Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 9

Repub tanpa edit 15/11/20

Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)


🌟


Lara meneguk cairan berwarna hitam pekat itu. Rasa pahit menjalar di indra perasanya. Rasa yang sudah akrab berada di indra pencecapnya ini selama beberapa tahun belakangan. Dulu dia bahkan tidak bisa meminum cairan hitam pekat itu. Iya, Dulu. Sekarang dia bisa menikmati rasa pahit itu, biasanya dia akan menikmatinya sambil membaca buku yang dia pinjam di perpustakaan pada sore hari di hari pekan. Sekarang dia terpaksa meminum itu di hari kerja bahkan duduk di depan lelaki kedua yang dia hindari.

Bahkan lagu favoritnya, Payung Teduh - Akad, tidak mampu membuat perasaannya lebih baik. Lelaki itu tidak mengatakan apapun setelah mengatakan nama Mahesa selain mengajak bertemu selepas jam pulang kerja di salah satu café di dekat perkantoran tersebut. Tidak ada nada ancaman ataupun desakan tetapi tatapan mata dan caranya mengucapkan nama Mahesa sudah lebih dari cukup untuk membuatnya merasa terancam. Lara bahkan harus berbohong pada Mahesa mengenai pekerjaannya yang ada tambahan sehingga dia akan pulang terlambat.

Lelaki itu sudah melepas jasnya, kini kemejanya sudah di lipat hingga ke siku hingga menampilkan lengannya. Rambutnya juga sudah tidak serapi ketika berada di kantin tadi, tetapi caranya menyesap kopinya dengan perlahan membuat Lara kesal sengetah mati. Bagaimana bisa ada lelaki minum kopi bisa terlihat  manly seperti itu hingga dia tidak bisa melepaskan pandangan darinya? 

Lara menggelengkan kepalanya kemudian berdeham untuk mengambil perhatian Dave dan sepertinya berhasil karena tatapan lelaki itu sekarang sudah mengunci netranya sambil tersenyum.

"Jadi ada apa?"

"Tidak ada, aku hanya mau berkenalan."

"Sepertinya tidak perlu, kamu sudah melakukan background check kurasa dilihat bagaimana kamu tahu mengenai Mahesa."

Lelaki itu tertawa "Sepertinya kamu tidak suka basa basi ya? Sudah ku katakan aku hanya mau berkenalan denganmu, dengan Mahesa juga kalau kamu mengizinkan."

"Untuk apa?"

"Aku perlu mengenal satu-satunya keponakanku bukan?"

"Dia tidak ada hubungannya denganmu."

"Ya, Memang. Tapi dengan Saka dan berhubung aku sepupunya Saka maka aku adalah Oomnya Mahesa."

"Dia tidak ada hubungannya dengan siapapun di keluargamu." Lara tidak bisa mengontrol nada bicaranya lagi, suaranya di kencangkan seakan memberikan penekanan di akhir kalimatnya.

"Wow slow down, babe. Tidak perlu menaikkan nada bicaramu padaku." Lelaki itu tersenyum sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku justru mau membantumu. Kamu sudah menerima uang dari Saka kan? Berarti kamu sudah setuju untuk tidak berada di dekatnya."

"Ka-kamu tahu dari mana?"

Dave terkekeh sebelum menjawab pertanyaan Lara.

"Katakan saja aku mendapatkan informasinya dari seseorang. Lalu, apa yang mau kamu lakukan sekarang?"

"Aku rasa itu bukan urusanmu. Aku hanya perlu menjauh sejauh-jauhnya dari kehidupan keluarga kalian kan? Saka akan mendapatkannya."

"Ya Tuhan kamu penurut sekali!" Dave kini tertawa kencang. "Apa kamu tahu jika kamu bisa mendapatkan lebih dari nilai cek itu? Saka memimpin perusahaan kakekku di Indonesia sekarang ini, dia seharusnya memberikan anaknya lebih dari lima ratus juta. Pelit sekali sepupuku itu." Kini lelaki itu menggerutu mengenai Saka padahal tadi dia tertawa kencang bahkan sikap tenangnya sudah hilang.

"Tidak, ini sudah lebih dari cukup. Aku bisa menghidupi anakku."

"Bisa menghidupi tapi tetap diambil uangnya." Kini lelaki itu mencibir Lara yang membuatnya ingin melempar muka itu dengan gelas kopi.

"Itu bukan urusanmu."

"Apapun itu, aku berniat membantumu untuk menjauh dari Saka. Kalau kau butuh pekerjaan mungkin kamu mau pindah ke kantorku? Aku bisa mencarikan pekerjaan yang cocok denganmu."

"Aku lulusan SMA, mungkin orangmu tidak menginformasikan hal itu."

"Ya, tapi nilaimu sangat bagus dan bahasa inggrismu juga baik. Lagi pula untuk office girl membuka deposito seperti kamu cukup rajin membaca."

Lara memberikan tatapan sinis terbaiknya "Tidak, terima kasih. Saya sudah punya rencana."

Dave hanya tersenyum. "Apa Mahesa menjemputmu?"

"Tidak."

"Baiklah, aku antarkan pulang."

"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri."

"Ayolah masa perlu ku ingatkan kalau kamu tidak dalam posisi menawar lagi?"

Lara berdiri dan menghentakkan kakinya karena kesal. Kebiasaannya sejak dulu yang entah kenapa baru muncul hari ini lagi. Mungkin karena dia harus bisa bersikap dewasa di depan anaknya. Lara lalu berjalan menuju pintu keluar café tersebut. Dave masih melihat Lara sambil tertawa kecil karena menurutnya reaksi kekalahan Lara hal yang lucu terlebih umurnya sekarang sudah kepala tiga.

Sepanjang jalan Lara tidak mengatakan apapun. Lara hanya diam sambil memikirkan bagaimana bisa keluar dari benang kusut ini hingga dia tidak sadar bahwa dia sudah sampai dikontrakannya.

"Bagaimana kamu tahu rumahku?" Lalu Lara tersadar sambil memutar bola matanya. "Lupakan pertanyaanku."

Dave tersenyum geli melihat tingkah Lara yang berbeda dari perkiraannya. Dave mengira bahwa Lara akan bertingkah dewasa dan menjaga imagenya seperti perempuan kebanyakan tetapi perempuan ini bahkan tidak repot-repot menyembunyikan emosinya. Dave kemudian melihat kondisi kontrakan Lara. Seorang anak lelaki duduk di teras kecil di depan kontrakkan itu.

"Aku boleh ketemu Mehesa sekarang, Ra?"

❤️❤️❤️

Dede Eca mau ketemu oom!

Minta duit yg banyak ya ca!

Oiya ada yang sadar ga ya aku ceritain salah satu keluarga yg lg on process ceritanya di bab sebelumnya?

Kalau udah sadar, udah baca ceritanya belom? Hihihi

Bab ini ku update sbelum 300 karena ku greget!

Next part ⭐ 350 yhaaa, kan tiap bab barus ada ekbaikan biar makin lancar nulisnya wkeke
Komen kalian juga menarik bgt buat di baca, terima kasih yang sudah baca dan vomment ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro