Part 6
Repub tanpa edit 15/11/20
Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟
Pemandangan tadi pagi yang di lihatnya terus membayang di pikiran lelaki itu. Bagaimana kedua orang itu tertawa, berpelukan lalu bocah tengil itu mencium pipi Ibunya dan berjalan menjauh. Wanita itu melambai dengan senyum lebar. Rambutnya yang belum di cepol menyentuh pundaknya.
Terakhir kali Saka melihat perempuan itu, rambutnya menyentuh pinggangnya. Dia masih ingat surai itu terasa lembut ketika jemari lelaki itu mengelusnya ketika mereka bermain di atas ranjang apartemennya.
Jangan tanyakan ingatan lain mengenai Nada, begitu dulu Saka memanggilnya, selain ingatan tentang ranjang karena demi apapun dia tidak pernah tertarik dengan perempuan kecuali di atas ranjang.
Tadinya dia berpikir bisa berbicara dengan Nada ketika dia mengantarkan kopi, tetapi yang mengantarkan justru office girl genit itu, Jaenap? Zubaedah? Entah siapa namanya.
Dia tentu tidak bisa berbicara ketika jam pulang kantor karena menurut informasi yang dia dapatkan, bocah tengil itu selalu mengantar jemput ibunya ketika dia libur sekolah.
Apa anak itu tidak punya pacar untuk di datangi saat libur sekolah?! Saat umur segitu setidaknya aku sudah lepas perjaka! Pikirnya berang.
Saka memijit pangkal hidungnya kemudian mengingat kembali informasi mengenai Mahesa. Dia bersekolah di sekolah swasta terkenal dengan beasiswa penuh dan nilainya cemerlang. Dia mengenal nama sekolah swasta itu yang merupakan salah satu anak perusahaan kakeknya.
Ia lalu melirik jam di pergelangan tangan kirinya, pukul sebelas lewat empat puluh lima. Dia tadi meminta pada Andre, asistennya, untuk menemui Nada dan mengajaknya bertemu pada jam makan siang di ruangannya. Agak beresiko memang, tapi bertemu di luar pada jam makan siang amat sangat beresiko dan dia tidak mau terlihat di luar dengan Nada. Tidak akan pernah.
###
Ketukan pintu terdengar lalu disusul dengan suara pintu terbuka yang menampilkan wanita itu dengan rambut yang sudah di cepol dan seragam office girlnya. Dia berdiam di dekat pintu dengan muka menunduk dan gerakan gelisah sambil memilin jarinya.
Sedangkan Saka sudah duduk di single sofa yang posisinya berhadapan dengan sofa lainnya yang di batasi oleh coffee table dengan dokumen diatasnya. "Duduk." ucapnya datar sambil menunjuk dengan dagunya agar wanita itu duduk di sebrangnya.
Lara mengikutinya dan duduk di sofa yang tentu saja nyaman tapi dia tidak bisa memikirkan hal itu sekarang ini. Yang ada di otaknya adalah apa yang akan lelaki ini katakan dan lakukan.
Saka kemudian melemparkan dokumen kepada Lara yang berjengit kaget ketika melihat betapa banyak data mengenai dirinya dan juga Mahesa yang di punya pria itu.
"Dia anak siapa?"
Anakmu bajingan!
"Anak saya."
"Kamu tahu bukan itu maksud pertanyaanku."
"Mahesa anak saya."
"Kamu bukan amoeba yang bisa membelah diri untuk menghasilkan keturunan. Kenapa kamu tidak menggugurkannya? Saya telah memberikanmu uang untuk melakukannya bukan?"
Tidak ada jawaban dari Lara, lalu lelaki itu melanjutkan.
"Ah, apa uangnya tidak cukup? Kamu mau menggunakan anak itu untuk mendapatkan lebih? Berapa uang yang kamu perlukan agar menjauh dari sini?" ucapnya sambil mengeluarkan buku cek dan menuliskan beberapa digit angka kemudian melemparkannya lagi kepada Lara.
Lara mengangkat kepala, sikap gugup yang tadi menguasainya menguar begitu saja dan berganti dengan tatapan marah. Sesuatu yang tidak pernah di lihat pada Lara sejak oertama kali mereka bertemu.
"Anggap saja uang yang anda berikan itu untuk pelayanan saya diatas ranjang. The moment you go, you don't have any rights to decide what I have to do with my baby."
Lara mengambil cek itu dan berjalan menuju pintu tepat pada saat seseorang masuk.
"Sepupu! Kau mau makan si...." Mata lelaki itu terkunci kepada Lara yang menahan air matanya. Demi Tuhan dia tidak ingin terlihat meneteskan air mata di hadapan bajingan itu.
"Siapa wanita itu?"
"Office girl disini."
"Wow aku tidak tahu office girl bisa secantik itu."
"Ada apa kesini Dave?" Saka berusaha mengalihkan perhatian Dave dari Lara, bukan bukan. Bukan karena cemburu, tapi dia tidak mau jika Dave mengendus pembicaraan mereka berdua. Dave adalah sepupunya yang menjadi saingan terberatnya saat ini, sedangkan dua sepupu lainnya terlalu sibuk dengan wanita-wanita dan juga usaha yang mereka bangun sendiri.
"Mau mengajakmu makan siang. Tapi sepertinya kau sibuk."
"Ya, aku harus menyelesaikan beberapa dokumen ini."
"Baiklah, aku juga ketemu hal menarik lainnya." Lelaki itu kemudian berbalik sambil bersiul dan mengetikan sesuatu ponselnya.
❤️❤️❤️
Heyho! Kurang 2 ⭐ di part 5 tapi idh keburu gatel update.
Dan berhubung hari ini akutu ulang tahun, boleh ga kadonya ⭐200 di part 6? 😆😆😆
Yang kangen sama dede Eca, tunggu next part yaa
Kalau ada typo boleh bantu infokan aku.
Terima kasih ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro