan keras dan membuatnya tersentak kaget.

"Wonho...cepat ikut aku" sosok Hyunwoo yang berdiri diambang pintu segera memberikan perintahnya pada Wonho

Dengan wajah keheranan dia menatap Hyunwoo yang sudah berlalu setelah mengatakan kalimat itu.

"ya! kenapa tetap disana? cepat pergi" Yiseul yang melihat Wonho tak kunjung bergerak berujar pada namja itu.

"noona...noona saja yang pergi" tawar Wonho

"hey...kau tak dengar tadi Hyunwoo memintamu menemaninya bukan aku" tolak Yiseul

"tapi noona..."

"SHIN WONHO CEPAT" suara keras Hyunwoo terdengar dari luar membuat Wonho buru2 bangkit dari duduknya.

"yes sir" jawabnya setelah menyambar jaket miliknya.

Tak lupa tangan Wonho meraih gelang milik Sooran dan menyimpan di dalam saku celananya.

"memangnya kita mau kemana sih?" tanya Wonho setelah memasuki kendaraan Hyunwoo.

"nanti juga kau tahu" balas Hyunwoo kemudian menyalakan mesin mobilnya.

Kendaraan itu menderu pelan lantas melaju cepat meninggalkan kantor polisi. Sepanjang perjalanan Wonhopun memilih diam tanpa banyak bertanya tentang tujuan mereka pada Hyunwoo yang fokus dengan jalanan dihadapan mereka.

Tak lama laju kendaraan terhenti, tepat di depan sebuah panti asuhan. Wonhopun memandang heran kearah luar sembari membuka sabuk pengamannya. Sedangkan atasannya justru sudah keluar dari kendaraan dan menatap bangunan dihadapannya sambil berkacak pinggang.

"kenapa kita kemari?" tanya Wonho yang kini sudah berada disisi Hyunwoo

"mencari informasi" jawab Hyunwoo singkat

"informasi?" ulang Wonho dengan wajah keheranan

Hyunwoo hanya mengangguk kemudian mulai melangkah meninggalkan Wonho yang masih kebingungan.

"Selamat siang.." Hyunwoo dengan kaku menyapa seorang pekerja di yayasan itu.

Wonho yang awalnya masih tercenungpun buru2 menyusul sosok Hyunwoo dan kembali berdiri disamping atasannya itu.

"Iya.. selamat siang.. apa ada yang bisa saya bantu." Jawab petugas yayasan itu.

"Aku ingin bertemu dengan tuan Lee Minhyuk. Apa dia ada?" Tanya Hyunwoo lagi.

"Oh, tuan Lee Minhyuk ada di taman bersama dengan adiknya. Kalian bisa kesana menemuinya." Jawab petugas itu. dan dengan sopan petugas itu menunjuk arah taman yang harus Hyunwoo dan Wonho lalui.

Hyunwoo dan Wonho sama2 mengarahkan pandangannya pada arah yang orang itu tunjukan, kemudian kembali menatap petugas yayasan sembari merekahkan senyum terbaik mereka.

"Terimakasih banyak" tukas Hyunwoo sambil membungkuk sopan.

"Sama2 tuan."

Dengan pasti Hyunwoo dan Wonho segera menuju arah yang petugas itu maksudkan. Dan tak lama mereka sampai di taman yang namja itu maksud. Mata merekapun bisa menangkap sosok yang mereka cari yang sedang bercengkrama dengan belasan anak2 yang mengerumuninya.

Hyunwoo dan Wonho dapat melihat dengan jelas mereka semua tertawa dengan bahagia. senyuman yang begitu tulus tak henti2nya terlukis diwajah mereka.

Hyunwoo menatap datar kearah sosok Minhyuk dan Sooran sedangkan Wonho terlihat membelalak matanya. bagaimana tidak, lagi2 namja itu melihat Sooran yang nampak ikut disana. gadis manis itu terlihat duduk di sisi Lee Minhyuk sembari memangku seorang gadis kecil. senyuman yang sempat Wonho lihat sebelumnya juga kembali terlukis di wajah sang Gadis.

"Selamat siang.. Lee Minhyuk-sshi.." Hyunwoo mengintrupsi kegiatan mereka.

Sedikit terkejut dengan kehadiran dua orang berbadan kekar ini, membuat Minhyuk menatap heran kearah keduanya.

"aku Son Hyunwoo, dari kepolisian distrik gangnam" Hyunwoo menunjukan ID cardnya pada Minhyuk.

"Kami datang untuk menanyakan beberapa hal tentang tuan Lee Hwitaek. Apakah anda bersedia memberikan sedikit infromasi kepada kami?" Lanjut Hyunwoo kemudian.

Minhyuk diam sesaat kemudian nampak mengangguk pelan sembari bangkit dari duduknya.

"Ahh.. begitu.." raut wajah Minhyuk berlahan menjadi santai.

"Kalau begitu kita bicarakan ini di dalam saja.." tangan Minhyuk menunjuk bangunan yang berada dihadapannya dan berlahan mengajak Hyunwoo dan Wonho menuju ruang kerjanya.

Ketiganyapun berjalan beriringan sebelum Minhyuk kembali menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya untuk memandang Sooran.

"Sooran-ah.. bawakan beberapa minuman untuk mereka." pinta Minhyuk pada adiknya yang masih duduk di bangku taman itu.

"Ne, Oppa.." dan dengan perlahan Sooran menurunkan gadis yang ada di pangkuannya lantas berjalan menuju jalan yang berbeda dengan Hyunwoo dan Wonho.

Dapat Wonho lihat kembali ekspresi wajah Sooran yang kembali berubah. Senyum yang semula terukir indah di wajah sang gadis, perlahan sirna seiring dengan langkahnya yang menauhi anak2 itu.

"Ya! perhatikan langkahmu." Tegur Hyunwoo yang tak sengaja berbenturan badan dengan Wonho yang tak fokus terhadap jalan yang ia lalui.

"Ahh.. mian." Balas Wonho.

*

"Ayo silahkan diminum.." ucap Minhyuk pada Hyunwoo dan Wonho yang telah duduk dengan nyaman di kursinya.

Sooran yang baru saja meletakkan minuman di atas meja pun ikut mendudukan dirinya disisi Minhyuk. Dan dengan sedikit segan, Hyunwoo dan Wonho meminum minuman yang terhidang untuk mereka itu.

"Oh iya.. perkenalkan.. dia Lee Sooran, adik perempuanku." Ujar Minhyuk memperkenalkan Sooran pada Hyunwoo dan Wonho yang telah selesai meneguk minuman mereka.

Sooran sedikit membungkuk kala kalimat perkenalan itu terujar oleh Minhyuk. Dan kembali Wonho dapat melihat ekspresi dingin milik Sooran.

"Dan, apa yang ingin kalian ketahui?" tanya Minhyuk kembali pada topik awal.

"Oh iya.. seperti yang tadi saya katakan. Kami kemari karena ingin menanyakan tentang Lee Hwitaek pada anda" Jawab Hyunwoo.

"Bagaimana hubunganmu dengannya?" tanya Hyunwoo kemudian.

"hubunganku dan presedir Lee ya" Minhyuk mengangguk2 pelan sambil mengusap dagu lancipnya

"Kami cukup dekat. Setelah beliau menitipkan seorang anak di panti asuhan ini" jawab Minhyuk kemudian

"menitip seorang anak?" ulang Hyunwoo dengan raut wajah terkejut.

"ne, seorang anak yang kira2 berusia..." Minhyuk nampak mengingat2

"1 tahun 6 bulan" jawab Sooran mewakili Minhyuk

"ah..benar, 1 tahun 6 bulan" Minhyuk menjentikan jarinya membenarkan kata2 Sooran.

"lalu...apa anak itu masih berada disini?" tanya Hyunwoo lagi

"tentu saja, bahkan sekarang bocah itu sudah bisa berjalan dengan baik dan menggemaskan pastinya"

"kalau boleh tahu...anak siapa yang presedir Lee titipkan itu?" Hyunwoo semakin didera rasa penasaran kini.

"uhmm...mengenai itu, kami ragu bisa memberitahunya pada anda. Sebab, itu adalah privasi yayasan kami" tukas Minhyuk dengan nada menyesal.

Hyunwoo meremat tangannya sembari melirik Wonho yang hanya diam di sampingnya.

"kumohon...setidaknya biarkan kami tahu siapa ibu bayi itu. mungkin...itu bisa membantu untuk menemukan pembunuh dari tuan Hwitaek" tukas Hyunwoo dengan nada memelas.

Kali ini Minhyuk menatap Sooran sesaat lantas kembali memandang Hyunwoo yang terlihat memandangnya penuh harap.

"sebenarnya kalau boleh jujur...kami juga tak tahu siapa ibu dari anak itu polisi Son. Karena...presedir Lee tak mengatakan perihal identitas sang ibu pada kami" jawab Minhyuk

"tapi...dari pengakuannya, anak itu adalah anaknya...dan dia tak bisa merawatnya dikarenakan kesibukannya sebagai pemilik agensi" tambah Minhyuk lagi

Hyunwoo mengangguk pelan mendengar penjelasan yang Minhyuk paparkan.

"hmm...lalu, bagaimana tuan Hwitaek bisa mengenal anda dan memilih menitipkan anaknya di panti asuhan ini?"

"presedir Lee mengetahuinya dari Choi Junhong" jawab Minhyuk

"Choi Junhong?" ulang Hyunwoo

"ne, Choi Junhong...salah satu donatur tetap yayasan kami" jelas Minhyuk sembari tersenyum lebar.

Hyunwoo kembali terdiam sembari mengangguk2 pelan, kemudian tangan namja itu nampak mencatat beberapa hal yang menurutnya penting dalam note yang baru dikeluarkan dari dalam saku jasnya.

"baiklah tuan Lee Minhyuk, maaf sudah menganggu waktumu. Aku juga berterimakasih karena anda sudah mau bekerja sama" Hyunwoo bangkit dari duduknya disusul Wonho

"tak masalah polisi Son, saya senang bisa membantu" balas Minhyuk sembari ikut bangkit dari duduknya

Namja mungil itu masih setia melempar senyumnya pada kedua polisi tersebut, hingga keduanya melangkah keluar panti asuhan.

"Aku kecewa padamu, mengapa sedari tadi kau hanya diam? bukannya membantuku bertanya pada Minhyuk kau malah terus memandangi adik lelaki itu terus" kesal Hyunwoo tumpah pada Wonho saat tubuhnya sudah berada tepat disisi mobil miliknya.

Wonho tak merespon, lelaki itu masih setia bungkam sembari menatap kosong kedepan.

"Ya! kau tak memperhatikanku lagi?" tanya Hyunwoo masih dengan nada kesal.

"Maafkan aku Hyunwoo-a...tapi bisakah kau menungguku sebentar? Ada yang harus aku kembalikan pada gadis itu" tukas Wonho tanpa mengabaikan pertanyaan yang baru saja Hyunwoo lontarkan padanya

"memangnya apa yang mau kau kembalikan huh?" wajah Hyunwoo nampak menatap rekannya itu dengan pandangan heran.

Bukannya menjawab sosok Wonho justru berlalu begitu saja meninggalkan Hyunwoo yang masih berdiri di posisinya

"YA! SHIN WONHO!! YA!"

Yang terpanggil terus berlari kecil menuju taman tempat anak2 itu bermain. Wonho hendak menemui seseorang. Tepatnya gadis yang menjadi adik dari seorang Lee Minhyuk.

Beruntung Sooran di sana tanpa ada Lee Minhyuk menemaninya. Dan dengan semangat Wonho mendekati Sooran.

"Lee Sooran-sshi.." panggilan Wonho pada Sooran yang akan kembali menghampiri anak2 yang ada di taman itu.

Dengan perlahan Sooran berbalik guna menatap Wonho yang kini ada di belakangnya.

"Iya.." jawab Sooran seadanya.

Wonhopun diam sesaat untuk menetralkan deru nafasnya yang sedikit terburu juga detak jantungnya yang memacu kencang.

"Aku Shin Wonho." Wonho memperkenalkan dirinya. Mengulurkan tangannya pada Sooran untuk berjabat tangan.

Sooran menatap uluran tangan itu saja. tanpa berniat menyambut uluran tangan itu.

"Apa ada hal lain yang kau perlu?" jawab Sooran dingin.

"Ahh.. itu..." Wonho mengantung kata2nya sendiri sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celanya.

Cepat dia mengarahkan gelang tangan yang terus berada disakunya itu pada Sooran, membuat gadis tersebut memeriksa pergelangan tangannya dengan wajah terkejut.

"bagaimana...."

"ini terjatuh saat kau bertemu dengan seorang bocah laki2 kecil di daerah Gangnam" potong Wonho cepat.

Tangan namja itupun masih terhulur mengarah pada Sooran membuat gadis bermarga Lee itu menatapnya dengan pandangan yang tak bisa Wonho terjemahkan.

"sebenarnya ini bukan pertemuan pertama kita. kalau kau mengingatnya....kita pernah bertemu pertama kali di rumah penyimpanan abu" entah kenapa Wonho ingin menjelaskan hal itu walau dirinya tahu hal itu sama sekali tak menarik untuk Sooran.

"aku tahu ini terdengar aneh untukmu, tapi bisakah kita saling menyapa dengan nyaman jika suatu saat kita bertemu lagi?" tanya Wonho dengan tatapan penuh harap.

Sooran cukup heran dengan permintaan dari Wonho itu, hal tersebut terlihat dari raut wajah yang saat ini ditunjukannya.

"ah...maaf jika aku banyak membuang2 waktumu" Wonho meraih tangan Sooran dan meletakkan gelang tersebut ditelapak tangan gadis itu.

"aku sudah memperbaikinya...dan kuharap kau takkan kehilangannya lagi" tambah Wonho sembari merekahkan senyuman tulus pada Sooran.

"sekali lagi maaf dan...permisi" Wonho segera berlalu setelah mengucapkan kalimat itu.

Tinggallah Sooran disana, mematung menatap punggung Wonho yang terus menjauh dari jangkauan matanya.

"ada apa?" suara Minhyuk tiba2 menyentak kegiatan Sooran.

Sang kakak nampak sudah berdiri disisi Sooran ikut menatap kepergian Wonho.

"kenapa dia kembali?" tanya Minhyuk kali ini sembari melayangkan tatapannya pada Sooran.

"tidak ada...dia hanya mengembalikan gelangku yang terjatuh" Sooran menunjukan gelang yang ada di tangannya.

"hanya itu?"

"ne"

"tak ada yang lain?"

"yang lain seperti apa?"

Minhyuk mengendikan bahunya sembari mendudukan dirinya di kursi taman.

"entahlah...mungkin sesuatu seperti mengajakmu berteman" balas Minhyuk dengan tatapan yang mengarah tajam pada manik mata Sooran.

Sooran cukup tercekat mendapati tebakan Minhyuk yang nyaris mendekati kebenaran.

"untuk apa dia melakuannya? Kurasa tak ada yang menarik dari gadis muram sepertiku" elak Sooran mencoba bersikap biasa.

"itukan menurutmu" balas Minhyuk

"tapi bagi pria2 di luar sana... kau itu cukup misterius... untuk membuat mereka mengejar2mu" tambah Minhyuk kemudian

Sooran tak membalas, yeoja itu hanya tersenyum tipis lantas mendudukan tubuhnya tepat disisi Minhyuk.

"ngomong2...kenapa oppa memberitahu mengenai masalah kedekatan Junhong dan presedir Lee pada kedua polisi itu?" gadis itu coba mengalihkan perhatian sang kakak dari dirinya.

"memangnya kenapa?"

"tidakkah oppa takut kalau identitas Junhong akan ketahuan?"

"eiiiy...dia Choi Junhong...pria itu memiliki sejuta cara untuk menghindari dirinya dari bahaya. Jadi kau tak perlu mencemaskannya" tukas Minhyuk sembari mengembangkan sebuah smirk di wajahnya.

"lagipula kalau menangkap Junhong semudah itu...maka hal tersebut sudah terjadi dari dulu" tambah Minhyuk dengan percaya dirinya.

Kembali Sooran tak membalas, kepalanya nampak bergerak naik turun. akhirnya kedua klan Lee itupun kembali bercengkrama dengan bocah2 panti asuhan yang ada di taman itu dan meninggalkan semua masalah yang tengah mereka bahas.

-

-

-

Seorang bocah lelaki berlari dengan langkah terseok2 menyusuri jalanan sepi. Dibelakangnya beberapa orang dewasa nampak mengejar langkahnya dengan membawa benda2 tumpul di tangan.

Bocah itu bisa merasakan nafasnya yang nyaris terputus akibat terlalu lama berlari, saat sebuah tangan menarik tubuh mungilnya untuk masuk kedalam bangunan kosong yang berada di jalanan tersebut.

"diamlah...atau kau akan mati di tangan orang2 itu" suara berat terdengar saat bocah laki2 itu mencoba meronta dari pegangan orang yang menariknya.

Mau tak mau bocah itu diam, mencoba menstabilkan deru nafas di tengah rasa takut yang masih bersemayam di dadanya.

"kemana bocah sialan itu?" sebuah suara terdengar dari luar bangunan.

"sialan...cepat sekali menghilangnya" tambah namja lain sembari memukul tongkat baseball di tangannya ke sisi jalanan.

"ya! cepat cari bocah itu lagi. aku yakin dia belum lari begitu jauh" yang lain memberi saran

Sesaat tak ada suara lagi yang terdengar, hanya suara derap langkah kaki pria2 itu yang terdengar semakin menjauh. Perlahan tangan orang yang menarik tubuh bocah itupun merenggang membuat sang bocah segera membalik tubuhnya guna menatap sang penyelamat.

"go...gomawo" ujar bocah itu dengan suara bergetar.

Pria itu tak menjawab, hanya menarik sebuah senyum lebar pada sang bocah laki2.

"siapa namamu bocah?" tanya laki2 tersebut.

"aku...Lee Minhyuk" jawab bocah itu

"Lee Minhyuk?" ulangnya masih dengan senyum yang merekah lebar.

Senyum itu sangat menawan membuat bocah laki2 yang bernama Minhyuk itu merasakan ketenangan di hatinya.

"apa yang kau lakukan sehingga orang2 itu mengejarmu?" tanya namja itu lembut.

"mereka mencuri dari seorang ahjuma tua, jadi...aku mengambil tas yang mereka curi untuk mengembalikannya"

"wuaaah...kau sangat baik" tangan laki2 itu mengusap rambut Minhyuk pelan

"tapi...apa kau tak takut kalau nantinya ahjuma itu justru akan menuduhmu sebagai salah satu komplotan orang2 tadi"

"ba...bagaimana mungkin ahjuma itu bisa berpikir seperti itu? dia bahkan melihat siapa yang merampas tas miliknya"

Lagi2 pria itu tersenyum lembut lantas berjongkok guna menyamakan posisinya dengan Minhyuk.

"di dunia ini tak ada keadilan untuk orang2 sepertimu Minhyuk-a, karena...keadilan itu hanyalah untuk orang2 yang memiliki uang saja"

"mak...maksud anda?" Minhyuk tampak tak mengerti

"kau takkan mendapatkan keadilan hanya dengan melakukan kebenaran. Karena itu...jangan berusaha melakukan hal sia2 seperti ini"

"lalu aku harus bagaimana?"

Wajah Minhyuk terlihat semakin bingung membuat pria dihadapannya semakin merekahkan senyum lebar di wajahnya.

"kau harus menciptakan keadilan untukmu sendiri Minhyuk-a, dengan begitu kau baru bisa menjadi orang yang benar"

"caranya?"

"akan kukatakan padamu caranya, tapi...kau harus ikut bersamaku" tangan pria itu terhulur pada sosok Minhyuk

Sesaat Minhyuk nampak bingung, memandang tangan pria dihadapannya. Ada rasa ragu dihatinya kala itu, namun perlahan ragu itu tersingkir manakala manik mata hitamnya bersirobok dengan iris coklat pria tersebut.

Akhirnya Minhyuk menyambut uluran tangan sang pria dan mengikuti langkah panjangnya untuk berlalu dari gedung kosong tempat itu

TBC_

Gomawo readernim semua
Dari 3 author pandora
🙇🙇🙇

Sekalian juga mau promo nih karya dari 2 author yang ikut nulis karya ini

Judul buku di atas imortal love
Karya cici minie as Hae_Baragi
Kalo mau liat Wonho rasa vampire silahkan mampir
😄

Masih karya cici minie
Judulnya lost in the dream
Castnya Hawe sama Minhyuk

Suka baca yang genre yang ada unsur kriminal? Tes baca buku karya Biga_Agasshi  castnya anak monsta x

Nah...yang suka Pentagon kuy baca karya di atas masih punyanya si Biga_Agasshi
Genrenya romance

Wokeh itu aja...sekali lagi makasih buat readernim semua atas dukungannya
Dan sampai ketemu di part selanjutnya
😊😊😊

Langsa, 1 September 2018
05:31
Hasil kerja sama bareng:
Hae_Baragi
Biga_Agasshi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro