Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Apakah Bisa



Anggun, lelaki dengan rambut di kepalanya nihil. "kamu yakin mau buat begini?" katanya memecah suasana hening.

Sinta menoleh ke arah jam dinding, "aku udah kepikiran ini," di lihatnya kembali arah petunjuk jam, menunggu jam tepat dua belas malam. itu yang di tunggu SInta.

"Aku gak yakin trik ini manjur, ini biasanya di pakai sama orang yang mau nyari pesugihan."

"Aku di bohongi nih?" mata Sinta melebar, dirinya sudah menyediakan apa yang kuntilanak kemarin bilang, sudah siap kalau dia akan begadang kali ini.

Anggun mengeleng pelan, "no, no, no ..., bukan di bohongin. Cuman ngapain manggil hantu, kalau gak ada kepentingan."

Ada benarnya di katakan Anggun, hantu gemulai itu terbang berputar putar di atas Sinta, seperti pusaran angin dengan wajah senang.

"Lagian kenapa kamu mau nyari hantu, dulu kamu bilang mau kembali normal."

Sinta tersenyum tipis, "aku emang gak mau berurusan sama hantu. aneh banget rasanya orang lain gak bisa ngeliat apa yang aku liat, mungkin sekarang aku udah biasa dan aku ngerasa kamu, si kunti dan Har." dia menyebutkan hantu yang dikenalnya dan cukup dekat pernah di ajak ngobrol.

"Makannya itu aku mau kenal kalian, aku jugga gak enak sama Har,"

"O ya, kalau begitu aku ikuti keputusanmu, yang mana yang enaknya."

Anggun, tak berniat menahan atau melarang Sinta semuanya ada di keputusan perempuan muda itu, "lakukan." Anggun melihat jam dinding sudah mulai bergerak menuju jam dua belas malam tepat.

Anggun mengangguk, dia berlari kecil mematikan saklar lampu, mulai menyalakan lilin di depan cermin, ada air bening sudah dia berikan wewangian.

Hening, Sinta tak lagi merasakan kehadiran Anggun. Tapi dia merasa di awasi entah oleh apa, mungkin Anggun, hantu itu di belakangnya sekarang. 'Glup' Sinta membulatkan tekat. Bersenandung, dirinya yang gak hafak itu bersenandung lagu anak anak sebisanya. Cukup marih juga dia nyanyi balonku ada lima, siapa tau hantu yang datang adalah hantu yang imut nan lucu. Emang aneh aja pikiran Sinta kali ini.

'Tok, tok, tok.'

Sinta mengetuk kaca, pantulan wajahnya hanya di terangi oleh pencahayaan lilin, wajahnya terlihat menakutkan dari cermin dengan siluet bayangan.

"Har, Har ..., kamu di sana, ke sini dong. Aku mengundangmu, Kamu yang mati kemari ya."

***

Hartanto celingukan, di dimensinya tak bergerak satu detik pun, "kenapa ini!" dia perotes entah kepada siapa, mungkin akan ada hantu yang mampir mendengar teriakannya. Betul saja sosok gelap nan besar, itu si Genderuwo datang memprotes teriakan Hartanto.

"Kenapa sih Cil ganggu aja. Gak bisa bikin orang tenang," ketusnya menatap dengan melotot, emang begitulah pringai si hantu berbulu tersebut.

Hartanto tertawa kecil, melihat betapa besar kalau si hantu genderuwo ngamuk, dia gak suka di usili ternyata. "Kenapa ya aku ngerasa ada yang manggil namaku. Apa aku kena ganguan kejiwaan?"

"Kamu itu udah jadi hantu, masa iya hantu sakit jiwa." genderuwi berdecak, tak suka. "kayaknya kamu ada yang manggil di dunia manusia, mending kamu samperin gih."

"Caranya gimana, biar aku tau siapa yang manggil aku?" tanya Hartanto memang tak pernah mengerti.

"Pejamin matamu, fokus sama suara yang kamu denger, dah itu."

"Itu aja, beneran?" aky Hartanto, "kok gampang."

"Coba dulu sana," cetus si genderuwo.

"Okey, pak."

Hartanto mengikuti arahan si hantu berbadan besar, nyatanya dia betulan menghilang seperti asap.

"Lah, ilang beneran. Tapi buku gak ada yang di beresin, dasar eamng anak muda jaman sekarang." gandaruwo mengeleng memunguti buku yang ada di sana. menaruhnya kembali ke posisi semula tentunya mulutnya tak lepas dari rasa kesal sejak tadi.

****

Bayangan laki laki muncul, begitu mudahnya. "Loh, kamu yang manggil aku?" Hartanto terkejut tentunya, kenapa ada Sinta di sini. Matanya mengarah ke predaran ruangan ternyata kamar gadis itu yang pernah ia kunjungi.

Sinta membuka matanya sejak tadi dia pejamkan, jam sudah menunjukan jam 3 pagi saat dia menagkap sosok Hartanto di sana.

"Betulan muncul," kagum Sinta menyalakan kembali lampu kamarnya, sosok Hartanto pucat tampak duduk santai di sana.

"Betul kan, muncul. Kalau gitu aku pami pergi dulu ya," Anggun muncul dari balik punggung Sinta berpamitan berlahan.

Sinta berbalik badan menghampiri Hartanto. "aku cuman penasaran, kamu ilang mendadak. Ja...di, aku manggil kamu, sekalian uji coba apa si kunti bilang beneran,"

Har, membuka mulutnya membeo, "si kunti? kamu temanan sama setan mana lagi ini?"

"Kunti, dia temannya Anggun, hantu yang barusan pergi."

"O benar kah? aku gak menyangka. Cepet juga kamu banyak temennya, padahal di tinggal sejam."

Sinta mengerutkan dahinya, "sejam?" beo Sinta giliran. "kamu pergi hampir berbulan bulan, jadi aku mau nyariin kamu."

"Aku?" dia menunjuk dirinya sendiri. "masa aku berbulan bulan." tampiknya tak percaya, dia yakin walaupun perbedaan waktu dunia mereka tapi tak sejauh itu.

"Betul," yakin Sinta, dia menunjukan tanggalan di ujung ruangan sudah di ganti dari terakhir si hantu remaja lelaki itu datang, "Oh, aku betulan tak sadar." kejutnya biasa.

"Emang ilang kemana?"

Har, mengaruk pipinya tak yakin. "aku cari buku lama tahunan sekolah."

"Kamu di sekolah selama ini, tapi aku gak pernah liat kamu?"

Hartanto nyengir, "jelas, aku di dimensi yang kekal. Apa lagi kalau bukan dimensi halus.

"Jadi kenapa?" matanya membiak ingin penjelasan dari Sinta yang tiba tiba mencarinya lintas dimensi seperti sekarang, dia saja sampai kaget bisa nyasar ke rumah seorang perempuan muda seperti Sinta.

"Aku kehilangan kabar denganmu apalagi sebelum kamu ilang, kayaknya kamu panik gitu. Jadi aku 'kan ngerasa berssalam sama kamu." akunya tak ada di tutupi, Sinta memalingan wajahnya sekonyong konyong ngerasa malu, baru di sadari gadis muda itu kalau dia bersama pria, memang siluet non padat itu, makhluk lintas dunia.

Cuman tetap saja dia itu lelaki! catat, dia beda dengan ANggun yang lemah gemulai, Hartanto seperti layaknya pria yang bisa bikin banyak wanita jatuh cinta dengan caranya. Mungkin manusia itu ketua OSIS.

"Aku bertanya tanya asal mulaku, aku bingung aku ini siapa. Makannya aku penasaaran."

Sinta mengerti, "kalau begitu. Kita cari ya, rumahmu yang dulu. Kamu masih ingat kan?"

Hartanto mengangguk, "ingat." sahutnya mantap.

"Kalau gitu, tawarnku masih berlaku. Aku kepingin cari tau tentang kamu, kamu mau kan?"

Hartanto menganggukan kepalanya lemah, sekilas bayangan dirinya ada dua menghantui dirinya apa lagi dirinya merasa kebingungan, sejak kapan dia menjadi hantu tapi ke skip waktunya.

"Boleh, tapi aku ngasih apa ke kamu. Aku gak bisa balas budi apa lagi balas kamu, trasparan soalnya." Har, memainkan tangannya menembus Sinta.

Sinta menjerit kesal, "dingin, jangan sentuh sembarangan," pukas SInta kesal. "makannya aku ini gak bisa balas apa apa sama kamu kalau kamu minta duit aku gak bisa jadi hantu pesugihan." tukasnya tertawa miris.

"Tenang ada kok yang bisa kamu bantu buat aku," Sinta menaikan alisnya sebelah.



















































































Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro