Part 5
Repub tanpa edit 3/11/20,
Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟
Mahesa sudah siap di depan rumah. Bocah tengil itu terlihat tampan meskipun hanya menggunakan kaos oblong, celana jeans persis seperti lelaki ifu ketika pertama kali Lara melihatnya. Umur Lara saat itu enam belas tahun. Dia sudah menyukai Saka ketika melihat lelaki itu datang ke sekolah dengan kaos dan celana abu-abunya. Terkesan cliché tapi itu pertama kalinya Lara merasakan debaran di dadanya ketika melihat lelaki.
Tatapan mata itu persis dengan tatapan mata Mahesa saat ini, minus muka sinis. Tatapan itu sama-sama kosong. Mungkin itu yang membuatnya tertarik, karena lelaki itu tampak memiliki semuanya tetapi tatapan mata itu kosong, seakan hampa.
Sesuatu meremas hati Lara ketika menyadari bahwa anaknya merasakan kekosongan saat ini. Anak itu pandai menyembunyikan perasaannya pada siapapun, termasuk pada Lara.
Lara menggelengkan kepalanya, lalu pandangan Lara turun ke alas kaki anak itu, dia menggunakan sepatu sekolahnya yang sudah usang, sudah waktunya harus mengganti sepatu Mahesa pikirnya. Padahal jika di lihat sepatu Lara tampak lebih usang di banding milik Mahesa. Sol sepatunya sudah berulang kali di jahit agar sepatu itu tetap bisa di gunakan.
Dasar Ibu, akan selalu memperhatikan anaknya di banding dirinya sendiri. Selalu memberikan yang terbaik semampunya untuk anak-anaknya. Tapi Lara tidak menyesal pun mengeluh. Mahesa adalah keajaiban dalam hidupnya. Satu-satunya keluarga dengan hubungan darah yang dia punya.
Lara menghampiri anaknya itu dan memegang lengannya, Mahesa tampak berjengit menandakan dia kaget. Mahesa melamunkan sesuatu. Ia lalu memasang senyum cerahnya dan menggandeng ibunya nenuju kantor.
Anak itu tampak gusar. Terutama ketika mereka sampai, Ia itu terus-terusan menempel pada Lara. Sifat kekanakannya terlihat ketika dia sedang gusar, jika tidak dalam situasi seperti ini mungkin Lara akan menyubit gemas pipi anaknya yang akan dk respon dengan teriakan Mahesa yang mengatakan dia bukan anak kecil jadi berhenti mencubit pipinya.
"Eca mau ngomong apa?" Lara memulai percakapan. Lara tahu ada yang ingin di bicarakan Mahesa sedari kemarin. Mereka kini tengah duduk di taman yang berada di lingkungan gedung tempatnya bekerja. Masih pukul tujuh lewat tiga puluh jadi masih aman jika mengajak Mahesa berbicara.
Bocah itu tampak ragu, kemudian dia menghela nafasnya.
"Bu, tidak bisa minta pindah gedung lain?"
"Kenapa, nak?"
"Eca gak suka ibu kerja di gedung itu."
"Karena?"
"Eca gak suka sama orang kemarin itu, Bu. Eca ga suka Ibu di kasarin sama orang. Apa lagi laki-laki. Eca ga suka sama tatapannya ke Ibu." Lara mengelus rambut anaknya. Sadar bahwa anaknya lebih mengkhawatirkan dirinya di sakiti oleh orang lain di banding bertemu orang yang mirip dengannya itu.
"Ibu akan sangat jarang bertemu dengan orang itu, Nak. Kemarin Ibu ke lantai itu karena teman Ibu tidak masuk jadi terpaksa Ibu ke lantai itu untuk menggantikannya bebersih sepanjang hari."
"Tapi bukan berarti Ibu tidak akan bertemu dengannya lagi.." ucapnya lesu. "Eca ga suka ngebayangin ibu di perlakukan seperti itu lagi nantinya."
"Ibu bisa jaga diri, Ca."
"Eca yakin ibu bisa jaga diri sendiri, Ibu bahkan bisa jagain Eca sampai sekarang. Tapi kekuatan Laki-laki dan oerempuan beda, Bu."
"Ibu akan menendang tytydnya kalau macem-macem nanti."
"Yang kenceng ya, Bu. Jangan kasih kendor!"
Lalu mereka berpandangan dan tertawa terbahak-bahak. Mahesa memeluk Ibunya lalu berucap "Bu, kalau ada apa-apa bilang ke Eca ya. Eca akan langsung lari kesini terus jagain Ibu. Dari siapapun, Bu, dari siapapun."
🖤
Repub tanpa edit 3/11/20
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro