Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Pajama Drive

Aku mengetuk ngetuk meja belajar, mencari-cari ide agar tugas bahasaku selesai lusa depan. Meskipun aku sudah memandang keluar jendela dan menatap bulan yang bersinar dengan lembut, tidak ada secuilpun inspirasi yang dapat membuatku menghasilkan satu bait puisi.

Aku meregangkan kedua tangan, aku rasa aku harus tidur, mungkin esok hari akan ada sedikit pencerahan dari matahari pagi. Setelah mengganti pakaian dengan piyama dan menyikat gigi aku masuk ke dalam selimut tebal di atas kasur.

Sepertinya otakku belum mau tidur karena tugas bahasa itu masih terselip di antara lipatan lobus otakku, jadi aku mengubah-ubah posisi tidur agar lebih nyaman. Namun itu tidak berhasil.

Aku memutuskan untuk menghitung domba, seperti yang dilakukan oleh kartun-kartun yang ada di televisi, namun tidak juga berhasil. Aku bangun dan memutuskan untuk pergi ke dalam dapur. Mungkin segelas susu dapat meregangkan pikiranku.

Setelah meminum susu aku kembali berbaring di kamar tidur berusaha untuk tidur kembali, namun sayangnya mataku tidak mau terpejam, membuatku tidak terlalu nyaman.

TUK!

TUK!

TUK!

Jendela kamar berbunyi membuatku kembali beranjak dari tempat tidurku. Siapa sih yang lempar-lempar batu tadi?

Saat aku membuka jendela, mataku menangkap sesosok cowok melambai lambai dengan senyuman jenaka dan itu membuat jantungku berpacu dua kali lebih cepat.

"Apa yang kau lakukan?!" kataku

"Menjemput tuan putri."ucapnya, lalu dengan santainya memanjat pohon dekat jendela, lalu menarik tanganku, menggendongku ala bridal style.

"Bocah! Turunkan aku!!!" teriakku

"Aku yakin hanya kau saja yang ada di rumah, that's right?"

"Argh!!!"

Wajahku merah karena tindakannya ini, tenang Ama tenang...

Triton lalu memasukkanku ke dalam mobil lalu menutup pintunya.

"Aku sudah bilang tadi di sekolah kan? Kalau aku akan menculikmu malam ini." ucapnya lalu menancap gas.

Jantungku berdebar dengan kencang Triton bersiul-siul sambil mengendarai mobilnya. Tindakannya yang seenak hati mambuatku terkadang cenat-cenut sekaligus kesal setengah mati.

"Kita akan kemana?" tanyaku agak ketus

"Jalan-jalan beb." jawabnya lalu memberhentikan mobil dan memasang sabuk pengaman.

"Sejak kapan kita pacaran?" ucapku

"Sejak kita lahir, kita kan jodoh." Katanya sambil tersenyum lagi.

"Pegangan yang kuat Ama sayang." ucapnya lalu menancap gas.

Perutku terasa dikocok-kocok, dia dengan santainya memutar-mutar setir sambil bersiul-siul.

"Triton!!!!!" teriakku saat kami melewati jalanan yang kurang mulus membuatku ingin muntah.

"Sorry, aku tidak mau kita ketinggalan acaranya." ucap Triton

"Terserah-terserah," ucapku sambil menutup mulutku menahan apa saja yang ada di perutku untuk tidak keluar.

Mobil sport hitam milik Triton sepertinya membawa kami ke daerah puncak.

"Kamu mau nggak bakal ngapa-ngapain aku kan?" tanyaku pada Triton, agak takut karena aku yakin, daerah tersejuk di Jakarta ini sepi di tengah malam.

"Kalau kamu mau," ucap Triton

Aku merinding

"Triton aku serius!" ucapku

Setelah sampai di tujuan, Triton lalu turun dan membukakan pintu disampingku.

"Kita sudah sampai beb."

Aku turun dari mobil dengan dada yang masih berdegub dengan kencang, suasana di puncak sepi dan agak gelap. Aku menatap ke arah sandal tidurku yang berbentuk kelinci.

Triton mengambil sesuatu dari dalam kantong celananya, mengutak atiknya lalu seberkas cahaya keluar dari silinder itu.

Aku memegang tangannya takut, kami berjalan ke tengah.

"Nah udah sampai," ucap Triton, dia lalu duduk bersila dan aku duduk di sampingnya.

"Lalu apa?" tanyaku

"Tunggu aja," ucapnya lalu berbaring dengan tangan menopang kepala.

"Ish! Kau ini!" kataku sambil memukul mukul bahunya.

"Kamu mau turun kesana?" tanya Triton sambil menunjuk sesuatu.

Aku mengikuti arah telunjuknya, dapat aku lihat sebuah perkemahan tak jauh dibawah kami.

"Itu anak-anak Nihon dari sekolah kita, kalau kamu mau kesana silahkan saja." ucapnya lalu melirik kearahku, "Kalau PD pake piyama."

Aku menatap piyamaku yang berwarna pink, lalu melotot kearahnya.

"Ini semua gara-gara kamu!" ucapku "Kau membawaku seenaknya saja!"

"Tapi kayaknya kamu nggak melawan tuh." ucap Triton

"Ka-"

Triton mendekap mulutku, "Ssttt...! Lihat aja ke langit sekarang."

Sebuah benda berwarna kuning kemerahan meluncur dari bawah, lalu pecah menjadi lingkaran berwarna warni di langit. Aku memperhatikan indahnya kembang api yang mewarnai langit malam, begitu banyak begitu mempesona. Setelah itu muncul hujan meteor dari kegelapan langit, membuatku terkagum-kagum.

"Keren kan?" ucap Triton

"Indah..." sahutku

Setelah pertunjukan kembang api dan hujan meteor itu selesai kami berdua lalu pergi dari puncak. Aku cukup senang hari ini.

Tiba-tiba Triton membanting stir mobilnya membuatku sedikit kaget.

"Ada apa?" tanyaku pada Triton yang mulai menjadi pembalap F1 lagi.

"Pegangan yang kuat," ucap Triton lalu menambah kecepatan mobilnya.

Aku melihat dari kaca spion, ada sebuah mobil di belakang kami.

"Tch! Tidak kusangka si brengsek itu datang sekarang," gumam Triton

Aku mulai merasa sedikit pusing dengan manuver-manuver gila yang dilakukan oleh Triton, perutku terasa diaduk-aduk, mungkin habis ini aku akan memuntahkan susu kocok.

Tiba-tiba saja sebuah mobil muncul dari pertigaan jalan dan menghadang kami di depan. Triton mengerem mobilnya dan hampir membuatku berbenturan dengan kaca depan, untungnya aku ingat untuk menggunakan sabuk pengaman.

"Ama, kau cepat pindah kursi ke belakang!" ucap Triton

"Ba-baik!"

Aku lalu duduk di jok belakang dan memakai sabuk pengaman.

Mobil di belakang kami menyusul kami dan berhenti di belakang.

"Hei! Triton keluarlah!" ucap pengendara yang berada di depan kami, aku rasa dia adalah salah satu anggota geng yang pernah kalah melawan geng-nya Triton.

Triton lalu memutar mutar setir, membuat mobilnya berputar-putar di tempat, membuatku semakin pusing di dalam sini.

"Kalau mau muntah di sana ada plastik! Pegangan yang erat!"

Setelah berputar-putar Triton menge-rem laju mobilnya lalu dalam sepersekian detik menancap gas dengan kuat sehingga mobilnya bisa melompati mobil yang ada di belakang.

Dan aku muntah di dalam mobil itu, seperti kata Triton aku mengunakan salah satu plastik yang ada di sana untuk menampung sementara isi perutku.

"Mereka siapa?" tanyaku saat kami sepertinya sudah cukup jauh dari mereka.

"Korona." jawab Triton singkat.

Triton sepertinya mengambil jalan memutar untuk mengantarku pulang untuk mencegah Korona and the gang menemukan kami.

"Hati-hati di jalan." ucapku saat kami sudah ada di depan rumahku.

"Siap putri cantik~" sahutnya, aku lalu melempar buah mangga yang kebetulan jatuh dari pohonnya, lalu dia berdecak sakit.

Mobil Triton lalu bergerak menjauh menelusuri jalanan kota, membuatku sedikit was-was karena kejadian tadi.

Ah sudahlah untuk apa mengkhawatirkan dia! Dia kan berandalan! Lagi pula apa untungnya coba mengkhawatirkannya!

Aku lalu memanjat kembali pohon mangga dan masuk ke dalam kamarku melalui jendela.

Lampu kamar tiba-tiba menyala membuatku terkaget, Kak Kevan menatapku tajam dari kursi di samping meja belajar.

"Katakan padaku darimana saja kau?" tanyanya penuh selidik,

"Eh?! Se-sejak kapan kakak pulang?" tanyaku balik menyusun sedikit waktu untuk berpikir.

Dia menatapku seakan memakanku hidup-hidup, lalu berjalan mendekat, menatap kedua bola mataku dari jarak kurang dari 30cm.

"Sejak mendengar kabar kalau papa dan mama pergi, katakan kalian kemana saja? Dan berbuat apa?"

Aku gelagapan, mencari ide yang pas, namun pandangan tajam dari Kak Kevan membuatku tidak bisa berkutik dari amarahnya.

Sudah...tamatlah riwayatku....





TAMAT

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro