Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ikut Pulang


"Ini setan kenapa gak mau pergi, apa kesambet." gumam Sinta sudah di ujung frustasi, gimana ngak, dia hampir 10 menit di dalam, gak ada pergerakan si hantu yang lagi ngonser di luar itu untuk pergi.

"Hallo mbak, silakan masuk ..., pilih, pilih bilik mana yang mau di masukin, tapi di sana ada orangnya, lama banget," kata si hantu pada sosok gadis yang baru masuk ke kamar mandi.

melihat cermin, hanya ada dia di sana. "kok merinding ya, apa ini namanya --"

"--Namanya? namanya kamar mandi lah," lanjut si hantu.

"Pasti gara gara kebanyakan minum es, alahh. .., cepet balik lah," kata si siswi itu hanya berniat cuci tangan.

Sinta kepingin muncul keluar, Karin kayaknya udah nungguin dia. apalagi titel anak baru harus di jaga dengan baik biar gak di angap freak, gak lucu kalau dirinya di hindari anak lainnya karena dia tetiba suka menghindar kalau liah hantu.

'Pokoknya kau gak peduli sama si hantu, kenapa juga dia suka komentar,' pikir Sinta beranjak dari tempatnya, keluar bilik kamar mandi.

Si hantu dalam kondisi menyender tempok sambil menyilangkan kaki, melihat Sinta yang baru keluar, wajahnya sumringah. Sinta berjalan berlahan berdiri bersampingan dengan si hantu, mencuci tangan di depan cermin.

"Mbak, mbak bisa liat aku 'kan?" si hantu mendekatkan wajahnya dengan Sinta, Sinta bisa melihat pergerakan hantu itu dari ekor matanya. Dari pakaian yang di kenakan putih abu abu, dengan beberapa sudut yang kusam mengingatkan Sinta pada jaman anak SD dengan bajunya di pakai adalah hibahan kakak mereka atau pakaian yang sudah mulai kekuningan.

Selain pucat mayat, dengan bawah mata menghitam si hantu ini adalah manusia pada umumnya, gak ada bedanya dengan dia dari segi penampilan (tolong kecualikan warna kulit, itu betulan seperti mayat hasil rendaman)

Sinta berjalan lebih cepat, menyusul ke kantin. Si hantu pun demikian dia juga berjalan menyusul Sinta, kendati kakinya panjang membuat dia lebih cepat sampai dari pada Sinta.

"Kar, maaf ya lama banget, aku keknya mules kalau makan sambel," tegur Sinta merasa tak enak membuat Karin menunggu.

Yang di orang yang di maksud malah dengan satai menjawab, "Gak papa, aku malah gak enak kalau kamu nunguin aku, Sin. Lumayan kenyang," katanya. Sinta geleng geleng melihat teman barunya ini baru saja menumpuk mangkok ke tiganya.

Dengan urutan, Bakso, Soto dan buryam (bubur ayam) tak lupa di hadapannya juga ada semangkok es cendol, tentu ukuran semangkok es bisa jadi menu yang mengenyangkan melihat ukuran dan isinya hampir meluber.

Meneruskan makanannya sempet tertunda--Tentu, alasan sakit perut dengan demikian akting buruk Sinta, dia masih ingin mengisi perut--lapar dan sayang uang adalah alasan utamanya.

Selesai dengan urusan mereka masing masing, keduanya kembali masuk kelas. Dengan banyak pertimbangan Sinta memilih menghabiskan waktunya fokus dengan pelajaran yang ada, padahal dia sama sekali gak memperhatikan penerangan si guru di depan mereka.

"Ini itu salah pak, harunya mines." Kata si hantu mengurui, tentu si guru tua itu sama sekali tak melihat si hantu, sejak tadi si hantu terus ngomel ke guru tua mulai pikun.

"Bapak, bapak..., ini salah. Gimana sih, anak muridnya kok mau di buat salah, aduhhh ..., ada ada aja," omel si hantu gak setuju.

'Masa jawabannya salah?' batin Sinta, ia memilih mencoret coret apa yang di katakan si hantu, mencocokan jawaban betul dan yang salah antara si guru dan hantu di depan sana.

"Betulan, si hantu bener," gumamnya gak percaya setelah menyelesaikan perhitungannya, menoleh ke sekitar nampaknya mereka kesulitan menerima metode si guru tua tersebut.

"Bapak!" Panggil Sinta mengangkat tangan, "maaf pak, jawaban bapak ada yang salah. Saya rasa gak begitu deh," katanya berusaha sopan menegur si guru, usia yang jauh tentu membuat Sinta harus lebih hati hati dalam bertutur kata apa lagi ini guru.

si Hantu yang lagi duduk di atas meja guru terdiam, ia tercenung melihat Sinta, kembali melihat si guru, "apa dia denger kala aku ngomong, ya? atau dia pintar." gumamnya melihat Sinta tertarik.

Semua anak seisi kelas bersyukur, adanya Sinta yang mau maju dan menerangkan secara gamblang bagi mereka. Si guru juga memuji dan mengakui kesalahannya.

"Sin, dateng dateng kamu mau jadi keren ya." tegur si Karin.

"Heh, ngak." tolak Sinta, dia merasa harus membenarkan kesalahan si guru.

tiba tiba dari bangku depan yang di isi dua siswi, salah satunya menoleh ke belakang, ke arah Sinta. "Maksudnya si perut melar ini, kamu keren." lanjutnya memberitahu Sinta.

"Sabar, kadang dia muju orang kayak mau ngajak gelud, sabar aja punya teman sebangku kayak dia, ya." sahut temannya itu, Gigi. bukan nama panggilan artis atau Gigi yang ada di dalam mulut, tapi memang nama nya Gita. Panggilannya Gigi.

"Nah, itu maksudku." Karin membenarkan, "aku suka bingung cara memuji orang, kayak gimana yang baik dan benar," akunya sambil nyengir.

"Kayaknya aku bakal biasa sama kalian semuannya, kok." Jawab Sinta.

***

Jam pulang sekolah sudah berlalu sejak 2 jam yang lalu, artinya ini sudah siang. Sinta tentu sudah ada di dalam rumah nenek, makan ikan asin dan sambel buatan neneknya dengan lahap, sayuran juga masuk lewat mulutnya. Tapi sosok yang di lihatnya di sekolah malah ngikut Sinta sampai rumah, yang bikin kesel adalah mulutya si hantu lebih parah dari Anggun, hantu dengan pembawaan gemulai itu emang agak 'cong' tapi dia tau kapan diem dan mendadak jadi cerewet, tapi kalau hantu ini kelewat semangat dan gak berhenti ngomong. Sinta sampai migren mendengar ocehannya, tapi mau dikata apa. Si hantu itu masih menaruh rasa penasarannya kepada Sinta.

'Kapan hidupku tentram lagi, aku harus pura pura gak tau. Minimal aku harus secepatnya cari cara biar mata batin sialan ini ketutup,' 

Sinta melengang pergi seusai cuci piring, kasur di siang hari adalah pilihan yang paling enak untuknya. Buku komik sudah ada dalam gengamannya, sebagai pembaca setia si pembasket rambut merah. Sinta melihat seklias si hantu masuk ke kamarnya lewat ekor mata.

'Ngapain lagi, ngak capek apa!' kesal Sinta mengerucutkan bibir, kesal.

"Hallo, kita ketemu lagi. Gak ding, aku ngikut ke rumahmu. Kamu anak yatim piatu ya? kok tinggal sama nenek-kakekmu," ungkap si hantu menyapa Sinta, tentu yang si hantu tau memang hanya ada dua orang tua yang lanjut usia, itu bukan orang tua Sinta tentunya.

"Aku kayaknya salah menilai, ku pikir kamu bisa liat aku. Abisnya sikapmu aneh sih," akunya si hantu itu ke Sinta, Sinta masih terus menyorot gambark komik hitam putih itu, tapi fokusnya pecah ke hantu di depannya itu.























Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro