Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cuman Itu


"Serius cuman nanya itu?"

"Heum," dia mengangguk antusia, matanya harap harap menanti jawaban.

'Aku kira bakal minta mayatnya di temuin, nyuruh aneh aneh. Tungu ..., apa ini skill marketing, ala orang di online shope, pertama ngasih hal remeh terus makin ngelunjak?' SInta memikirkan hal itu juga, siapa tau ini semua muslihat.

Coba dulu aja, deh. pikir Sinta mau menjawab, "kalau netflix and chill adalah ..., hemm," Matanya memutar kemana mana, dia mempunya dua kata ambigu.

"Nonton film netflix, kan netfilx nama programnya nah anak jaman sekarang bilan chill itu santai."

'Aman 'kan? orang aku ngak ngomong yang aneh aneh.' begitu batinnya.

Hartanto mengangguk, "ooh, baru tau. Ada ada aja ya sekarang, kalau ML?"

"Itu game. Biasanya berkelompok buat ngeruntuhin benteng."

Hartanto bangkit dari duduknya, 'akhirnya aku tau. Thanks kalau gitu, aku mau ngadem dulu,"

"Ye, ngadem. Dikiran badanmu gak dingin? udah kayak es batu."

"Kalau di sentuh, tapi tetep bisa ngerasain angin lah," hartanto menyentuh badannya memang merasakan dingin.

"Mau ilang?"

"Iya, mau pergi ke sekolah lagi." sahutnya bersiap menghilang, Sinta akhinya membiarkan Hartanto menghilang bak kabut.

'Clink!'

Muncul sosok lain, bukan hantu tadi tentunya. Sosok lelaki gemulai dengan kepala plontos, tali tambang di lehernya belum juga di lepas ternyata.

"Kenapa?"

Tentunya kemunculan Anggi, cowok jadi jadian yang lagi jadi hantu. Heran dengan kondisi teman manusianya kelesotan di lantai.

"Ngadem, ya?" lanjutnya ikutan duduk di lantai.

"Kenapa di sini, gabut ya?"

Anggi tertawa sedikit memukul manja lengan Sinta, "tau aja, aku lagi gabut. Maklum udah mager jalan jalan mulu, mampir deh."

"Emang habis jalan jalan di mana?"

"Taman lawang, mampir ke tempat temenku, sekalian gibah kita." Tuturya menjelaskan kemana kepergiannya.

"Setan juga ada temen gibahnya?"

"Jangan salah, kami ini bisa lebih keren dari manusia. Kalian butuh grup wa, kita pake insting batin. Jadi gak ada cerita kehabisa pulsa sama paketan, di manapun kita bisa ngumpul."

Sinta mengaruk kepalanya sambil berusaha bangkit dari tempatnya dia langsung merebahkan dirinya di atas kasur.

"Mukannya kusut, bukannya ini hari pertama masuk sekolah ya?" Si hantu melanjutkan pertanyaan mengekor dari belakang, dia mengambil tempat duduk di pinggiran kasur dekat Sinta.

"Tadi ada hantu di sini, aku rada sebel."

Anggi merasa paham, "pantes baunya anyir, tapi ini kek bau manusia setengahnya?"

"Ha? bau manusia. tapi dia hantu loh," sergah Sinta, "salah nyim kali. Tadi nenekku juga di sini," memang tadi ada nenek dan kakenya di sepan pintu, mungkin itu bau orang rumah.

Anggi mengelak, "bukan ih, ini kayak bau manusia mau mati." kekehnya yakin.

"Emang bau kaum kalian kayak gimana?" tanya balik Sinta.

Anggi pun menjelaskan berlahan. "Gini," katanya membuka percakapan serius, vokalnya kemayu menghilang di ganti suara berat lelaki tulen.

"Ada jenis hantu tercium dari baunya, kalau hantunya baik itu aromanya wangi kalau hantu jahat aromanya busuk, pernah cium bau sampah atau sesuatu kebakar. Begitu lah, tapi kalau hantu suka iseng sama manusia, itu mereka bangsa Jin ; pak Gun juga termasuk ya, sama bu Kun. Mereka suka ngeluarin bau bau, kayak singkok, buah kebakar. Pokoknya begitu deh." Jelasnya di awal.

"Tapi ada jenis hantu yang ngak jelas, kayak misalnya dia manusia baik cuman ada yang menyerupai wujudya jeles (saat kematiannya) sebut saja korban kecelakaan, baunya ambigu. Dia berbau darah dan rintihan. Bikin males banget, soalnya nongol nongol cuman bikin beban."

"Aku binggung?"

Anggi mencari cara menyederhanakan perkataannya, "jadi gini, biar gampangnya. Kalau ini berbentuk roh, dia akan di trening dulu. Apakah dia ini jahat atau baik, kalau dia jahat banget bakal terperangkap di alam yang bikin dia busuk bau badannya dan kalau baik dia bakal dapet aroma tubuh wangi, itu akan terjadi setelah 40 hari kematiannya. Tap--tapi harus di inget, lebih sering Jin menyerupai manusia sampai ..., sampai ada masanya si Jin ini menghilang dan tadinya Roh betulan lenyap, jadi si Jin sebeneranya cuman 'media' untuk bisa di lihat manusia dan sumber 'keinginan' berasal dariroh itu sendiri, kalau jin yang jadi 'media' gak lagi di butuhkan ole 'roh' maka JIn tadi juga akn hilang dan mewujudkan keinginan ron roh lainnya."

"Kalau ada be-bauan jangan terlalu takut, itu biasanya yang 'iseng' baunya kayah buah atau bebauan yang di dapur, bisa jadi ubi bakar."

Sinta menyela omongan Anggi, "berati kalau hantu tadi hantu jahat, atau jelmaan Jin? baunya katamu darah 'kan?"

Anggi menagnggu, "betul. Tapi baunya ini segar, kayak bau manusia. Beda sama bau anyir dari makluk jelek di luar sana, baunya amis banget. Kalau yang ini seger, apa mungkin ini orang baru mati ya?"

Anggi menoleh ke Sinta, "ngak deh." jawab Sinta.

"Emang perhitungan 'baru' di kalian itu gimana? berapa hari, bulan, tahun dari kematiannya?"

"Harusnya 40 hari, baunya masih kecium. Aku sih udah kisar 2 tahun, jadi aku fresh jadi hantu bukan lagu berbau darah, kalau kamu bisa cium bauku itu melati, kebiasaan deket mbak kun di kasih parfum melati." heboh Anggun menceritakan.

Dia mencium arima keteknya yang berbau wangi tersebut, "tapi, Gun. Katamu ---Ah, udah lah. bingung."

Pertanyaan tadi segera Sinta tarik kembali, dia berguling di atas kasur yang gak terlalu empuk itu.

"Jangan pecicilan begitu, anak prawan harus anteng." pringat Anggun, "tadi aku mampir ke rumahmu, papa-mu kangen sama mama-mu, kayaknya. Abis di lap mulu photonya, terus si kembaranmu yang sering teriak kalau nge-game. Mendadak dia mager di kamarnya, gak mau nge-game. Mellow semua,"

Sinta menyandarkan pungungnya ke dasboard kasur, "yang bener?" tanyanya menegaskan.

Anggun menagngguk, "coba aja kabari Dimas, Dimas itu. Dia jangan sering liat pilem koriyah kalau galau, otaknya jadi bodoh entar."
Mata Sinta melebar, "dia nonton film Drakor sambil nangis!"

"Iya,"

Sinta mencari ponselnya, sekali ketemu dia dengan berutal mencari kontak Dimas, abaikan dulu chat dari temannya yang menanyai kabar, aib Dimas yang lebih penting!

Dimas : Ada apa sih, Sin. udah kangen sama aku nih.

Dimas mengoda kembarannya di sana, Sinta kembali mengabaikan pertanyaan dan malah balik bertanya.

Sinta : Dim, ngaku deh, lu kangen aku 'kan.

Terdengar Dimas mengelak.

Dimas : Ye, nimpi deh lu.

Padahal Sinta yakin, kalau dia sekilas mendengar suara sesegukan kecil dari Dimas.

Sinta : Yakin gak mikiran aku, sampe nonton Drakor sambil nangis. Bisanya ngejar level yang tinggi buat game.

Sinta menyindir halus saudaranya, Anggi yang ikut menguping hanya tertawa cekikikan mendengar perdebatan itu.

"Dia nonton itu, Legend of sea." bisik Anggun.

Sinta : Nonton Legend og sea, kan. ngaku lu.

Dimas dari sebrang telepone tak terdengar suaranya sesaat.

Dimas : Sin, lu kok tau aku nonton itu drama. Hp ku kamu sadap ya! ngaku, aku bilangin papa.

Sinta tertawa mendengar kebenaran Dimas lewat Anggi, ternyata ada untungnya juga.





































































Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro