Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌻 Bab 1: Jika Aku Pergi, Bulan Masih Tetap Bersinar, kan? 🌻

Lakukan apa yang ingin kamu lakukan jika itu benar. Jadilah tokoh utama dalam hidupmu, dan bukan orang lain.

.
.

Selamat membaca dan jangan lupa untuk tinggalkan vote & komentar ^^

.
.
.

Aku tidak berpikir tentang banyak hal. Maksudku, jika aku mati besok pun semua masih akan baik-baik saja. Aku bukanlah siapa-siapa, aku tidak pernah istimewa.

Aku membayangkan kemungkinan-kemungkinan besar yang terjadi selepas kematianku nanti. Jika pun besok aku mati, maka musim akan tetap berganti. Jika pun besok aku mati, maka bulan dan bintang tetap muncul di malam hari. Jika aku mati besok pun, toko roti yang manis tetap akan buka dan kafe depan perpustakaan pun akan ramai seperti biasa. Lihat, Pak, semua akan baik-baik saja. Jadi, kenapa aku harus bertahan?

-Pemuda yang bosan (?) hidup.

Nak, kamu tidak tahu ya bahwa masih banyak hal yang harus kamu lihat di dunia ini. Kesempatan hidup itu hanya sekali, jadi gunakanlah sebaik mungkin kartu yang kamu miliki. Jika kamu menyobeknya, maka tidak ada kesempatan kedua atau ketiga untukmu. Apa kamu tidak ingat bahwa band kesukaanmu masih hiatus hingga sekarang. Apa kamu juga tidak ingat tentang impianmu yang ingin mengunjungi pegunungan Alpen? Apa kamu sudah mencoba makan kentang goreng dengan selai cokelat? Kamu juga belum tahu siapa ibu Monkey D. Luffy. Aku rasa banyak sekali yang belum kamu tahu dan kamu lakukan.

Buru-buru untuk mengakhiri semuanya berarti kamu memutuskan untuk memendam rasa ingin tahumu selamanya. Jawaban-jawaban yang ingin kamu cari tidak pernah kamu ketahui.

Pak Tua Penjaga Perpus.

Perempuan berkaus abu-abu yang semula berniat untuk menata ulang buku-buku di ruangan selebar dua kelas itu menggugurkan niatnya, saat tak sengaja mendapati kertas yang tergeletak pada bawah rak. Di baca sekilas pun, ia tahu bahwa balasan Pak Tua Penjaga Perpus adalah ayahnya. Gadis itu sangat mengenali font itu dengan baik.

"Siapa yang curhat pada Ayah? Aku baru tahu Ayah bisa menuliskan kata-kata bijak," lirihnya seraya melipat kertas tersebut dengan cepat. "Lebih baik aku simpan aja, karena bagaimana pun Ayah pasti melarangku untuk membuangnya," lanjutnya.

Perempuan itu menaruhnya di laci, lantas mulai berjalan menuju kotak kayu tempat tumpukan piringan hitam dan CD berada. Tangan gadis itu mulai mencari-cari kaset yang mungkin bisa ia putar, tapi sayangnya tak ia temukan album yang ia kenal.

"Ternyata Ayah nggak bohong, ya, waktu dia bilang nggak punya vinyl-nya Dua Lipa," gerutunya.

Karena tak ada pilihan lain, akhirnya ia mengambil dua kaset milik Queen dan Daryl Braithwaite lalu mulai menyalakannya melalui CD tua milik sang ayah, sebelum akhirnya alunan The Horses mulai mengalun memenuhi perpustakaan itu.

Pintu depan perpustakaan yang semula tertutup, sekarang ia buka hingga memperlihatkan jalanan depan yang tak terlalu ramai. Tepat di seberang, sebuah kafe kecil berdiri. Dua orang pegawai terlihat sedang membersihkan meja, pikirnya mungkin kafe itu yang dimaksud oleh sang pemuda. "Tapi kelihatannya kafe itu cukup tua. Jauh dari kata Instagram-able juga," komentar sang gadis. "Tapi bodo amatlah, kenapa juga aku berkomentar hal yang nggak penting."

Dia berjalan menarik kain-kain putih lebar yang semula menutupi rak berisi buku-buku sehingga ia tak perlu terlalu lelah untuk membersihkan buku karena kain putih itu melindunginya dari debu.

Setelah semua kain putih ia turunkan dan dimasukkan pada kardus, kemudian ia terlihat mulai menarik kotak besar berisi tumpukan komik yang seharusnya diletakkan pada rak depan yang sekarang kosong.

"Kalla, jangan lupa bahwa komik tetap harus ditaruh pada rak paling depan. Itu akan menarik perhatian anak-anak yang lewat agar mereka tertarik untuk mampir ke perpustakaan," kata sang Ayah saat Kalla tengah memasukkan pakaiannya ke dalam ransel sebelum pergi ke sini.

"Bukannya banyak komik yang hanya ditunjukkan pada pembaca remaja atau dewasa, Yah? Anak-anak lebih suka bacaan seputar Dinosaurus," jawab Kalla.

"Ayah tidak mengatakan untuk menaruh komik dewasa di depan. Kamu bisa mengetahuinya dari rate yang berada di belakang sampul. Intinya, kamu harus menata buku anak-anak di depan," tegasnya.

"Baiklah, aku paham."

Rak setinggi satu meter itu kemudian ia bersihkan dengan kain. Setelahnya ia mulai menata buku anak-anak bergambar yang belum pernah ia sentuh sebelumnya. Sampai sekarang pun ia tak tertarik pada tumpukkan buku-buku di ruangan ini. Aroma pastry jauh lebih menggairahkan daripada aroma buku tua.

"Sampai kapan pun, aku akan menamai volunteer ini sebagai mimpi buruk," desisnya.

Benar, Kalla mengartikan kejadian ini sebagai katastrofe dalam hidupnya dan ia ingin jadwal perkuliahan semester enam segera tiba agar bisa meninggalkan tempat ini secepat yang ia bisa.

"Mbak Kalla," panggil sebuah suara.

Kalla langsung menoleh ke depan dan melihat seorang wanita empat puluh tahunan mengenakan jaket hijau seraya membawa kotak, berdiri tepat di depan pintu kaca. Kalla langsung meninggalkan pekerjaannya lantas membuka lebih lebar pintu depan.

"Ini pesanannya, Mbak. Satu kotak pizza dan satu cup caramel macchiato," katanya seraya mengulurkan kotak dan tas spunbond yang mungkin berisi caramel macchiato itu.

Bukannya menanggapi, Kalla terlihat kebingungan karena sebelumnya ia tak memesan apa pun dari aplikasi hijau itu. Bahkan aplikasi hijau itu ia hapus setiap libur kuliah karena menurutnya hanya memakan banyak ruang. "Maaf, sepertinya Ibu salah alamat, ya. Soalnya saya nggak pesan apa pun."

"Tapi ini perpustakaan Rasi Bintang, kan? Mbak-nya namanya Kalla."

"Iya benar, Bu, ini perpustakaan Rasi Bintang dan nama saya juga Kalla, tapi saya nggak punya aplikasinya loh. Saya dari pagi di sini dan nggak buka ponsel sama sekali," sergahnya.

"Kalau begitu Mbak terima saja, ya. Lagi pula ini sudah dibayar. Saya harus kembali bekerja," ujarnya.

"Baiklah, tapi minumnya Ibu bawa saja. Buat Ibu." Kalla mengambil kotak pizza itu seraya tersenyum.

"Beneran, Mbak?"

"Iya. Bawa aja," kata Kalla.

"Terima kasih ya, Mbak."

"Iya, Bu. Sama-sama. Hati-hati."

Begitu wanita tadi kembali keluar dan mengendarai motornya untuk kembali bekerja, Kalla berbalik dan menaruh kotak pizza itu di meja pustakawan. "Siapa yang ngirim ini? Agak seram juga ada orang asing tiba-tiba kirim makanan. Tapi ini dari tokonya langsung, sih." Kalla menatap kotak itu dengan pikiran yang masih melayang ke mana-mana. Pasalnya ia masih penasaran karena dipikir-pikir ia hanyalah orang asing yang berada di sini.

Kalla tak memiliki saudara, tak memiliki teman atau kenalan. Ia hanya diminta ayahnya untuk kemari, tidak lebih. Jadi menurutnya pemberian makanan ini begitu aneh kecuali ini adalah program pemerintah yang memberikan satu kotak pizza pada satu rumah. Tapi menurut Kalla itu sangatlah mustahil.

"Siapa pun orang baik itu aku ucapkan terima kasih," kata Kalla akhirnya.

Saat kedua kakinya hendak melangkah pergi, ia baru menyadari bahwa ada kertas putih yang menempel tepat di bawah kotak pizza tersebut. Segera ia menariknya dan melihat tulisan dengan tinta merah di atasnya.

"Dimohon selesaikan dengan cepat pekerjaanmu itu. Perpustakaan Rasi Bintang harus segera dibuka."

Kalla mengernyitkan dahinya. Sangat aneh menurutnya. Apakah surat itu ditulis oleh pemesan pizza ini atau kertas itu sudah berada di atas meja sebelum ia meletakkan kotak di atasnya? "Aneh banget. Kenapa juga suratnya ada di bawah, apa nggak takut jatuh? Lagi pula biasanya kalau ada catatan pasti taruh di atas, kan?" lirihnya seraya menatap tulisan dengan font yang sepertinya ia kenali tetapi malas untuk mengingat.

"Baiklah, anggap saja tidak penting seperti janji para pemimpin yang tidak terlaksana itu," ujarnya lalu pergi dan mulai larut membereskan tumpukan buku-buku yang menurutnya jauh lebih krusial daripada apa pun.




- To be continued -

.
.

Maaf baru update lagi, dan sepertinya alur cerita ini akan lambat pun update-nya juga lambat karena harus edit ulang.

Kalau merasa tidak nyaman, segera tinggalkan, ya. Kalau ada kesalahan boleh banget diingatkan dengan baik. Dan jangan lupa untuk tekan tombol bintang di pojok dulu sebelum lanjut, dan bisa juga loh akunku ini di-follow 🌻

Salam | ك

Jateng, 18 Maret 23.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro