14. Morning Disaster
Di pagi yang indah, Jung perlahan membuka matanya. Mata monolit indah miliknya, mata yang menjadi organ dambaan jutaan wanita di dunia. Samar-samar, mata indahnya itu silau oleh cahaya terang benderang Vegas. Pria itu pun mengerutkan keningnya dan membuka matanya sempurna hingga pandangannya tergambar sempurna.
Kembali pria tampan itu mengerutkan keningnya sembari melihat langit-langit kamar hotel yang terkesan mewah. Langit-langit yang berwarna dominan putih dengan ukiran khas Eropa. Jung pun akhirnya memelotot, dia teringat terakhir berada di Casino Royale, tempat bermain judi. Lantas mengapa dia berada di hotel?
"What the hell!" ucapnya panik seraya mendudukkan tubuhnya.
Jung masih terkaget-kaget saat mengetahui dirinya sudah berada di kamar hotel. Ia langsung mendudukkan tubuhnya dan melihat sekitar pandangannya. Mendadak dia berada di kamar mewah layaknya kamar bangsawan Eropa. Kursi, meja, karpet, lantai, cermin, semuanya bergaya Eropa. Dia seperti masuk ke sebuah mantion abad tujuh belas.
Setelah mengamati sekitar, dia mengamati dirinya. Lebih terkejut lagi, dia sudah tanpa busana. Jung menarik selimutnya. "Oh, no!" pekiknya.
Rupanya pekikan Jung membuat gudukan selimut di sebelahnya mendadak bergerak-gerak. Hal itu membuat Jung kembali melotot dan menganga. Dia benar-benar terkejut dengan gudukan selimut yang bergerak-gerak.
"Hah!" pekiknya amat ketakukan.
"Emmmhhh," terdengar suara erangan wanita di dalam gudukan selimut.
"Hah!" Jung makin memelotot seiring gudukan selimut itu makin meninggi.
"Mmmhh!" ucap seorang yang wajahnya tertutup selimut.
"Aarrhh!! Gwisin!" pekik Jung.
"Aarrghhh! Setan!" pekik seorang gadis yang matanya melotot setelah melihat Jung,
"Gwisin!" Jung masih berteriak.
Sekarang keduanya saling melotot dan ketakukan. Wajah mereka berhadapan, tentu saja setelahnya mulut mereka berteriak ketakutan.
"Setan!"
"Gwisin!"
"Arrgghh!" pekik mereka serempak.
Meski berteriak si gadis sepertinya menyadari dan mengenal Jung. Mata takutnya berubah menjadi heran. Seketika gadis itu, menghentikan teriakannya dan menatap Jung makin heran. Dia seperti sangat mengenali Jung. Dia adalah gadis casino semalam, yang mabuk bersama Jung. Dia adalah Megi.
"Aaarrgh! You Jung!" ucapnya tak percaya.
"Hah? No, no, no!" tolak Jung.
"Kau, Jung. Tidak salah lagi kau Jung!" desaknya.
Gadis itu berkata-kata dengan bahasa Inggris lancar. Jung justru merasa sial bertemu dengan gadis yang sepertinya sangat menyebalkan. Jung yakin gadis ini tergila-gila dengan Armor Boys, atau mungkin sangat tergila-gila dengan dirinya. Mimpi buruk apa lagi ini? Jung menarik selimut dengan tangan kanannya dan seraya jung menutup wajahnya dengan selimut.
Begitu Jung menutup wajah. Gadis itu justru menarik selimut yang menutupi wajah Jung. "Kau Jung, aku tahu kau Jung!" desaknya lagi.
"Bukan, aku bukan Jung!" protes Jung.
"Kau Jung!"
"Bukan!"
"Iya, kau Jung!"
Gadis itu pun sadar dengan tubuhnya yang terbalut selimut tanpa pakaian. Lalu gadis itu menarik selimutnya dan menutup tubuhnya dengan erat. Wajahnya terlihat panik dan malu karena bahunya telanjur terlihat oleh Jung,
"Heh, Jung! Nikahi aku sekarang!" tuntutnya.
"Hah, apa-apan ini? Tidak aku tidak mau!"
"Kau harus menikahi aku! Kau pasti semalam sudah macam-macam denganku! Pokoknya, aku mau kau nikahi aku! Aku sangat ingin jadi istri anggota Armor Boys!" omel Megi.
"Heh, enak saja kau ini. Kau kira gampang menikah denganku!" cemoh Jung.
"Kau harus tanggung jawab karena aku sangat ingin menjadi istrimu. Bertahun-tahun aku mendambamu. Sekarang kau harus tanggung jawab!" ucap Megi seraya menatap Jung dengan tatapan sinis.
"Heh, liliput! Jangan sembarangan! Semalam aku mabuk. Kau juga, kan? Menikah apanya? Jangan ambil kesempatan!" protes Jung.
"Aku tidak mau tahu! Aku akan berfoto dengan keadaan seperti ini dan membagikan ke situs pergunjingan Korea atau situs pergunjingan Indonesia. *
Jung menoleh ke jendela dan mencoba mengatubkan bibirnya dan mengepalkan tangannya. "Silakan! Pasti orang tidak percaya denganmu! Kau hanya akan dianggap sasaeng fans!" ucapnya tegas.
Bukannya marah, Megi justru berusaha menahan tawa. Gadis Indonesia itu bersusah payah untuk menahan dirinya agar tidak tertawa puas, jungkir balik, atau menyerang Jung dengan ciuman panas.
Akhirnya Megi mengerutkan kening, dia mencoba mengingat-ingat yang dia lakukan dengan pria paling tampan di dunia itu. Jika benar-benar mereka melakukannya, Megi merasa beruntung siapa tau ada benih Jung di rahimnya. Meski, nantinya Jung hanya memberikan kompensasi saja dan tidak akan pernah menikahinya.
Tentu saja Jung tidak mau bertanggungjawab. Tentu saja Jung lebih baik mati daripada menikahi gadis pemenang casino dari pedalaman Indonesia seperti dirinya. Jangankan Jung yang paling tampan di dunia, Rean saja yang berwajah pas-pasan bisa-bisanya hanya menganggapnya sahabat. Apalagi Jung, pasti hanya menganggapnya pembantu, tukang angkat koper, atau tukang penjaga kebersihan WC.
"Apa yang kau lihat, hah? Tidak pernah lihat lelaki ganteng, ya?" protes Jung saat Megi melamun menatapnya.
Iya sih, nggak pernah. Kamu ganteng banget masa! Jauh banget dibanding Rean yang mukanya pas-pasan. Ya Allah, udah pas-pasan, sok jual mahal, milih-milih pula.
"Kau terlalu percaya diri. Bukankah B juga sama tampannya dengan dirimu?" semprot Megi meremehkan. "Setauku lebih banyak penggemar B daripada dirimu!"
"Sial! Semua orang selalu memuji B. Termasuk gadis berwajah pembantu ini!" rutuk Jung.
"Eh, apa! Kau bilang wajahku pembantu? Eh kau tahu apa? Kau hanya tahu kimchi! Suaramu juga tidak terlalu bagus. Kau hanya backing vocal. Kau tak bisa nyanyi, kau juga tak bisa rap. Aku menyukaimu karena kau tampan, dan kelihatan baik. Ternyata aku salah!" cecar Megi.
Plek!
Jung melempar kepala Megi dengan bantal. "Kau jangan sembarangan. Aku bisa nyanyi, kau tunggu saja album single terbaruku. Aku yakin kamu akan mendengar laguku sampai jungkir balik!"
"Hem, terserah. Silakan buktikan!" tantang Megi.
Jung tak merespon, pria itu menarik kedua sudut bibirnya seperti merasa bosan dengan pertengkarannya. "Aku mau mandi dulu, awas kalau kau mengintip .... Apa?!" kaget Jung setelah menarik tagannya. Tangan kirinya terborgol dengan tangan kanan Megi.
Jung menarik tangannya yang diikuti tangan kiri Megi yang terborgol. "Kelakuan gila siapa ini?" protesnya.
Megi hanya tersenyum smirk. Dia, tentunsaja dia sangat senang jika harus ke mana-mana dengan Jung.
"Aaaarggggghhh! Ini tidak benar! Kenapa aku sesial ini!" keluh Jung.
"Ha ha ha ha!"
"Pasti kau pelakunya? Mana kuncinya? Mana kuncinya?" paksa Jung sambil menggoyangkan bahu Megi.
"Di saku celana denimku. Kau periksa saja di pahaku," titah Megi dengan gaya santai.
Tanpa mikir panjang jung membuka selimut yang menutupi tubuh Megi. Jung terkejut dan kembali menutupi Megi dengan selimut. "Hiya!!! Selain kau tidak pakai baju kau juga tidak pakai celana! Mataku ternoda! Kau gadis gila!"
"Apa yang kau lakukan semalam? Kau harus tanggung jawab. Apalagi ..."
"Apalagi apa?"
"Apalagi jika ada benihmu di rahimku!"
"Tidak, tidak mungkin!" Jung menggeleng dan membuka selimut. Kejutan, ternyata dia sama halnya dengan Megi tak berbusana. "Ampun Tuhan!"
Jung menangis mengacak-acak rambutnya. Mereka memang tak berbusana. Hanya ujung lengan kemeja megi dan kemejanya yang tersangkut di pergelangan tangan yg terborgol.
"Pakai kemejamu, aku akan tutup mataku. Ini, ucap Jung seraya menyodorkan bra milik Megi yang dia dapatkan di area tempatnya berbaring. Pria itu menyodorkkan bra Megi karena sejak tadi gadis itu mencari-carinya.
Megi mengambil Bra itu dan memunggungi Jung. Dengan cekatan gadis itu memasang bra miliknya. Namun, tiba-tiba Megi diam saja.
"Kenapa kau diam saja? Cepat!" gerutu Jung sambil pura-pura menutup matanya.
"Jung, tolong pasangkan pengait bra yang kunekanan ini. Aku kesulitan memasang pengaitnya," perintah Megi.
"Brengsek!" umpat Jung.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro