Part 22 : Si Anak Baik
Repub tanpa edit 5/1/21
Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟
23/5/19
Mahesa menutup pintu lalu mengintip ke jendela. Pria itu sudah berjalan keluar dari lingkungan kontrakannya dengan mobil menterengnya itu.
Mahesa kemudian memegang dadanya, jantungnya berdebar kencang.
"Siapa Ca?" suara Lara dari belakang menyentak Mahesa dari lamunannya.
"Orang minta sumbangan, bu."
"Kok lama banget di luarnya?"
"Iya tadi maksa gitu orangnya."
"Ha? Maksa gimana?"
"Minta sumbangan gede bu, aku udah bilang aku cuma bisa kasih segitu eh dia maksa."
Ketika dia merasa bahwa detak jantungnya sudah kembali normal dan dia tidak perlu berbohong kepada ibunya lagi, Mahesa menyambangi ibunya yang tengah menyiapkan bitterballen di dapur.
Punggung wanita yang di cintainya itu terlihat ringkih, padahal beban yang di tanggungnya sebagai Ibu dengan satu anak tanpa ada suami dan ikatan pernikahan sangat berat. Belum lagi omongan banyak orang yang menyindir statusnya. Single tapi beranak satu.
Ibunya terlihat lebih tua di banding umurnya, meskipun begitu Lara tetap wanita paling cantik baginya. Ibunya bisa memiliki hidup yang lebih mudah jika dulu menggugurkanya, tapi Lara lebih memilih melahirkan Mahesa. She will choose him all over again. Mahesa tahu Itu. Membayangkan sesulit apa hidup sebatang kara dengan anak bayi di usianya yang masih belia membuat Mahesa begitu memujua kekuatan ibunha
Mahesa memeluk ibunya dari belakang.
"Kenapa, Ca?"
"Gak apa-apa. Cuma mau meluk ibu aja."
"Bu, kalau capek bilang ke Eca ya."
Lara memegang tangan anaknya yang melingkar di bahunya, meremasnya lembut.
"Eca kenapa?"
"Gak apa-apa, cuma kalau Ibu capek Ibu bilamg ke Eca. Biar Eca bisa bantu ibu, jangan pendem semuanya sendiri bu. Eca cuma punya ibu."
Lara tersenyum. Mahesanya benar-benar anak yang baik.
"Ibu masih bisa kok Ca."
"Tapi kalau ibu bagi-bagi bebannya bakalan terasa ringan bu. Eca udah gede kok bu, Eca bisa bantu ibu ngapain aja."
"Badan aja gede, kelakuan masih balita!" Lara terkekeh sambil menyeka air mata yang berada di ujung matanya sebelum melanjutkan kalimatnya "Yakin mau bantu ibu? Cuciin piring gih." Lara tahu kalau pekerjaan rumah yang paling di hindari Mahesa adalah mencuci piring, pasti anak itu akan kabur sekarang.
Tapi alih-alih kabur atau meminta keringanan dengan menyapu dan mengepel rumah, anak itu justru langsung melepas pelukannya dan menuju cucian piring yang menumpuk.
Lara menatap hal itu dengan bingung sedangkan Mahesa kini sudah mulai mengerjakan piring kotornya. Merasa di perhatikan dia melihat ke arah Ibunya.
"Ibu jangan liatin Eca gitu. Eca tahu kok Eca ganteng dan banyak yang suka."
Lara tertawa lalu berjalan ke arah Mahesa degan tumpukan piring kotor sebagai tambahan.
"Ini tambahan pekerjaan kamu ya anak ganteng."
Mahesa hanya dapat menatap nanar piring-piring dan peralatan masak yang kotor itu dengan nanar lalu menghembuskan napasnya.
Dia benci mencuci piring, tapi dia mencintai ibunya melebihi apapun jadi mencuci piring bukan perkara sulit untuk dia lakukan jika itu membantu ibunya.
Ah, Mahesa memang anak yang baik ya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro