3
Yuna akan menghajar kakak laki-lakinya kalau sudah pulang nanti.
"Lagian ngapain sih bocah pekok ini masukin pipis Holly ke botol. EMANG MAU BIKIN PIPIS SQUASH?" Gadis itu menggeleng-geleng kesal dan mencipratkan air sambil memeletkan lidah.
Ia lalu menaiki anak tangga menuju kamar, membuka baju, mandi, sebelum mengeluarkan laptop untuk menulis tugas. Suara merdu IU menyanyikan "Ending Scene" terdengar lewat speaker laptop ASUS X441N dengan RAM 4GB berprosesor Intel Celeron CPU N3350 @1.10GHz HDD 500 GB dan layar LCD 14.0 HD uslime glare (tanda bahwa ia gadis sederhana seperti di sinetron yang rela memakai laptop biasa, meskipun dari kalangan berada).
Ponsel Yuna berbunyi.
Dayuni, sahabat sejak kecil Yuna yang tinggal satu komplek dengannya. Awal mereka berteman adalah ketika berumur sepuluh tahun, Yuna naik ke pohon jambu Pak RT, tapi tak bisa turun. Di saat itulah, ia melihat Dayuni berjalan melewati kebun Pak RT dan mengancam akan memutuskan kepala Barbie yang dipegang Dayuni jika tidak membantunya turun. Dayuni yang masih lugu pun akhirnya mencari tangga kayu untuk membantunya turun.
Tak berselang lama, gadis berambut panjang itu muncul di kamar Yuna.
"He, aku minta drama Koreamu yang baru po'o," belum-belum, Dayuni sudah menodong.
"Nyoh, cari sendiri." Bersamaan ketika Yuna mendorong laptopnya dan Dayuni melompat ke atas ranjang, terdengar bunyi bel. "Sik, ya. Mau lihat orang di depan." Ia berjalan cepat keluar kamar. Tirai disibak Yuna, sekadar melihat tamunya.
Begitu pagar dibuka, seorang cowok berpeci putih dan bersarung hijau muncul dengan senyuman semanis madu.
"Asalamualaikum. Selamat sore. Saya Hanif Bintoro, anak ponpes Waiji Darussalam." Cowok itu mendorong sebuah kotak amal ke depan Yuna. "Sumbangan untuk anak-anak panti asuhan, Kak. Boleh?"
"Waduh. Saya nggak ada uang cash lagi. Bentar, ya." Yuna menengadahkan kepala. "Day! Rinio. Sini! Aku pinjem uang!"
Dayuni yang mendengar teriakan Yuna segera turun dan berdiri di sebelah Yuna. Saat itu, Hanif terpana menatap keayuan Dayuni.
"Astagfirullahalazim."
"Lho, kenapa nyebut? Memangnya saya setan?" Dayuni mengernyit tak terima.
"Maaf, bukan bermaksud, Mbak. Mbak cantik seh. Tuh, kan. Astagfirullah. Nggak boleh memuji." Cowok itu menepuk mulutnya sendiri. "Btw, jangan laporkan saya ke Kiai saya ya habis memuji Mbaknya. Sekali lagi, saya minta maaf." Cowok itu membungkuk berkali-kali.
"Nih nih nih." Dayuni mengeluarkan uang seratus ribu dan memasukkannya ke dalam kotak amal.
Tanpa memandang lagi ke arah dua cewek di depannya, Hanif buru-buru berbalik badan sambil memeluk kotak amal. Nahas, kepalanya kepentok tiang listrik di pinggir jalan.
"Hati-hati toh, Mas," seru Yuna. Hanif hanya mengangguk dan melanjutkan langkah cepat.
*
Suara mesin mobil menyita perhatian Yuna yang sedang mengetik tugas. Cewek itu menyingsing lengan sweater, bersiap menghajar kakaknya.
"Eh, dumpling. Kurang kerjaan apa ya masukin pipis anjing ke dalem kulkas?"
Yogi yang menggigit kunci mobil tampak kewalahan menggendong seekor anjing puddle cokelat yang memeletkan lidah dan menyalak, kemudian mengeluarkan tas, mainan, dan sekarung makanan anjing dari jok belakang. Cowok itu menyerahkan barang-barang Holly ke Yuna.
"Kerjaan Teddy, tuh. Buat eksperimen katanya."
"Ya ngapain sih dibiarin? Udah tahu Teddy kelakuannya aneh kayak alien."
"Buat tesis, Yun. Udah ah bantuin masukin ke dalem." Yogi menggendong Holly menuju lantai atas.
Dengan kurang ajarnya cowok itu membiarkan adiknya kewalahan menggotong tas besar, mainan, dan makanan Holly.
"Tesis apaan pula pake pipis anjing buat sampling?! Kan dia kuliah jurusan kesenian bukan kedokteran hewan!!" Ia meletakkan semua barang-barang di gendongannya ke atas lantai di dalam kamar berukuran sedang yang dikhususkan untuk Holly.
"Bacot ae lu. Sana balik ke kamar."
Yuna mendesis jengkel. Bukannya terima kasih, ia malah dimaki. Cewek itu pun meninggalkan kamar Holly dan masuk ke kamarnya sendiri.
Saat itu, ponselnya berdering. Yuna meraih ponsel itu dan melihat nama yang tertera di layar. Sebelah alisnya terangkat.
Jeon.
"Selamat malam, Pak. Ada apa, ya?"
"Selamat malam, Yuna." Di seberang, suara Jeon terdengar rendah. "Maaf mengganggu. Saya boleh minta bantuan koreksi tugas mahasiswa?"
Ya elah, Pak. Baru juga masuk kampus udah minta bantuan ae. Yuna memutar bola mata ke atas. Padahal, besok ia ingin stand by di depan laptop untuk streaming penampilan Stray Kids di acara musik.
Ia menggaruk-garuk kepala. "Hm ... banyak nggak, Pak? Mon maap aja nih, ya. Saya orangnya sibuuuk banget. Saya punya olshop nih, Pak. Ngurus jualan online ribet, loh."
"Oh, kamu buka online shop? Jualan apa?"
Ya elah, nih orang dikadalin malah makin nanya.
"Bapak kepo, deh. Ya udah saya bantuin. Kirim aja ke email saya, ya."
Yuna menghela napas pendek. Mungkin, ia bisa saja ngebut mengoreksi tugas-tugas itu sebelum Stray Kids muncul.
Jeon menggumam. "Saya maunya kamu datang ke rumah saya."
******
Sa ae lu pak ngerdus ya.
Yuna nya pake ulzzang Korea aja biar hacep. How?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro