13. Kembali ke Meja Judi
Jung melangkah ragu-ragu setelah dua jam berpikir panjang. Ia segera memasuki The Casino Royale, tempat sekumpulan orang-orang mencari peruntungan dan keberuntungan tanpa usaha. Bangunan bergaya Yunani itu, memuat segala hal perjudian, seperti jackpot, poker, domino, grit, dan lainnya.
Jung memakai kacamata hitam yang ia beli di pedagang kaki lima dekat penginapannya. Ia tak memakai masker, ia yakin pengunjung The Casino Royale lebih sibuk memikirkan dirinya sendiri daripada mengurusi bintang K-Pop sial yang tersasar seperti dirinya.
Jung berjalan memilih mesin jackpot untuk mempertaruhkan keberuntunganya. Harapannya, ia beruntung setelah ditimpa sial bertubu-tubi semenjak ia menginjakkan kaki di Vegas.
Dua kali ia mendapatkan keberuntungan kecil dengan 50 USD. Kini ia sudah punya modal untuk bermain poker. Ia melangkah untuk mencari meja kosong dan kembali mengadu nasibnya.
Mata Jung tertuju pada Gadis Asia Tenggara yang menghuni meja nomor enam. Gadis Indonesia itu dan wanita paruh baya di meja sembilan adalah dua orang wanita peserta poker. Selebihnya adalah pria dan umumnya kondisi mereka memprihatinkan, hampir sama seperti dirinya yang tak jauh beda dengan gelandangan.
Jung mencoba berdiri di kerumuman meja gadis yang ia perkirakan berasal dari Indonesia itu. Ia melihat permainan gadis itu sangat lincah. Bahkan melihat kocokan dadunya yang tak jauh berbeda dengan kocokan milkshake, Jung langsung terpukau.
"Apa gadis ini penjual milshake di negaranya?" desis Jung.
Masih dengan kocokan dadu, gadis itu memonopoli giliran karena sering mengeluarkan angka dua belas. Tak disangka setelah beberapa jam sejak bermain tadi, lawan mainnya banyak yang mundur karena kalah. Kini, Jung dan 6 lelaki lainnya duduk menggantikan orang-orang yang kalah dan memulai sesi baru.
Gadis Indonesia itu menyeruput minuman beralkohol. Ia tampak berbeda. Jika biasanya Jung melihat gadis Indonesia di tempat wisata, kini ia melihat gadis Indonesia di meja judi dengan lihay. Keseriusannya dalam bermain poker sepertinya sanggup mengabaikan ketampanan Jung.
Jung mengenakan Kemeja putih yang lengannya dia gulung sampai siku hingga menampilkan otot-otot kekarnya. Predikat paling tampan di dunia tahun ini bahkan tidak membuat gadis itu berpaling darinya. Namun Jung tetap tenang, ia berniat akan memperdaya gadis itu, memanfaatkannya agar dia tidak menjadi lelaki terlantar di Vegas.
Dua jam berlalu. Tidak tanggung-tanggung, peserta poker tinggal dirinya dan gadis itu. Jung ternyata akhirnya kalah, dan sudah tak terhitung berapa gelas wisky yang ia habiskan. Akhirnya kepalanya pusing. Ia pasrah jika memang nasibnya menjadi gelandangan dan di deportase ke Korea dan ia siap menerima resiko jika banyak orang yang mengetahui nasib sialnya.
"Hei, Handsome. Uangmu habis, bukan? Jika sekali lagi kau kalah, kau harus buka kemejamu. Jika kau kalah lagi, kau harus jadi pacarku. Jika kau kalah lagi, kau harus jadi suamiku! Kau tau tidak, aku orang kaya di Indonesia!" ucap gadis itu meracau.
"Kau terlalu banyak minum, Nona," ucap salah satu bartender.
"Diam, hus! Aku tak bicara dengan kau. Aku bicara dengan calon suamiku. Kang Seok Jung! Itu benar dirimu kan?"
"Kau jangan berkhayal! Aku bukan Kang Seok Jung. Aku bahkan lebih tampan dari dirinya," protes Jung.
"What the .... Kau tak usah berpura-pura. Aku tahu, aku ini sudah lama menyukaimu. Aku yakin, Tuhan menjodohkan diriku dengan pria tampan seperti dirimu," ia kembali meracau.
"Jangan bermimpi gadis aneh!" sinis Jung dengan mabuk.
Jung melanjutkan kocokan dadunya dengan kepala yang sangat berat. Kembali ia kalah, nampaknya kesialan menimpa dirinya sejak menginjakkan kakinya ke Las Vegas. Pasrah, akhirnya lelaki itu membuka kemeja bajunya. Dada bidangnya ia perlihatkan pada semua orang di tempat perjudian ini.
"Waw, crazy man!" seru peserta lainnya diiringi tepukan.
Jung makin mabuk dan makin gila. Setelah ia membuka kemeja karena kalah, kini ia duduk di sebelah gadis Indonesia penjudi itu. Ia menang lagi, lagi dan lagi, mau tak mau Jung harus menjadi pacarnya.
"Sial sekali diriku ini," umpatnya dengan tersenyum.
"Honey, tolong buka kacamatamu. Aku yakin kau Jung!"
Jung hanya tertawa. Ia tak menanggapi ocehan "pacar barunya" ia hanya duduk sambil memainkan koin poker. Dia sudah kalah, dan mabuk juga. Ia tak sadar atas apa yang ia lakukan, dan ia sepertinya tidak peduli jika paparazi menemukan dirinya di sini, bersama wanita pula.
"Ah," desis Jung meremehkan keadaan.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro