Chapter 14 - Beautiful Nightmare
20 Oktober 2021
"Ini hasil diskusinya, Ketua." Ponsel milik Uwel menyala, memperlihatkan beberapa agenda di kalender. Sedang pemilik ponsel tengah menerima flashdisk dari Venchy. Sambil memasangkan benda kecil ke laptopnya, benak Uwel tak lepas dari ucapan sang lawan.
"Cepat sedikit."
"Aku tak mau lama-lama di sini, jadi cepatlah."
Uwel tahu, semua pengurus OSIS telah berkumpul untuk mengetahui keputusan pasal diskusi. Namun, suara mereka seakan ditelan bumi. Ibarat film, pandangan Uwel yang semula menggambarkan ruangan sesak berubah menjadi jalanan dengan tong berisi bakaran sampah sebagai penerang jalan.
"Bagaimana?" Manik hitam Uwel menciut sedikit, kemudian mengerling. Sosok laki-laki bermata bulat menepuk pundaknya dengan cepat. "Ini kesempatan terbaikmu untuk mencari tau tentang Chia."
Dalam hati ia mengambil kesempatan untuk bertarung kecepatan motor dengan penantang tak dikenal. Namun pikiran Uwel menolak dengan alasan banyak kegiatan di sekolah yang masuk ke daftar prioritas. Penantang itu mengirim pesan saat bercengkerama dengan Venchy perihal foto yang terpajang di rak samping pintu kamar mandi.
Alam bawah sadar Uwel berubah pada posisinya yang berdiri mengamati foto tersebut.
"Maaf, aku ketiduran." Tubuh Uwel serasa disengat listrik, refleks meletakkan bingkai tersebut ke tempat semula. Dirinya hendak balik menuju meja kopi, tapi Venchy baru bangkit berjinjit meregangkan badan. Lengan dia sedikit kekar. Uwel kesampingkan hal tersebut. Muka Venchy nampak familier bila kacamatanya melorot, lebih-lebih lagi manik hitam dia ketika memandang sesuatu termasuk Uwel.
"Kamu lihatin foto itu, ya?" Lagi-lagi sensasi kejut mirip sengatan listrik berdesir di tubuh Uwel. Matanya bergerak sembarang arah, lain mulut yang buka-tutup bak ikan kehabisan air. "Gak---maksudku iya!" jawab Uwel terkekeh sumbang. "Badanku pegal karena duduk berjam-jam, jadi aku kelilingi kamarmu dan aku tertarik dengan foto yang satu ini."
Venchy mengikuti apa yang Uwel tunjuk, kemudian mengangguk paham sambil ber-oh ria. "Itu foto masa kecilku. Sampai sekarang aku masih ingat dia menangis gak mau aku pindah sekolah."
Venchy tergelak kecil, tapi Uwel tak demikian. Ia malah mengernyit bingung. Cerita dia mirip dengan masa kecilnya. Tiba-tiba melotot, Uwel mengulum senyum lembut sambil berkata, "Kuat juga ternyata."
"Hah?" tanya Venchy meredakan tawanya. "Apa? Kau bilang apa tadi?"
Lelaki berambut ikal itu tertegun, lalu mendengkus geli. "Kamu pasti gak tau nama orang di foto itu, kan?"
Entah kenapa dia memandang Uwel begitu lama tanpa segaris senyum. "Apa itu kamu?"
Uwel mengerling pertanda pura-pura tak tahu. "Apanya?"
"Orang yang di foto itu loh," jawab Venchy menunjuk bingkai potret yang tergeletak santai di rak. "Itu kamu, kan?"
Uwel nyaris saja tertawa. Sejenak bibirnya mengulum meninggalkan gembung di pipi. "Kok tau sih?" Alisnya terangkat sebagai bentuk reaksi yang telah ia pendam.
"Ih, jangan bercanda!" Venchy merengek tak karuan serta memukul badan Uwel, berujung tenggelam dalam dekapan sang pemuda. Venchy mengeratkan pelukan, berkata tanpa harus mendongak cari udara, "Maaf soal luka di jidat kamu."
"Apaan sih kamu, Ven." Uwel terkekeh menyambar rambut Venchy lewat usapan lembut. "Aku justru bersyukur, meski rada kesal gara-gara bekas lukanya gak hilang."
"Tuh kan!" Pecahlah tawa Uwel. Mata terpejam ikut ceria, tapi mendadak hilang semenjak ia memandang jalanan yang terang pada bagian depan motor.
Spidometer menunjukkan kecepatan motor yang tak wajar untuk berkendara di jalanan. Di kejauhan tampak secercah cahaya oranye makin mendekatinya.
Ia melirik ke belakang. Terlihat seperti berada di angkasa, di mana dua titik putih melayang-layang di kegelapan. Masih jauh, tetapi Uwel penuh percaya diri dapat memenangkan balapan yang ditantang oleh lawan. Dia datang dengan santai meski kalah, menjemput sang pemenang yang siap menerima taruhannya: keberadaan Chia. Sebelum bersiap pergi ke lokasi, ia mendapat sebuah pesan dari nomor tak dikenal, yang mengaku tahu soal Chia.
Dan di detik ini, Uwel membeliak melihat sosok yang menantangnya. Seorang gadis bersurai cokelat diikat ekor kuda berlenggok-lenggok menenteng helm.
"Rupanya kau," kata Uwel menyipit dingin. "Kau tau soal Chia?"
"Iya." Suaranya lembut nan mendesah, sempat bergejolak hasrat Uwel. "Sebab itulah aku datang mengajakmu balapan."
"Jadi?" Uwel melipat tangan di dada. "Apa kau tau di mana Chia sekarang?"
"Kau janji takkan terkejut?" Sorot mata dia begitu pekat gelapnya kala bercakap demikian.
"Cepat katakan!" Ia menggertak mengeluarkan tatapan bengis di balik kaca helm. Namun, gadis itu malah tertawa gumam. Makin tak mengerti dengan isi otak dan hatinya.
"Sebenarnya Chia itu Venchy, Riqquel." Mendadak bibir berpoleskan liptint telah hilang senyum. "Kamu gak usah cari dia ke mana-mana, karena dia selalu bersamamu, menyamar jadi cewek culun."
Tubuh Uwel memanas dalam sekejap. Pikirnya, mana mungkin Venchy bertindak demikian? Kalau memang dia menyamar, harusnya dia menghindar terus dari Uwel. Harusnya Venchy menolak tawaran Uwel untuk menjadi pengurus OSIS. Gigi menggeretak, seperti hendak hancur berkeping-keping.
"Bagaimana kamu bisa bilang kalau Chia itu Venchy?" tanya Uwel bernada rendah. "Kamu jangan seenaknya nuduh teman masa kecilku!"
Tawa dia makin menggelegar. "Teman masa kecil toh? Tapi ada baiknya kamu pikirin soal ucapan temanmu itu." Napasnya terengah-engah akibat banyak ketawa. "Dia datang padaku, bicarakan soal cewek yang kamu incar itu. Bahkan rela meluangkan banyak waktu untuk menganalisa keberadaan Chia. Kau tak kasihan apa?"
Mungkin ucapan dia ada benarnya. Pikiran Uwel tenggelam dalam puluhan bingkai adegan. Suara membahana datang secara beruntun memenuhi isi telinga. Semuanya menyebut nama cewek 'pengganggu'.
Chia.
Chia.
Chia.
Hanya itu yang terdengar. Ia tutup telinga pun namanya bergentayangan di benak. Mata terpejam kuat, berharap bunyi keramat itu hilang selamanya. Namun, samar-samar indera pendengaran Uwel menangkap seuntai kalimat berbeda.
"Uwel...."
Atau mungkin hanya ilusi belaka yang Uwel harapkan sejak lama. Ia memilih mengabaikan bunyi itu.
"Kamu gak apa-apa, Uwel?"
Nampaknya dugaan Uwel salah. Sungguh kalimat yang berbeda, hanya sedikit menggema. Pintu penghalang bunyi mulai terbuka. Mata terbuka pelan dengan fokus pandang memburam. Setelah makin jelas, barulah Uwel tahu kalau Venchy menatap cemas, sedang tangan berbalut plester di beberapa jari terulur meraba wajah Uwel.
"Apa kau sakit?" tanya Venchy menjauhkan diri. "Kami akan batalkan diskusi final jika kamu sakit----"
"Aku gak apa-apa, Ven," sela Uwel menunduk sembari menggeleng. Sekilas ia meringis pelan. "Aku masih kuat melaksanakan diskusi final. Aku baca dulu laporannya."
Venchy kembali ke tempat duduk, menghabiskan waktu menunggu keputusan ketua OSIS dengan mengobrol bersama Mira. Dari yang Uwel dengar ketika membaca laporan hasil diskusi selama seminggu, dua puan itu asyik membahas harga baju unisex dari kontak kenalan Mira.
Dasar cewek. Sesekali Uwel menyipit iri pada mereka sebagai menguat curahan hatinya. Membutuhkan waktu cukup lama sampai bel masuk, Uwel menutup laptopnya yang di-shutdown. Semua pengurus OSIS yang hadir mulai hening, fokus pada rapat hari ini.
"Setelah aku baca laporan diskusi kita selama seminggu, maka besok kita langsung persiapan mendekor sekolah, hanya membeli properti dan hiasan untuk dirancang pada hari ketiga sebelum acara bulan bahasa. Aku beri waktu tiga hari, mengingat kita juga ada agenda upacara penyerahan masa bakti OSIS jadi setelah persiapan dekorasi sekolah selesai, kita langsung laksanakan latihan upacara."
Mira mengangkat tangan dengan antusias. "Jam berapa kita beli barang-barang tersebut?"
"Sepulang sekolah," jawab Uwel menunduk memijit tengkuk. Sorak-sorai mengisi keheningan di ruang OSIS, memperparah rasa sakit di kepala. Manik hitam Uwel menggelap saja, mengamati pergerakan Venchy yang memeluk Mira seraya tersenyum lebar.
Apakah aku harus curigai dia? []
Waah, hati Uwel dilanda galau nih. Ayo tim Venchy, bantuin Uwel supaya gak percayai omongan orang soal Chia yang menyamar jadi Venchy.
Majalengka, 1 Maret 2021
Revina_174
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro