10
Yuna memandangi foto itu cukup lama. Lehernya sampai kaku. Begitu Jeon kembali ke tempat mereka, gadis itu buru-buru duduk tegak sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga. Ia berdeham, enggan memandang lelaki yang sudah duduk di depannya. Menyadari tingkah Yuna yang berubah diam, Jeon memperhatikan perempuan itu.
"Kenapa?" tanyanya penasaran.
Menjawab pertanyaan itu, Yuna menggeleng samar. Keadaan berubah menjadi canggung dan sepi. Berkali-kali Yuna berkelit dari pertanyaan Jeon dengan mengatakan: saya nggak apa.
"Kamu kayak lagi mikirin sesuatu loh, Yun."
"Mikirin Oppa saya, Pak."
Sebelah alis Jeon terangkat. "Hah?"
"Kyungsoo mau wamil, Pak."
"Kyungsoo iku sopo maneh (siapa lagi)."
"Ah, Bapak mah Wibu. Nggak bakal tahu Korea Koreaan." Sebelah alis Yuna terangkat. Ia melihat ponselnya bergetar. Ada telepon masuk dari kakaknya. "Sek, Pak. Kakak saya nelepon." Ia bersyukur kakaknya menelepon di saat yang tepat. Segera, Yuna menjauhi meja untuk menjawab telepon Yogi.
"Eh, kamu kok belum pulang-pulang? Di mana?"
"Iya nih abis dari WTC. Emang ada urgent apaan?" Tumben kakaknya menelepon menanyakan keberadaannya. Apa lagi kalau bukan karena ada sesuatu. "Soal Mas Solikin, ya?"
"Mas Solikin ndasmu. Kakak lagi ada urusan nih di Jogja. Nanti jemput Holly di petshop, ya. Udah dibayar biaya nginepnya kemarin."
Yuna mengembuskan napas. Ia menggaruk kepala yang tak gatal. Sebetulnya, Yuna merasakan dilema setiap kakanya pergi. Ia bisa merasa bebas, sekaligus terbebani karena harus mengurus Holly.
"Oh, ya. Satu lagi."
"Kenapa? Kita disuruh pulang ke Singapura?" tanya Yuna mendadak. Sejak melihat foto Jeon dengan seorang cewek, rasanya pulang ke Singapura adalah hal paling masuk akal.
"Bukan. Jangan dipotong dulu kalau ada orang ngomong."
"Iya, iya. Lanjut dah."
"Sepupu jauh kita bakal mampir ke rumah. Nanti kamu sambut, ya."
"Sek ta (sebentar). Sepupu jauh yang mana? Sepupu kita nih banyak, lho." Ya dimaklumi saja. Keluarga besar Yuna berasal dari berbagai ras dan negara. Neneknya saja punya sebelas anak yang tersebar di beberapa negara dan menikah dengana warga kenegaraan berbeda—termasuk dengan mamanya yang berdarah Indonesia.
Yogi tampaknya berpikir, mengingat-ingat sepupu yang mana yang akan datang. "Sepupu kita dari Tante Zahra."
Yuna membuka mulut. "Oh, si Yono!" Ia menyengir. Sepupu yang dimaksud kakaknya adalah sepupu yang paling ia sukai. Hubungan mereka love-hate. Sering bertengkar, tapi juga mengasihi. Mereka lebih dekat daripada sepupu yang lain. Mungkin, karena sepupunya ini juga memiliki darah Indonesia sehingga mereka tahu inside joke yang tidak diketahui sepupu-sepupu mereka yang lain.
Nah, ada alasan aku pulang. Yuna menjilat bibir. Setelah mengucap selamat tinggal ke kakaknya, Yuna kembali ke tempat duduk.
"Pak, saya mau pulang. Ada keluarga jauh saya datang ke Surabaya."
Mendengar ucapan Yuna, sebelah alis Jeon terangkat. "Oh. Ya sudah. Saya antar."
"Nggak perlu." Yuna menyambar tasnya. "Saya pulang sendiri, ya." Ia tersenyum. Tanpa memberikan waktu bagi Jeon untuk membalas, berlalu begitu saja. Meninggalkan lelaki itu seorang diri di keramaian.
Yuna berusaha keras untuk tak berbalik badan. Meski demikian, Jeon masih mengamatinya dengan saksama di meja. Ia mengembuskan napas panjang. Menyayangkan kepergian Yuna.
*
Sebelum pulang, Yuna menjemput Holly di petshop sesuai dengan permintaan kakaknya. Turun dari taksi, Yuna membawa tas anjingnya masuk ke rumah. Ia menyadari bahwa lampu rumah sudah menyala. Yuna melepas Holly dan membiarkan anjing itu berlari sambil menggonggong girang. Sosok buntalan bulu kecokelatan itu naik ke atas. Ia lantas menggeram-geram diikuti suara pekik seseorang.
"Aduh! Hush! Hush!"
Mengikuti arah suara yang berasal dari dapur, Yuna mendapati Holly yang menggigit dan menarik-narik celana seorang cowok yang tampak sebaya dengan Yuna, tengah menggeledah kulkas.
"Holly tuh galak kalau sama orang rese. Kamu mau maling, ya?" Yuna melipat tangan di depan dada. Ia lantas bersiul, membuat Holly melepaskan giginya dari celana cowok itu dan berlari ke arahnya.
"Haesh!" Cowok itu kembali menggeledah isi kulkas dan akhirnya mengambil es krim dari dalam freezer. "Dua jam yang lalu aku nyampe di Juanda. Nggak ada sambutan, gitu? Jauh-jauh lho dari Singapura."
Masih melipat tangan di depan dada, Yuna menggeleng. Ia melihat kotak es krim yang dibawa cowok itu dan tersenyum miring.
"Tumben kamu nyimpen es krim rasa mint?" tanyanya sambil membuka penutup es krim dan mulai mengambil sesendok untuk disuapkan ke mulut.
"Ah... itu teman kakakku yang bawa. Si Teddy."
Begitu es krim tersebut masuk ke mulut, barulah cowok itu menjulurkan lidah sambil mengumpat.
"Shit. Is this fucking Colgate?!"
"Hey, lagi pula orang gila mana sih yang suka es krim rasa mint. Rasanya sama aja kayak odol. Mamam noh odol."
"Rasanya beda, goblok."
"Sama, njing."
"Beda, sat."
Holly menggonggong keras seakan berusaha memisahkan mereka dari pertengkaran.
"Balikin sana," kata Yuna. "Itu bahan praktikum Teddy."
"Hey." Kali ini, cowok itu meluangkan waktu untuk memperhatikan Yuna dengan saksama. "Kita berapa lama ya nggak ketemu? Kayaknya dua tahun lalu terakhir ketemu di Jakarta." Ia mengusap dagu.
"Kenapa? Aku makin cantik?" Yuna mengatupkan tangan ke pipi dan mengedipkan mata berkali-kali.
"Tetep kayak berang-berang."
Yuna menyeringai tak senang. Aku mau balik ke kamar. Jangan diberantakin ya dapurnya."
"Eh, bentar. Aku nanti tidur di mana?"
"Cari aja sendiri. Kamar kan banyak di sini." Bola mata Yuna berputar.
"Nggak boleh tidur sekamar, neh? Aku takut ada hantu."
"Tidur sekamar matamu." Yuna memelotot.
"Dih, dulu waktu masih kecil kita suka tidur berdua kok. Kan udah biasa."
"YA ITU KAN KARENA KITA MASIH KECIL, YONO!"
"Iya, iya, Yuyun." Cowok itu mendecak lidah. Ia benci sekali setiap dipanggil Yono. Maka, ia balik memanggil Yuna dengan sebutan Yuyun. Hal itu pun sudah biasa di antara keluarga besar mereka. Sehingga sepupu-sepupu mereka yang lain pun ikut memanggil Yono dan Yuyun.
Beranjak berdiri, cowok itu mengeluarkan ponsel. "Eh, foto bareng, kek. Buat update, nih. Nanti aku dikira bohongan main ke sini."
"Idih apaan sih pake filter lop lop. Geli ah." Yuna menyatukan sepasang alis.
"Biar ngapa sih, lucu."
Satu jepretan. Yuna mengintip ponsel sepupunya, melihat cowok itu mengunggah foto tersebut di Facebook.
Yonanda Arjuna mengunggah sebuah foto.
[Ketemu Yuyun. Makin gede hehe]
"Apanya yang makin gede?" tanya Yuna dengan nada tinggi.
"Tanggung jawabnya. Nggak usah negative thinking kenapa, sih."
Tak berselang lama, banyak sepupu mereka yang meninggalkan komentar dalam bahasa Inggris. Tak ingin diintip lagi oleh Yuna, Juna memutar badan seraya mencebikkan bibir, menyembunyikan ponselnya. Yuna mendecak lidah.
Gadis itu melenggang menaiki anak tangga diikuti oleh Holly menuju kamar. Sementara, Juna masih sibuk dengan gawai dan tertawa-tawa sendiri.
*
Holly melompat ke ranjang, menggesek-gesekkan bulunya ke wajah Yuna hingga membuat gadis itu mengernyit. Sejenak, Yuna yang sejak tadi menonton siaran ulang acara musik K-Pop, mengalihkan perhatiannya ke Holly.
"Heh, jangan poop di kasur, ya. Tak jual loh kamu ntar ke Mbak Marni."
Holly hanya menjulurkan lidah dan menjilat pipi Yuna, membuat gadis itu terkekeh geli. Yuna mengambil gambar dengan anjing kesayangannya itu beberapa kali. Ia memilih-milih foto mana yang sekiranya bagus untuk dibagikan di WhatsApp Story. Biar kakaknya juga tahu kabar anjing kesayangannya.
"Yang ini aja deh." Yuna mengunggah foto itu dengan keterangan: "Selamat malam dari Holly!"
Gadis itu mengembangkan senyum. Ia membiarkan Holly tidur di sebelahnya. Suara dengkuran lembut binatang itu terdengar di telinganya.
Selang beberapa menit, ada yang membalas unggahannya. Jantung Yuna mencelus melihat nama "Pak Jeon" di kotak pesannya. Matanya membulat.
Pak Jeon: Cantik
Yuna tak ingin ge er dulu. Dengan santai, ia membalas pesan itu.
Yuna: Holly cowok, Pak. Hehe
Pak Jeon: kamunya yang cantik.
PEPET TEROOOS. Yuna tak menyangka dosennya itu bisa langsung stright to the point. Hal itu malah membuatnya berdebar. Aduh dia udah punya cewek, he. Ojo dibaperi! Yuna mengentak-entak kaki di ranjang, membuat Holly terbangun karena terganggu.
Yuna: sa ae hahaha.
Pak Jeon. Yuna
Yuna: iya?
Pak Jeon: besok bantuin saya koreksi kerjaan anak-anak di rumah, ya
Yuna: hm... harus banget nih? Wkwk
Pak Jeon: saya ada perlu juga sama kamu.
Yuna: perlu apa?
Pak Jeon: pertanggungjawaban kamu
Yuna: loh. Emang saya kenapa?
Pak Jeon: bikin saya kangen sama kamu
*****
DUARRRR
Mana nih yang nyariin Pak Jeon dari maren-maren. Komen coba wkwkwkwk.
Ada bucinnya si Yono ga sih wkwkwkwkwkkwkwkk. Huh coba seumuran dek dek :))
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro