Part II
Abaikan typo
dan
selamat membaca
-
-
-
Sooran tengah bermain dengan bocah 7 tahun di halaman yayasan saat itu. tingkah lucu sang bocah lelaki dan tawa yang diurainya membuat senyum terukir indah di wajah gadis bermarga Lee itu. Minhyuk yang memandang keduanya dari kejauhanpun tanpa sadar ikut merekahkan senyum di wajahnya. Namja itu senang karena keputusan membawa Sooran ke yayasan tidaklah sia2, Minhyuk...akhirnya bisa melihat senyum hangat milik Sooran.
"Ya! Jojin...kemari kau bocah nakal" pekikan Sooran terdengar bersama tubuh yeoja itu yang mengejar sosok Jojin, bocah yang bermain dengannya.
Entah apa yang dilakukan Jojin pada yeoja itu, yang membuat Sooran terus mengejar langkah lincah bocah itu.
"naah...kena kau" tangan Sooran akhirnya berhasil meraih tubuh Jojin dan mendekapnya erat.
"ayo...sekarang katakan maaf pada noona" perintah Sooran dengan wajah yang dibuat seolah2 dia marah.
"mianhae...noona" jawab Jojin sambil menunjukan puppy eyesnya.
Hal itu membuat Sooran tak mampu menahan senyum di wajahnya. Yeoja itupun kembali tersenyum sembari mencium pipi kiri dan kanan Jojin secara bergantian.
"arasso...noona memaafkanmu" jawab Sooran seraya melepaskan tubuh Jojin
Bocah itupun kembali berlari meninggalkan sosok Sooran yang hanya menatap kepergian Jojin masih dengan senyum merekah di wajahnya.
"apa yang Jojin lakukan padamu?" tanya Minhyuk yang tahu2 sudah berada disisi Sooran.
Sooran menoleh pada Minhyuk sembari menunjukan lengannya yang dicoret oleh Minhyuk dengan spidol warna.
"milikku?" baca Minhyuk kemudian terkekeh.
"wuaaah, aku tak tahu kalau Jojin cukup genit" tambahnya lagi yang berhasil membuat tawa Sooran berderai.
Keduanya sama2 mengurai tawa kini, hingga sebuah mobil memasuki yayasan membuat tawa Sooran dan Minhyuk sama2 terhenti. Mata merekapun mengarah pada seseorang namja yang baru keluar dari kendaraan tersebut, disusul seorang yeoja sesudahnya.
"Lee Jooheon" sambut Minhyuk sembari menghampiri namja itu.
Kedua namja itu saling merangkul sambil melepas tawa bersama. Sooran yang melihat hal tersebut hanya tersenyum tipis, matanya justru terarah pada Minju yang berdiri dibelakang sosok Jooheon dan Minhyuk yang tengah saling rangkul.
"sudah lama kau tak kesini" ujar Minhyuk sambil melepas pelukannya.
"aku sedikit sibuk hyung" jawab Jooheon dengan wajah yang terlihat jenaka.
"ah...maja, orang sibuk sepertimu tak mungkin sering meluangkan waktumu kemari bukan?" Minhyuk memukul pundak Jooheon pelan.
Menanggapi hal itu Jooheon hanya tertawa, namja itu tahu kalau Minhyuk hanya bercanda jadi sama sekali tak tersinggung oleh itu.
"kau bersama adik ipar?" mata Minhyuk beralih pada sosok Minju
Jooheon terkekeh sebentar menanggapi candaan yang Minhyuk lontarkan padanya, sebelum akhirnya namja itu menginyaratakan agar Minju mendekat padanya.
"dia ingin membantu memberikan hadiah2 ini pada anak2 yayasan" jelas Jooheon pada Minhyuk.
"oraemaniya oppa, apa kabarmu?" tanya Minju ramah setelah berada tepat dihadapan Minhyuk.
"aku baik" jawab Minhyuk masih dengan senyum ramah yang terukir di wajahnya.
Minju ikut tersenyum kemudian melayangkan tatapannya kearah Sooran yang masih berdiri di tempatnya.
"anyeong onnie" sapanya ramah.
Sooran hanya mengangguk pelan sambil merekahkan senyum tipis di wajahnya, setelah melakukan hal itu yeoja itu berlalu begitu saja membuat kedua alis Minju terangkat karena heran.
"hahaha...mood Sooran sepertinya sedang buruk hari ini. mungkin karena tamu bulanannya sedang berkunjung" canda Minhyuk membuat pandangan Minju kembali mengarah padanya.
"kajja...bukankah kalian akan memberikan ini semua pada anak2, mereka pasti senang melihat kalian berdua" tukas Minhyuk lagi
Namja itu cepat meraih barang2 yang ada di tangan Minju kemudian membawa ke dalam yayasan. Jooheon sempat menoleh pada Minju sesaat sebelum meraih tangan yeoja itu dan mengikuti langkah Minhyuk.
Benar yang Minhyuk katakan, kedatangan Jooheon dan Minju disambut dengan tatapan bahagia dari anak2 yang ada di yayasan itu. bocah2 itu tak henti2nya mengucapkan terimakasih saat Jooheon dan Minju membagikan beberapa mainan juga pakaian pada mereka semua.
Singkatnya acara bagi2 hadiah sudah selesai dan Jooheon kini nampak menghampiri Sooran yang tengah duduk disebuah ayunan seorang diri. yeoja itu nampak menatap lurus seolah sedang menerawang entah kemana.
"Sooran-a" panggil Jooheon seraya berjongkok dihadapan yeoja itu.
Sepertinya sapaan Jooheon membuat Sooran terkejut, Jooheon bisa melihat dari tubuh yeoja itu yang sedikit terlonjak.
"mian....oppa membuatmu terkejut" sesal Jooheon.
Belum ada jawaban dari Sooran, yeoja itu hanya menatap namja dihadapannya tersebut dengan tatapan sendu. Jooheon membalas tatapan Sooran padanya seolah ingin membaca perasaan yeoja dihadapannya tersebut.
"kudengar dari Minhyuk beberapa hari ini kau kurang tidur, apa itu benar?" tanya Jooheon setelah cukup lama tenggelam dalam netra yeoja tersebut.
Sooran masih setia dengan kebungkamannya, bahkan yeoja itu kini memilih menundukan pandangannya dari sosok Jooheon.
"Sooran-a...kau baik2 saja?" tanya Jooheon kali ini sambil meraih kedua bahu Sooran dan menyentuhnya.
"aku merindukanmu" jawab Sooran dengan suara nyaris berbisik
Joohoeon sedikit terkejut dengan apa yang Sooran ucapkan, namja itu bahkan membuka mulutnya lebar seolah tak percaya dengan pendengarannya sendiri.
"aku merindukanmu...oppa" ulang Sooran sembari menatap tepat kearah iris milik Jooheon.
"So..Sooran-a" Jooheon berujar sedikit terbata.
Sooran mengigit bibirnya pelan, mencoba menahan air mata yang nyaris luruh dari kelopak matanya.
"dan kurasa...hanya aku yang merindukanmu" tambah Sooran kemudian bangkit dari duduknya.
Tak lama Sooranpun melangkah meninggalkan Jooheon yang hanya bisa membatu di tempatnya. Jooheon tak berusaha mengejar Sooran yang terus menjauh meninggalkan sosoknya disana.
Jooheon tercenung disana cukup lama, walau tidak bisa dikatakan tercenung sebab namja itu masih bisa merasakan seseorang yang menghampirinya pelan.
"apa Sooran baik2 saja hyung?" tanya Jooheon tanpa menolehkan pandangannya pada orang yang menghampirinya.
"dia baik2 saja Jooheon-a, jangan cemas" jawab Minhyuk santai.
Perlahan Jooheon menarik tubuhnya bangkit, kemudian berbalik memandang Minhyuk yang merekahkan senyum manis khas namja itu.
"tapi aku tak melihatnya seperti itu, Sooran dia...."
"dia baik2 saja, aku tahu dongsaengku baik2 saja Lee Jooheon. Jadi...berhenti mencemaskannya, karena...aku tak suka kau melakukannya" kali ini Minhyuk berujar dengan tatapan yang menyiratkan sesuatu.
Melihat hal itu Jooheon nampak bungkam, namja tersebut bahkan sudah membuang pandangannya dari tatapan tajam Minhyuk padanya.
"ok lebah gendut...sebaiknya kau pulang sana. tadi yeoja chinggumu sudah menanyakanmu padaku" ujar Minhyuk seraya memukul pundak Jooheon keras.
Rintihan Jooheonpun terdengar bersama tangannya yang mengusap pundaknya yang sakit.
"hyung...itu sakit, dan berhenti memanggilku lebah gendut. Aku tidak gendut hyung" protes namja itu.
"kau memang gendut, tidak lihat pipi dan perutmu yang bulat" ejek Minhyuk menunjuk pipi dan perut Jooheon.
"Hyung!" Jooheon berujar kesal.
"sudah sana pergi, aku kedatangan tamu dan harus membereskan pekerjaanku. Jangan lama2 disini, karena kau menganggu waktuku" usir Minhyuk sambil mendorong tubuh Jooheon keras.
"tamu apa yang lebih penting dari pendonasi yayasanmu huh" sungut Jooheon sembari beranjak.
Minhyuk tak membalas, namja itu hanya terkekeh pelan lantas membiarkan Jooheon berlalu dari sana.
"sampaikan pamitku pada Sooran ya" teriak Jooheon sebelum benar2 menghilang.
"tidak akan" balas Minhyuk sambil merekahkan senyumnya.
Jooheon nampak tertawa mendengar jawaban Minhyuk kemudian benar2 berlalu dari sana. tepat setelah sosok Jooheon berlalu, tangan Minhyuk mengeluarkan sebuah pistol dengan alat peredap dari punggungnya. Mengunci matanya pada satu titik, namja manis itu membidik seseorang yang sejak tadi mematai2nya dari balik tanaman rambat tak jauh dari sana.
"tepat sasaran" gumam Minhyuk dengan smirk yang tercetak di wajahnya.
Namja itupun melenggang angkuh mendekati sosok yang kini sudah tak bernyawa itu, ada wajah puas saat mendapati tubuh yang ditembaknya itu sudah tak bernyawa. Cepat tangannya menghubungi seseorang melalui ponselnya.
"Hyungwon" panggilnya setelah panggilan terangkat.
"eoh" suara berat khas orang bangun tidur terdengar ditelinga Minhyuk.
"ya! kau masih tidur, cepat bangun ada pekerjaan untukmu. temui aku di yayasan secepatnya, kalau kau terlambat matilah kau" Minhyuk berbicara dengan cepat tanpa membiarkan Hyungwon menyela tiap kata yang namja itu lontarkan.
Tangannyapun segera memutuskan panggilan lantas kembali terfokus pada mayat yang masih tergeletak dihadapannya.
"sebaiknya aku memberikanmu tempat tidur lain dulu, akan tidak baik membiarkan tamuku tidur di tempat tak layak seperti ini" ujar Minhyuk kembali mengembangkan senyum di wajahnya.
*
Rumah sakit Seoul
Wonho dan Yiseul nampak berjalan cepat memasuki gedung besar tersebut. kaki mereka langsung mengarah pada meja resepsionis yang terletak di bagian terdepan rumah sakit tersebut.
"permisi...bisa aku bertanya dimana pasien bernama Kwon Eunbin dirawat?" tanya Yiseul pada suster yang berjaga.
"Kwon Eunbin?" ulang suster tersebut dan Yiseul mengangguk untuk mengiyakan.
"sebentar" yeoja itu nampak mengecek nama tersebut di dalam komputernya dan segera kembali memandang Yiseul dan Wonho sambil tersenyum.
"dia ada di kamar 71 di lantai 3" jawab yeoja itu
"ah...gamsahamnida" Yiseul berujar sopan lantas berlalu.
Wonho tak mengatakan apapun, namja itu hanya mengangguk sebentar pada suster tersebut kemudian mengikuti langkah Yiseul yang sudah mengarah ke lift.
"jankamaaa...n" Yiseul sedikit berlari saat melihat pintu lift akan segera tertutup
Beruntung seorang pemuda berpakaian dokter segera menghentikan pintu tersebut menutup dengan menekan tombol dari arah dalam. Melihat hal itu Yiseul semakin mempercepat langkahnya menuju lift, begitupun dengan Wonho. Kedua polisi itu nampak sedikit terengah saat pintu lift tertutup dan membawa tubuh keduanya kelantai atas.
"gomabta" ujar Yiseul pada pemuda tersebut sambil membungkukan tubuhnya.
"ne" jawab pemuda tersebut sembari tersenyum ramah.
Yiseul ikut tersenyum lantas mengalihkan perhatiannya pada Wonho yang nampak membuka pesan melalui ponselnya.
"nugu?" tanya Yiseul pada Wonho
"Hyunwoo" jawab Wonho
"whae?" tanya Yiseul lagi
Kali ini Wonho tak menjawab, namja itu hanya menunjukan isi pesan yang dibacanya pada Yiseul.
"ah, namja itu" gerutu Yiseul sembari mendorong kembali ponsel milik Wonho pada pemiliknya.
Menganggapi hal itu Wonho hanya terkekeh pelan, lantas menoleh sesaat pada sosok dokter muda yang berdiri dibelakangnya.
"anda juga akan ke lantai 3 dokter?" tanya Wonho ramah pada dokter muda tersebut.
Yiseul ikut mengarahkan pandangannya pada dokter muda tersebut dan yeoja itu baru menyadari kalau dirinya memang belum menekan tombol menuju lantai 3. Tapi dari angka yang sudah menyala disana, Yiseul bisa memastikan kalau dokter muda itu juga menuju lantai yang sama dengan mereka.
"ne" jawa dokter muda itu.
Wonho mengangguk sambil tersenyum kemudian menatap tag nama milik dokter muda tersebut.
"dokter Yoo Kihyun" bacanya.
Dokter itu ikut menatap tag namanya yang tadi dibaca oleh Wonho, kemudian merekahkan sebuah senyum yang tergolong manis.
"apa...anda mengenal pasien bernama Kwon Eunbin?" tanya Wonho kemudian.
Yiseul memukul bahu Wonho pelan karena melihat raut wajah Kihyun yang nampak kaget. Dia tahu rekannya itu tak suka berbasa basi kalau menyangkut kasus yang ditanganinya, tapi Yiseul tetap tak suka kalau Wonho sembarangan bertanya pada orang yang mungkin saja tak ada sangkut pautnya dengan kasus mereka.
"Kwon Eunbin? Apa yang anda maksud Kwon Eunbin yang mengalami pelecehan dan kekerasan itu?" dokter bernama Yoo Kihyun itu balas bertanya.
"ah...maja, dia yang kami maksud" jawab Wonho.
"kalau memang dia yang anda maksud, aku mengenalnya. kebetulan...Eunbin adalah salah satu pasienku" jawab Kihyun.
"begitukah? kalau begitu...apa anda keberatan memberi kami sedikit info sebelum menemuinya. Soalnya...kami tak mau membuat yeoja itu tertekan dengan kedatangan kami" kali ini Yiseul yang berujar.
Kihyun nampak diam sesaat untuk berpikir, sebelum akhirnya namja manis bertubuh mungil itu mengangguk pada keduanya.
"aku bisa menemani anda berdua menemuinya kalau memang kalian mau, sebab ini memang jadwalku memeriksa kondisi Eunbin" tukas Kihyun kemudian.
"wuah...tidakkah keberuntungan sedang berpihak pada kita?" Wonho berujar senang.
Tawa pelan Kihyun terurai mendengar ucapan dari Wonho sedangkan namja berubuh atletis itu nampak mengulurkan tangannya pada Kihyun.
"Shin Wonho...aku agen kepolisian bagian kriminal dan senjata api" Wonho memperkenalkan diri.
"aku Yoo Kihyun" jawab Kihyun ramah
"nega Hwang Yiseul" Yiseul ikut memperkenalkan dirinya.
"Yoo Kihyun" kembali Kihyun mengulang menyebut namanya pada Yiseul.
Pintu lift terbuka, tepat saat Yiseul menarik tangannya dari huluran tangan Kihyun. Ketiganyapun menoleh kearah luar bersamaan, sebelum akhirnya mereka sama2 melangkah keluar dari alat tersebut.
Kihyun memimpin perjalan menuju kamar Eunbin, sesekali namja ramah itu menjawab beberapa pertanyaan Wonhon dan Yiseul mengenai keadaan Eunbin kala itu.
"PRANG" bunyi gelas pecah menyambut kedatangan Wonho, Yiseul dan juga Kihyun.
"PERGI KALIAN SEMUA, MENJAUH" suara pekikan yeoja juga terdengar dari dalam ruangan tepat di depan mereka.
Kihyun segera mempercepat langkahnya kemudian membuka pintu ruangan yang mereka tuju sejak tadi.
"Kwon Eunbin" tukas Kihyun saat melihat yeoja yang mengenakan pakaian pasien duduk meringkuk di bawah kasurnya.
Selang infus sudah tertarik begitu saja membuat beberapa tetes darah terlihat mengalir dari pergelangan tangan yeoja muda tersebut.
"PERGI...JANGAN SENTUH AKU" Eunbin meronta saat tangan Kihyun meraih bahunya.
Kaki yeoja itupun menendang kuat tubuh Kihyun hingga namja itu terjungkal kebelakang. Wonho dan Yiseul ikut terkejut mendapati itu, keduanyapun cepat membantu Kihyun yang terlihat meringis sambil memegang perutnya yang tadi ditendang Eunbin.
"PERGI SEMUANYA....MENJAUH! KALIAN SEMUA IBLIS...!" suara teriakan Eunbin kembali terdengar.
Yeoja itu bahkan sudah memukul2 dirinya sendiri kini, membuat Yiseul yang melihat hal itu segera meraih tubuh yeoja itu.
"LEPAS...LEPAS" ronta Eunbin dalam dekapan Yiseul.
Seolah tak mendengarkan hal tersebut, Yiseul tetap memeluk tubuh Eunbin. Yeoja itu bahkan membiarkan tubuhnya menjadi bulan2an Eunbin yang memukul, menjambak bahkan mengigit bahu Yiseul. Tak ada perlawanan yang Yiseul lakukan, yeoja itu hanya setia diam sampai pukulan2 yang diterimanya melemah berganti suara isak kecil.
Dengan lembut, Yiseulpun menarik tubuh Eunbin menjauh kemudian memandang wajah yeoja itu. tangannyapun mengusap lembut kedua pipi Eunbin untuk mengusap air mata yang mengalir.
"sudah tenang?" tanya Yiseul setengah berbisik.
Eunbin tak menjawab, yeoja itu masih terisak sambil menyembunyikan wajahnya dipelukan Yiseul.
"gwenchana...menangislah, menangislah yang banyak. Kau pasti kesakitan dan ingin menangis, jadi...jangan tahan itu dan lepaskan semuanya" ujar Yiseul sambil mengusap surai Eunbin lembut.
Seketika tangis pilu Eunbin pecah, yeoja itu meraung2 dengan keras seolah tak perduli dengan orang2 disekitarnya. Tangannya memeluk tubuh Yiseul erat, seolah ingin meminjam kekuatan dari yeoja yang baru pertama kali ini ditemuinya. Yiseulpun nampak tak keberatan, yeoja itu terus memeluk tubuh rapuh Eunbin dan membiarkan yeoja itu membasahi kemeja yang dikenakannya oleh air mata.
*
Jooheon termenung di ruang bacanya, sembari menatap tumpukan buku yang sama sekali tak disentuh olehnya. Jooheon hanya terus memandang kosong dengan wajah yang ditumpu ke tangan kanannya. Di ruangan yang sama, seorang namja yang sudah nyaris 2 jam menemani Jooheon hanya bisa terduduk diam tanpa berani mengusik ketenangan yang Jooheon ciptakan. Hanya sesekali namja itu berdecah pelan sambil melirik jam tangan yang melingkar di pergeleangannya. Namja itu sudah mulai bosan menunggu dalam senyap, namun tak ada tanda2 kalau Jooheon akan mengakhiri kesenyapan tersebut.
"aku merindukanmu...oppa" suara Sooran kembali terngiang di kepala Jooheon
Mata Jooheon tertutup pelan karena itu, membuat ingatannya bisa mengulang dengan baik raut wajah Sooran yang ditemuinya kala itu. rasa putus asa, lelah juga rindu...semua terpancar jujur dari kedua manik mata Sooran yang Jooheon lihat siang tadi.
"dan kurasa...hanya aku yang merindukanmu" satu lagi kalimat Sooran membuat Jooheon membuka matanya perlahan.
"ish" gerutu Jooheon sambil mengacak kasar rambutnya.
Namja yang bersamanya sedikit tersentak, ia bahkan sudah menegakkan tubuhnya yang nyaris tertidur karena rasa bosan yang mendera.
"Changkyun-a" panggil Jooheon pada namja yang bersamanya itu.
"n...ne, hyung" jawab namja itu
Jooheon diam sejenak sambil menatap wajah Changkyun yang terlihat sedikit tegang seolah2 Jooheon akan memakan dirinya bulat2.
"kau..." ujarnya sedikit mengantung kata2nya sendiri.
"keluarlah" sambung Jooheon setelah memberi jeda yang cukup lama.
"eh?" Changkyun nampak kaget dengan kata2 yang Jooheon lontarkan.
Namja itu masih belum bergeming dari duduknya dan menatap lurus Jooheon yang merupakan atasannya itu.
"hyung...ada yang ingin kau katakan maja?" tanya Changkyun melihat raut resah yang Jooheon tunjukan.
Tak ada jawaban, Jooheon justru memilih memutar kursinya untuk membelakangi sosok Chamgkyun. Jooheon sadar akan sulit membohongi seorang Im Changkyun yang sudah mengenalnya sangat lama. Tapi, ingin berkata jujur Jooheon juga enggan. Jooheon tak suka memperlihatkan kelemahannya, bahkan pada orang kepercayaannya sekalipun.
"apa harus aku memanggil Minju kemari hyung, agar..kau bisa bercerita padanya?" tanya Changkyun kemudian.
Lihat, bahkan tanpa Jooheon katakan Changkyun tahu kalau dirinya memerlukan Minju untuk bicara.
"anni...tak usah" tolak Jooheon masih tak menoleh pada Changkyun.
"dia sedang sibuk menulis novelnya, jadi...aku tak ingin menganggu" tambah Jooheon lagi
Changkyun mengangguk pelan walau dirinya tahu kalau Jooheon takkan mungkin melihat hal itu.
"ya! Im Changkyun" kembali Jooheon memanggil namja yang lebih muda darinya itu.
"ne, hyung" jawab Changkyun sembari menatap kursi Jooheon yang masih membelakanginya.
"sudah berapa lama kau bekerja padaku?" tanya Jooheon.
Changkyun memiringkan kepalanya sedikit sambil mencoba mengingat sudah berapa lama dia bekerja pada seorang Lee Jooheon.
"kukira itu sudah lebih dari 7 tahun" jawab Changkyun meski tak begitu yakin.
Jooheon memutar kursinya untuk kembali menatap sosok Changkyun. Namja itu nampak ikut memandang kearahnya sambil membenarkan letak kaca mata yang dikenakannya.
"sudah cukup lama" tukas Jooheon sambil tersenyum.
Anggukan Changkyun menjawab perkataan Jooheon membuat senyum namja itu kian lebar.
"pantas saja kau sangat mengerti aku" tukasnya lagi.
Kali ini Changkyun hanya terkekeh pelan sambil menundukan pandangannya sesaat.
"apa kau tak bosan bekerja denganku Im Changkyun? Tak pernah mau mencoba melamar kerja di tempat lain yang lebih bagus?" tanya Jooheon.
Alis Changkyun saling bertaut kini saat mendengar pertanyaan yang Jooheon lontarkan padanya.
"whaeyo? kenapa wajahmu berubah seperti itu?" tanya Jooheon melihat reaksi Changkyun.
"hyung ingin aku pergi?" alih2 menjawab, Changkyun justru balas bertanya.
"anni...bagaimana mungkin aku menginginkan kau pergi?" balas Jooheon sambil tertawa hambar.
Changkyun bisa merasakan itu, dia yakin ada sesuatu yang saat ini tengah Jooheon pikirkan meski tak benar2 tahu apa itu.
"aku takkan pergi kemanapun hyung...aku akan tetap disini bersama hyung" jawab Changkyun dengan tataapan yakin.
Senyum Jooheon kembali terekah lebar menampakan kedua lesung pipi kebanggaannya.
"aku senang mendengar itu" tukas Jooheon kemudian.
"kau memang yang terbaik Im Changkyun" kali ini Jooheon berujar sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
Tak lupa namja itu menggunakan suara aegyo miliknya, membuat Changkyun yang mendengar itu memutar bola matanya kesal.
"bolehkah aku memakai kamar mandimu hyung? Sepertinya aku akan muntah" tukas Changkyun membuat tawa Jooheon terdengar mengisi ruangan tersebut.
*
Yiseul melempar bungkusan di atas meja Hyunwoo yang saat itu tengah fokus pada layar komputernya. Namja bermarga Son itu sempat tersentak, sebelum akhirnya membuka bungkusan yang Yiseul bawakan itu.
"ah...kalian benar2 membelinya" ujar Hyunwoo dengan mata berbinar.
Wonho nampak terkekeh geli melihat itu, sedangkan Yiseul menggeleng pelan sambil duduk dihadapan Hyunwoo.
"lain kali bisa tidak jangan menganggu pekerjaan kami dengan permintaan anehmu? Bagaimana mungkin ketua tim mengirim pesan pada bawahannya untuk memberi deokokki setelah kembali dari penyelidikan" sungut Yiseul meluapkan kesalnya.
Hyunwoo yang tengah menyantap deokbokki yang baru saja diberikan Yiseul nampak mengarahkan pandangannya pada yeoja tersebut.
"aku lapar, jadi tak salah jika aku meminta kalian membelikanku deokbokki bukan?" jawab Hyun woo kemudian.
"kalau kau lapar, kau bisa membelinya sendiri. Tapi...kau malah repot2 mengirim pesan pada Wonho hanya karena ingin makan deokbokki" balas Yiseul.
"aku sedang sibuk memeriksa kasus, jadi tak sempat keluar" jawab Hyunwoo lagi
"lalu bagaimana dengan kami ketua Son? Apa kau pikir kami tak sibuk sehingga kau menyuruh kami yang membelinya?"
"anni...kalian sibuk, tapi kalian berada di luar. Itu...lebih memudahkan kalian membeli deokbokki" kembali Hyunwoo mengurai jawabannya yang mmebuat Yiseul merasa semakin frustasi.
Yeoja itu ingin sekali mengarahkan pistol miliknya ke kepala Hyunwoo dan menjual isinya di pasar gelap saat itu juga. Namun...mengingat kinerja namja itu, sepertinya Yiseul harus bisa menahan dirnya untuk tak melakukan hal brutal itu.
"jadi bagaimana penyelidikan kalian? apa mendapatkan sesuatu yang baru?" Hyunwoo seolah tak ingin membuang waktu langsung bertanya pada Wonho.
Namja itu bahkan mengabaikan tatapan tajam Yiseul yang seperti ingin membunuhnya saat itu. mata Hyunwoo sudah mengarah penuh pada Wonho sambil tetap menikmati deokbokki miliknya.
"ne, kami mendapatkan sesuatu yang baru. Tapi...kami tak yakin kalau itu ada sangkut pautnya dengan kasus kematian tuan Lee Hwitaek" jawab Wonho
"ceritakan saja, semua yang kalian dapatkan" titah Hyunwoo.
Wonho mengangguk kemudian mulai mengeluarkan buku catatan miliknya dari dalam saku coat yang namja itu kenakan.
"kami ke LHT entertaiment hari ini, seperti yang sudah kau perintahkan. Kami bertanya pada tuan Byung cha tentang kegiatan tuan Hwitaek saat terakhir kali namja itu melihatnya" jelas Wonho memulai laporannya.
Namja itupun diam sesaat untuk melihat reaksi dari Hyunwoo. namun melihat sang atasan hanya fokus dengan makananya, Wonhopun memilih melanjutkan keterangannya.
"menurut tuan Cha, tuan Hwitaek keluar untuk menemui seorang sponsor siang itu. dia pergi seorang diri tanpa membawa seorangpun setelah meminta data seorang traniee perusahaan mereka" jelas Wonho lagi.
Sampai disana Hyunwoo belum memberikan reaksi, Wonho bahkan sedikit curiga kalau Hyunwoo tak benar2 mendengarnya manakala melihat kalau namja itu begitu fokus dengan makanannya.
"Son Hyunwoo...kau mendengarkanku bukan?" tanya Wonho sekadar memastikan.
Hyunwoo hanya mengangguk sambil memberi isyarat agar Wonho kembali melanjutkan keterangan yang ditemukannya.
"aku sedikit mencurigai agensi itu, karena melihat ada beberapa barang mewah yang berada disana. karena itulah...kami berpikir untuk kembali dan meminta data traniee yang sempat diminta oleh tuan hwitaek sebelum dia pergi"
"kami mendapatkan data Kwon Eunbin, yang sudah nyaris 2 tahun menjadi traniee di agensi itu dan direncanakan akan didebutkan tahun ini" kali ini giliran Yiseul yang menjelaskan pada Hyunwoo.
Hyunwoo selesai menghabiskan makannya, tangannyapun sudah mengusap sisa2 saus yang menempel disekitar mulutnya dengan ibu jarinya.
"biar kutebak selanjutnya? apa yeoja itu korban human trafficking?"tanya Hyunwoo dengan tatapan yang mengarah pada Wonho juga Yiseul bergantian.
Kedua rekannya itu hanya mengangguk mendengar tebakan Hyunwoo, walau sudah sering melihat hal tersebut tapi mereka tetap sering dibuat kagum dengan intuisi tajam sang pimpinan.
"ah...ini menambah fakta yang sedang kuselidiki" ujar Hyunwoo kemudian.
Kali ini Yiseul dan Wonho nampak saling melempar pandangan, kemudian kembali mengarah pada Hyunwoo yang sudah bangkit dan berjalan kearah sebuah papan tulis transparan yang ada didekatnya.
"coba lihat korban2 pembunuhan ini" tunjuk Hyunwoo pada gambar2 yang tertempel di benda itu.
"pertama...tuan Alexander, seorang investor asing yang bergerak dibagian perhiasan. Dari info yang kudapat, namja ini memiliki usaha gelap dibidang perjudian. Dia bahkan mempekerjakan anak2 dibawah umur di kasino ilegalnya karena tak mau membayar lebih untuk orang2 yang lebih dewasa" jelas Hyunwoo menunjuk gambar pertama.
"kedua...tuan Park Jungmin" kali ini Hyunwoo menunjuk gambar yang berada disamping gambar pertama.
"sekilas dia hanya seorang dokter bedah plastik biasa, tapi...saat aku menyelidikinya lebih lanjut. Ternyata namja itu menculik beberapa yeoja gelandangan untuk diambil sel telur dan dijual pada rumah2 sakit yang memerlukan" urai Hyunwoo.
Wonho cukup terkejut mendengar penjelasan dari Hyunwoo tersebut tak terkecuali dengan Yiseul. Keduanyapun diam untuk beberapa menit, hingga akhirnya Yiseul kembali memilih untuk buka suara.
"jadi..pembunuh itu mengincar orang2 yang memiliki bisnis gelap begitu?"
"ne" jawab Hyunwoo sambil mengangguk.
"seperti Robinhood, dia juga merampas apa yang dimiliki orang2 yang berbuat tak adil pada orang lain" tuks Wonho kemudian.
Kali ini Hyunwoo tak menjawab, tapi anggukan namja itu sudah cukup untuk mewakili jawaban untuk Wonho.
"tapi..apapun alasannya, hal itu tetap tak benar dilakukan. Bukankah negara kita masih mengenal hukum? Daripada membunuh mereka, bukankah sebaiknya pembunuh2 itu bekerja sama dengan polisi untuk memberantas mereka?" Wonho kembali berujar.
"mereka tidak percaya pada kita Shin Wonho" jawab Yiseul sambil menatap kearah Wonho.
"ne?" Wonho nampak bingung dengan perkataan yang Yiseul ucapkan.
"pembunuh2 itu...mereka tak percaya pada polisi seperti kita. bagi mereka, kita dan korban mereka sama2 sampah" urai Yiseuel.
Ada kepahitan yang Wonho dapati dari kalimat yang Yiseul ucapkan, walau yeoja itu sebisa mungkin mencoba menutupinya dengan cara menatap tajam kearahnya.
"ah...aku mengerti" ujar Wonho sambil mengangguk pelan.
"lalu...selain kesamaan itu, apa...kau tak menemukan hal lain. misalnya...cara pembunuh itu menyeleksi korbannya. Hal ini terlalu aneh, karena...semua korban tak memiliki keterkaitan dan sama sekali tak saling mengenal" tambahnya coba mengalihkan fokus Yiseul.
"apa mereka tak mengincar secara acak? Maksudku..hanya mencari orang2 yang memiliki bisnis gelap lalu menjadikan orang2 itu incaran mereka" jawab Yiseul.
Suara yeoja itu sudah terdengar lebih tenang, membuat Wonho sedikit merasa lega karenanya.
"aku belum menyelidikinya lebih lanjut tentang hal itu" jawab Hyunwoo.
"tapi...aku sudah mengumpulkan beberapa file yang bisa kita periksa" lanjut namja itu lagi.
Wonho segera menarik nafas dalam mendengar ucapan yang baru saja Hyunwoo lontarkan, begitupun dengan Yiseul. Kedua polisi itu sudah membayangkan malam mereka yang diisi dengan memeriksa satu persatu file yang dimaksud sang atasan.
"ok...mari memulainya, agar...kita bisa menyelesaikanya dengan cepat" Hyunwoo mulai kembali ke kursi kerjanya.
"ne, ketua" jawab Yiseul dan Wonho bersamaan.
Keduanya pun berjalan tanpa semangat ke kursi kerja masing2 sambil merutuki sikap profesional Hyunwoo.
*
Malam sudah sangat larut namun Sooran belum bisa memejamkan matanya. yeoja itu masih mematung di taman rumahnya sesaat sebelum akhirnya memilih berlalu dari kediamannya tersebut. kaki Sooran melangkah pelan menyusuri jalanan Seoul, dia tak tahu akan pergi kemana jadi memilih mengikuti insting dan terus berjalan tanpa tujuan.
Disebuah persimpangan Sooran menghentikan langkahnya, kala netra yeoja itu mendapati seorang bocah yang tengah dipukuli seorang namja paruh baya. Seperti tertarik oleh medan magnet, tanpa memikirkan apapun Sooran segera mendekat dan menahan tangan namja paruh baya yang baru akan kembali memukul tubuh mungil bocah laki2 yang ada di hadapannya.
Mata namja itu menatap kearah tak suka kearah Sooran, sedangkan yeoja itu nampak menatap tajam pria dihadapannya dengan aura membunuh.
"nuguseyo?" tanya namja paruh baya itu pada Sooran.
Bukan menjawab Sooran melepas tangan namja itu dari genggamannya lantar berjongkok dihadapan bocah yang tadi dipuli oleh namja tersebut.
"kau baik2 saja? apa kau terluka?" tanya Sooran sambil menatap lembut bocah laki2 itu.
"ya! agassi...aku bertanya padamu" ahjussi itu sepertinya kesal karena Sooran tak memperdulikannya.
Sooran kembali bangkit dan memandang ahjussi itu dengan tatapan sinis dan sang ahjussipun membalas tatapan Sooran dengan cara yang sama.
"ahjussi, kenapa kau memukul bocah malang ini? apa kau tak kasihan melihat tubuh kecilnya ini?" tanya Sooran mengabaikan pertanyaan dari laki2 dihadapannya itu.
"dia mencuri di toko...jadi aku memukulnya untuk memberi pelajaran" jawab sang ahjussi dengan lantang.
"memangnya seberapa banyak barangmu yang dia curi sampai kau memukulnya dengan sangat kejam? Apa...anak ini menjarah semua isi toko huh?" nada suara Sooran masih terdengar sinis dan dingin.
Namja paruh baya itu tak langsung menjawab, dia justru menatap Sooran dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan penuh selidik. Kesal dengan pandangan yang seolah merendahkannya, Sooranpun mengeluarkan dompet miliknya. dengan angkuh yeoja itu segera menyerahkan beberapa lembar uang pada namja dihadapannya itu.
"apa ini cukup menganti barang yang sudah dicuri anak ini?" tanya Sooran.
Ahjussi itu menelan ludahnya saat melihat uang yang Sooran keluarkan. namun merasa apa yang dilakukan Sooran hanya untuk menghinanya, namja itupun berpura2 menatap kesal Sooran kini.
"ya! agassi...apa kau pikir semua akan selesai dengan menyerahkan uang ini? anak ini sudah berani mencuri...jadi dia seharusnya diberikan pelajaran agar kelak dia tak mengulangi hal yang sama" urai namja itu mencoba terlihat benar.
Mendengar itu Sooran merekahkan senyum sinis kemudian melipat kedua tangannya di dada.
"kau berujar seperti orang benar ahjussi, padahal...dipikiranmu itu tak ada hal lain kecuali tentang uang" tuduh Sooran sarkartis.
"ya! agassi...jaga ucapanmu" ujar ahjussi itu semakin tak senang.
"whae? bukankah apa yang kukatakan adalah hal yang benar. kau...memang membutuhkan uang ini, jadi...jangan berpura2 tak membutuhkannya dan ambil saja" kembali Sooran berujar dengan nada yang penuh ejekan.
Wajah ahjussi itu nampak memerah dengan kerutan2 di keningnya yang semakin terlihat. Namja paruh baya itu benar2 merasa tersinggung dengan cara Sooran berbicara padanya.
"agassi...aku memukul anak ini bukan karena aku menginginkan uang, aku...melakukannya agar anak ini belajar cara mendapatkan sesuatu tanpa mengambil hak orang lain. setidaknya ini akan membuatnya jera dan tak lagi berpikir untuk mencuri" jelas ahjussi itu coba berkilah dari tuduhan Sooran.
"jongmalyo?" Sooran kembali menarik senyum sinis di wajahnya.
"kalau begitu kenapa kau tidak membawa bocah ini kepolisi saja ahjussi, itu akan lebih baik dari pada kau memukulnya seperti ini" tambahnya kemudian.
Jelas kata2 Sooran membuat ahjussi itu mati kutu, namja dihadapannya itupun langsung salah tingkah karena ucapan Sooran padanya.
"jangan munafik lagi ahjussi...sebaiknya kau ambil uang ini dan pergilah. kalau tidak, mungkin akan ada bocah2 lain yang akan mencuri di tokomu nantinya" tukas Sooran kemudian.
Mata namja paruh baya itu kembali mengarah pada tangan Sooran yang masih mengarahkan uang padanya. lalu tanpa pikir panjang namja itupun cepat mengambil uang itu lantas berlalu meninggalkan Sooran begitu saja.
"sampah" gerutu Sooran pelan sembari menatap punggung sang ahjussi yang terus menjauhinya.
Yeoja itupun sempat tercenung sesaat disana sampai sebuah sentuhan ditangannya membuyarkan lamunan yeoja itu. mata Sooran kembali mengarah pada sosok bocah yang ditolongnya, iapun segera berjongkok sambil tersenyum ramah pada bocah laki2 itu.
"gomawo...noona" ujar bocah itu pada Sooran.
"cheonmaeyo, bisa noona tahu namamu?" tanya Sooran sambil mengusap rambut bocah laki2 itu lembut.
"Jooheon" jawab bocah laki2 itu tanpa ragu.
"Han Jooheon" ulangnya kali ini sambil menyebut marganya.
Sooran sempat tersentak sesaat kala mendengar nama yang disebut oleh Jooheon, namun yeoja itu cepat menarik senyumnya untuk menutupi rasa kagetnya.
"Jooheon-a...dimana rumahmu? Noona akan mengantarmu pulang" ujar Sooran setelah perasaannya sedikit tenang.
"rumahku ada disana noona" tunjuk Jooheon kearah kanan Sooran.
"arasso...kajja, noona akan mengantarmu pulang" ajak Sooran pada Jooheon kecil.
Jooheon hanya mengangguk kemudian mulai berjalan kearah yang ditunjuknya. Sooranpun mengikuti langkah bocah kecil itu sembari sesekali bertanya tentang Jooheon. Dari perbincangan singkat itulah Sooran mengerti kalau Jooheon memiliki seorang adik yang sedang sakit di rumahnya, dan bocah kecil itu harus mencuri untuk adiknya yang belum makan apapun sejak pagi.
"ini rumahku noona, apa kau mau masuk?" tanya Jooheon sembari menunjuk rumahnya yang terlihat begitu kumuh.
Sooran menggeleng pelan kemudian kembali berjongkok dihadapan bocah kecil itu. tangan yeoja itupun memberikan sebuah bungkusan yang dipegangnya. Sebelum sampai kerumah Jooheon, Sooran sempat mampir sesaat di mini market yang tak jauh dari kediaman itu untuk memberi beberapa makanan dan juga kompres penurun panas.
"ambil ini..berikan pada dongsaengmu" ujar Sooran.
Mata bulat Jooheon nampak berkaca2 mendapat kebaikan dari Sooran, sepertinya bocah kecil itu benar2 merasa tertolong dengan kebaikan yang Sooran berikan padanya.
"besok...noona akan kemari lagi, jadi sekarang cepat masuk dan istirahatlah" pesan Sooran kemudian.
"ne, noona...gomawo...noona" jawab Jooheon kemudian cepat beranjak kedalam rumahnya.
Sooran masih berjongkok di tempatnya, menatap sosok Jooheon kecil yang sudah tak lagi terlihat oleh pandangannya. Lama yeoja itu termenung disana memperhatikan bangunan kumuh itu lamat2 sambil sesekali mengingat masa lalunya.
"Sooran-a" sebuah panggilan membuat Sooran tersadar dari lamunannya.
Yeoja itu berbalik dan mendapati namja jangkung yang berjalan menuju kearahnya. Tatapan namja itu nampak sendu dan gerakan kakinya terlihat sedikit terseret.
"Hyungwoon-a, kenapa kau ada disini?" tanya Sooran pada namja itu
"oppamu memintaku mencarimu" jawab Hyungwoon dengan suara beratnya.
Sooran tersenyum lebar sembari mengangguk kecil mendengar jawaban yang Hyungwoon berikan padanya.
"ya! dengan apa kau kemari?" tanya Sooran pada Hyungwoon
"tentu saja dengan mobil, memangnya dengan apa lagi" jawab Hyungwoon
Tawa pelan Sooran terdengar bersama tangannya yang mengusap poni Hyungwoon yang menutupi mata indah namja itu.
"kau menyetir dengan mata terpejam tuan Chae?" ejek Sooran.
"untung saja kau tak ditilang" lanjutnya sembari kembali terkekeh.
Jujur wajah mengantuk Hyungwoon sangatlah lucu, dan Sooran tak pernah bisa menahan senyumnya jika melihat wajah bantal namja itu.
"salahmu kenapa menghilang tengah malam begini, kau...membuat si Lee Minhyuk itu terus uring2an. Dia bahkan memintaku dan Kihyun untuk mencarimu dengan ocehannya yang tak kunjung usai. Bahkan Kihyun yang sangat pintar marah saja tak sanggup mendengar ocehan namja gila itu" adu Hyungwoon kesal.
Lagi Sooran terkekeh mendengar semua keluhan yang Hyungwoon lontarkan, terlebih namja jangkung itu berujar seperti orang yang sedang mengigau dengan mata yang sedikit menutup.
"kajja...kita pulang, aku benar2 mengantuk sekarang" ajak Hyungwoon setelah tawa Sooran tak lagi dia dengar.
Hyungwoonpun nampak meraih jemari Sooran pelan lantas menggenggam jemari lentik yeoja itu erat.
"arasso...kajja" jawab Sooran sambil mengikuti langkah Hyungwoon.
Kedua segera melangkah pelan meninggalkan tempat tersebut, untuk kembali ke kediaman nyaman milik Sooran.
TBC_
Langsa, 1 Agustus 2018
00:08
Hasil kerja sama bareng:
Hae_Baragi
Biga_Agasshi
Gomawo for votment and see you next part
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro