Week 1; what ifs
Day 1; Melody

Terkadang, kata yang sederhana pun bisa sangat berarti bagi seseorang.

༆

Dirinya bernyanyi dalam hening, suaranya bergema diseluruh ruangan yang kosong bagai ruang hampa selama berjam-jam lamanya tanpa henti, membuatnya dapat mendengar suara bisingnya sendiri terus menerus─walau terkadang menjadi senyap karena kehilangan nada.

Semakin lama tenggorokannya mulai merasakan rasa nyeri yang perih, namun anehnya tak ia hentikan juga nyanyiannya tersebut.

Seperti yang kita semua tahu, segala hal tidak akan selalu sama, mirip seperti melodinya yang kini kian memburuk, tidak lagi indah.

Tidak lagi.. dan tidak akan pernah.

Melodi yang buruk hanya akan membuat orang lain pergi, namun seharusnya mereka memberikan kesempatan bagi sang penyair untuk memperbaiki syair-nya, bukan? Karena ayolah, itu hanya sebatas melodi yang buruk.

Lantas, bagaimana jika seseorang melakukan kesalahan dalam hidupnya sendiri? Tidak pantas kah seseorang itu mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya? Haruskah setiap dari mereka selalu berkomitmen atas hidupnya sendiri? Mengapa?

Tidak tahu, dirinya tidak tahu mengapa. Tidak tahu mengapa setiap orang selalu menghakimi hidupnya yang bahkan hanya dirinya sendiri yang menjalani. Tapi ah, biarlah.

Kali ini tidak seperti biasanya, rasa sesak di dada 'tak kunjung hilang walau ia bernyanyi, walau ia menumpahkan segala keluh kesahnya dalam alunan melodi yang tenang dalam gelap, sampai seseorang membuka pintu, membuat cahaya langsung menyoroti dirinya yang sedang terpuruk.

"Hei kau yang disana, apa sedari tadi kau yang bernyanyi?" Tanya seseorang itu tiba-tiba. "Itu, indah," lanjutnya.

Ah.. Udara saat ini begitu dingin, namun hangat dalam waktu yang bersamaan.

Gadis yang bernyanyi itu mengatup bibirnya rapat-rapat, setelah mendengar ucapan tidak jelas yang terlampau biasa saja dari orang barusan. Lalu entah kenapa, baru saat ini si gadis merasa tenggorokannya tidak baik-baik saja. Walau begitu, segala rasa sesaknya hilang begitu saja.