Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. Tinggal Bersama

Perdebatan Megi dengan Rean sama sekali tak dimengerti Jung. Mereka berdebat menggunakan bahasa Indonesia. Jung melihat mata Megi yang sepertinya berair. Gadis itu seperti bersusah payah mengusir pria berwajah pas-pasan itu.

Jung mengerutkan keningnya, dia heran dengan pria yang dia dengar namanya Rean. Pria itu berusia sekitar awal dua puluhan. Kulitnya eksotis, dari penampilannya bercelana denim hitam dan jaket yang dia kenakan, pria ini sepertinya mahasiswa di Vegas.

Mereka tampak sangat akrab dengan perkelahian yang mereka lakukan dalam bahasa Indonesia. Jung mencoba mendengarkan meski dirinya tidak mengerti ucapan mereka berdua.

"Setelah aku merenung beberapa hari di sini. Aku sadar kamu cuma perlu duit aku!" ucap Megi dengan suara parau.

"Iya, tapi kan. Itu kan duit panas, katanya kamu enggak mau pakai duit panas, 'kan?" tanya Rean.

"Aku enggak peduli mau duit panas, mau duit dingin, mau duit anget. Aku sekarang bodo amat. Sebab kamu udah bikin aku kayak orang bego di sini! Kamu anggep aku sampah! Kamu biarin aku sendirian, alasan sibuk kuliah! Aku tahu, Re. Aku tahu, aku cuma gadis miskin pemain judi. Tapi aku enggak bisa seenaknya kamu remehin!" ucap Megi.

"Iya, maaf. Tapi beneran kemarin aku sibuk," jawab Rean sekenanya.

"Apa mungkin sibuk kamu dua puluh empat jam? Cuma lima belas menit kamu sisihin waktu buat aku enggak bisa?" protes Megi.

"Oke, oke aku ngaku. Aku salah! Sekarang aku mau temenin kamu. Kita jalan-jalan, shoping dan lain-lain. Tapi kamu suruh Seokjung pergi!" 

"Gak! Aku gak mau. Sekarang kamu yang pergi. Aku gak butuh kamu, aku capek!" sanggah Megi.

"Kamu gak butuh aku? Oh, karena kamu udah dapat cowok ganteng yang anunya besar kan? Juga yang duitnya banyak?" tuduh Rean.

"Jangan samain aku sama kamu ya. Ketela Pohon! Keluar!" usir Megi. 

"Shut up!" pekik Jung menghentikan pertikaian Megi dan Rean.

"What the hell?" geram Rean sambil menunjuk-nunjuk Jung.

"Istriku, bagaimana dengan dia? Apa yang dia inginkan?" tanya Jung pada Megi.

"Tidak ada," jawab Megi menggeleng.

"Kalian seperti bertengkar," ucap Jung. Lalu Jung menatap Rean. "Kau mau apa?" 

Rean berbalik menatap Jung dan menyipitkan mata. "Aku mau kau keluar dari sini!" jawab Rean berbahasa Inggris.

Jung terkaget dan melotot. Bagaimana jika Megi benar-benar mengusirnya karena Rean berhasil meyakinkannya? Mereka terlihat kenal dekat, karena tentu saja Rean sudah lama mengenalinya. Jika benar-benar Rean berhasil mengeluarkannya dari sini, dia akan menjadi gembel. Orang tidak akan percaya jika dia adalah bintang besar.

"Mengapa kau mengusirku? Aku tidak mau!" jawab Jung.

"Kau baru kenal dengannya sudah mulai merasa akrab saja!" cerca Rean.

"Aku idolanya, dia penggemar terbesarku!" protes Jung dengan wajah memerah.

"Kau tidak memberikan kontribusi apapun! Sementara aku sahabatnya! Aku mengenalnya sejak kecil!" timpal Rean dengan suara cukup keras.

"Masih bisa kamu anggap aku sahabat? Setelah kamu telantarin aku di sini?" geram Megi.

"Oh, jadi lebih penting idola dari pada sahabat, ya?" ucap Rean tajam.

"Aku enggak peduli! Gara-gara kamu aku berjudi lagi! Gara-gara kamu aku mabuk-mabukan. Sekarang kamu keluar Re!" ucap Megi menunjuk pintu keluar kamar.

"Tapi?" 

"Keluar! Atau kupanggil sekuriti!" bentak Megi dengan wajah tertunduk.

"Gi, kamu tega ngebiarin aku, Gi. Uang jajanku habis, bapakku belum ngirim duit," ucap Rean memohon.

Jung menelan saliva mendengar pertikaian dua sahabat itu kembali. Namun, pria itu melihat Megi yang makin terlihat sedih.

"Kamu tega ngebiarin aku di sini, aku juga seharusnya tega ngebiarin kamu enggak makan. Kamu keluar! Nanti kutransfer dua ratus dollar. Aku manusia yang masih berperasaan!" ucap Megi.

"Gi."

"Kurang? Sori, aku cuma mau kasih segitu. Aku kecewa sama kamu. Keluar!" ucap Megi.

Jung berdiri dari posisi duduk di tempat tidurnya. Pria itu mencoba untuk menyuruh Rean keluar kamar secara baik-baik.

"Jangan menyentuhku! Aku bisa keluar sendiri. Kali ini wajah tampanmu bisa menipu dayanya. Tapi aku tidak akan tinggal diam. Aku akan bawa dia pulang ke Indonesia," desis Rean.

"Silakan, dia tahu mana pria baik dan mana pria jahat sepertimu," jawab Jung.

Rean keluar kamar dan pintu secara langsung tertutup dengan keras. Hal itu mengejutkan Megi yang tertunduk. Jung langsung menghampiri Megi. "Kau baik-baik saja?" 

Megi mengangguk. 

Jung melihat bulir air mata Megi yang menetes di sudut matanya. Jung menatap Megi dan jempolnya mencoba mengusap air mata itu. "Kalian bertikai cukup lama. Kau pasti lelah."

Megi hanya menatap Jung sekilas. 

"Terima kasih, kau tidak mengusirku. Setidaknya aku aman bersamamu. Tidak ada orang yang mengenaliku," ucap Jung lembut.

"Jung." Tiba-tiba Megi memeluk tubuh Jung.

Jung terkejut dipeluk gadis seperti Megi. Namun, pria itu tidak membalas pelukan Megi. Dia tidak tahu mengapa gadis itu tiba-tiba memeluknya. Jung hanya bersimpati dengan menepuk-nepuk pelan punggung Megi. "Semua akan baik-baik saja."

"Jung." 

"Tunggu, ada yang aneh? Kenapa kau bisa memelukku?" ucap Jung mengerutkan kening. "Borgol?"

Megi melepas pelukannya. "Tadi petugas hotel mencoba membukanya dan berhasil," ucap Megi.

"Thanks God. Kita tidak perlu bersusah payah lagi," timpal Jung.

Megi tersenyum simpul. Lalu kembali menatap Jung. Gadis itu melebarkan matanya. Sorot matanya tampak senang setiap berhadapan dengannya. "Kita sudah terpisah sekarang, jadi rencanamu apa? Apa kau mau langsung kembali ke Korea?" 

Jung mengembuskan napas pelan. "Entahlah, aku masih ada misi yang harus kutunaikan." 

"Misi?"

Jung mengangguk. Pria itu menengadah ke atas menatap langit-langit kamar hotel. "Masih kah kau ingat ceritaku kemarin kalau aku sengaja ke sini mencari nenekku?"

Megi mengangguk sambil menatap mata Jung. "Itu artinya, kau tidak di sini lagi bersamaku?"

Jung mengembuskan napas pelan lalu menggigit bibirnya. Sebenarnya pria itu tidak tahu caranya berterus terang kalau dia di sini sebatangkara tanpa uang sepeser pun. Megi pasti gadis yang menganggap Jung memiliki popularitas dan segala-galanya, rasanya tidak mungkin kalau sepeser pun uang tidak dia punya. 

"Jung?" panggil Megi lembut.

Jung menanggapi panggilan Megi dengan senyuman dan mata yang menyipit. Lalu sejenak pria itu menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Pria itu memikirkan cara bagaimana menyampaikan pada Megi kalau dirinya menginginkan tinggal gratis dan makan gratis menjelang menemukan alamat neneknya. 

"Iya?"

"Selama kamu di Vegas, sebenarnya kamu tinggal di mana? Apa di hotel ini juga?" tanya Megi.

"Aku, aku." Jung tergagap mendengar pertanyaan Megi. Dia merasa salah besar dan ceroboh. Seharusnya saat di Jepang kemarin dia memesan hotel melalui aplikasi pemesanan hotel. Setidaknya dia bisa bertahan di hotel saat segala-galanya hilang. Dia terlalu terburu-buru, dengan ide menyewa hotel saat sampai Vegas saja.

"Kenapa?"

"Apa Rean akan menginap di sini?" tanya Jung kembali.

"Tidak, dia tinggal di asrama kampus," jawab Megi.

"Bolehkah aku tinggal bersamamu?" tanya Jung.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro