Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 1


Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)

🌟


Selaras Nada.

Nama bayi itu Selaras Nada. Nama yang di letakkan di kertas yang berada di kerdus dimana bayi kecil itu di temukan di depan panti asuhan.

Kulitnya masih kemerahan dengan tali pusat yang masih melekat pada dirinya, pertanda dia baru lahir. Bayi mungil itu hanya terbungkus kain bedong tipis serta topi bayi. Dia tidak menangis saat di temukan, bayi itu hanya tertidur dengan nyaman bahkan di tengah dinginnya subuh itu. Entah sudah berapa lama dia berada di dalam kerdus di depan panti, yang pasti tubuh mungilnya terasa dingin saat itu.

Bayi itu tumbuh dengan sangat baik, nilai sekolahnya pun sangat bagus sehingga dia mendapatkan beasiswa penuh. Sampai dia bertemu dengan lelaki yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali yang lalu menjadi pertamanya dalam segala hal.

Katakan dia bodoh atau dungu, tetapi menjadi milik seseorang sangat menyenangkan baginya yang selama ini ditinggalkan.

Lelaki itu tidak banyak bicara, selain di atas ranjang, tidak banyak kata-kata yang keluar. Tentu saja kalau lenguhan dan desahan terhitung bicara, maka banyak sekali kata-kata pria itu jika berada diatas ranjang.

Di tengah keterbatasannya dia tetap merajut mimpinya. Mimpi yang sekarang terkubur dalam-dalam karena dia harus menghidupi nyawa lain yang berada di dalam dirinya saat itu.

Ketika Lara dengan muka sumringah mengatakan ada kehidupan lain dalam perutnya lelaki itu dengan gamblang mengatakan bahwa dia belum siap menjalin hubungan serius, dia punya banyak mimpi yang mau dia wujudkan lalu meninggalkannya dengan segepok uang.

Ia ingat bagaimana Ibu Dewi, ibu panti yang sudah membesarkannya, mendengar hal itu langsung darinya. Selaras Nadanya hamil dan dia tidak memberitahukan siapa orang yang menghamilinya. Lara, panggilan wanita itu, melihat tatapan kekecewaan pada wanita yang sudah dia anggap sebagai ibu yang tidak pernah dia miliki.

Tapi Ibunya tahu bahwa sesedih apapun dia, yang paling sedih saat ini adalah anaknya, Lara. Dia tahu betapa banyak mimpi yang akan berhenti Lara rajut karena anaknya itu akan selalu mementingkan nyawa lain yang ada di perutnya.

Lara ingat bagaimana mimpi pertamanya kandas. Dia tidak bisa melanjutkan kuliah karena beasiswanya di cabut ketika pihak penyelenggara tahu bahwa dirinya hamil di luar nikah.

Dia hanya tamatan SMA sehingga susah bagi dirinya untuk mencari pekerjaan saat itu meskipun nilainya sangat baik. Dia bekerja serabutan bahkan ketika dirinya hamil tua, dia tetap harus bekerja untuk memenuhi hidupnya dan hidup calon bayinya.

Hingga bayi itu lahir dan Lara memutuskan untuk keluar dari panti dan mengontrak. Tetapi dia tetap sering mengunjungi ibu dan saudara-saudaranya di panti setiap akhir pekan. Entah untuk membantu disana atau membawakan barang-barang yg saudaranya butuhkan ketika dia mempunyai uang lebih.

Putranya, ah apa aku belum bilang bahwa dia melahirnya seorang anak laki-laki yang lucu? Dia melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat mirip dengan pria itu, sangat tampan. Hidungnya, lesung pipinya, rambut hitam legamnya. Yang mirip dengan Lara hanya mata coklat terangnya.

Mahesa Narendra, nama putranya yang kini sudah beranjak remaja. Bocah yang dulu selalu mengikuti kemanapun itu akan berumur lima belas tahun akhir tahun nanti.

Anak itu tidak pernah mengeluh bahkan sering membantu ibunya di rumah. Nilai pelajarannya juga sangat baik sehingga dia mendapatkan beasiswa penuh di salah satu sekolah swasta terkenal. Lara sangat bersyukur akan kehadiran anaknya itu meskipun dirinya menjadi bahan gunjingan.

Anaknya, biarpun sekarang sudah tumbuh sangat tinggi dan semakin mirip dengan orang itu, tetapi masih sangat manja padanya. Anaknya itu akan tetap memeluk ibunya ataupun mencium pipinya meskipun di tempat umum.

Jika libur sekolah, bocah itu akan bangun pagi dan mengantar ibunya bekerja lalu akan menjemputnya ketika jam pulang kerja. Diantara jam kerja kantor ibunya, dia akan membantu dengan pekerjaan rumah atau memberika les pada anak-anak tetangga untuk uang tambahan.

Lara sering berpikir apa yang telah dia lakukan sehingga mendapatkan anak semanis Mahesa. Pusat dunianya. Segalanya dalam hidupnya.

Lara telah selesai menyiapkan sarapan dan bekal untuk anaknya pagi itu. Bekal sederhana, ayam goreng, nasi, sayur wortel kesukaan Mahesa serta nugget yang wanita itu buat sendiri. Sisa dari nugget pesanan yang dia jual sebagai uang tambahan.

Setiap minggu dia membuka pesanan dan setiap minggu pula selalu habis terjual. Dia bersyukur setidaknya dia punya tabungan lebih untuk uang kuliah Mahesa nanti serta membeli motor untuk transportasinya meskipun membayar dengan cicilan.

Mahesa muncul dari ruang depan dengan muka mengantuknya. Ah iya, bocahnya itu sekarang sudah tidur terpisah dengan dirinya, karena hanya ada satu kamar di kontrakan petak itu, maka Mahesa memilih tidur di ruang depan dan membiarkan ibunya memiliki tempat tidur ternyaman di rumah itu.

Bukannya Lara tidak pernah mencoba untuk bertukar tempat dengan anaknya, tetapi anaknya itu sangat keras kepala sehingga membuat Lara menyerah dan membiarkannya.

"Bu, aku lapar." ucap anaknya dengan mata masih tertutup sambil berjalan ke arah ibunya dan memeluk ibunya manja. Sungguh perilaku dan ukuran tubuhnya tidak sesuai.

Mahesa tingginya sudah 175cm di umurnya yang 14 tahun, perawakannya bongsor tetapi tingkahnya masih seperi bayi ketika bersama ibunya.

"Makan, Ca, ibu sudah buatkan sarapan dan bekalmu." Lara mengusap pipi Mahesa, atau Eca panggilan ibunya, yang memeluknya dari samping.

Anaknya itu langsung berjalan mengambil nasi serta lauk pauk dan makan. Disana tidak ada meja makan karena ruangannya yang sempit serta menjadi satu dengan dapur kecil, jadi mereka makan beralaskan tikar.

Lara lalu mengambil nasi dan juga lauk pauk dan makan di sana. Dia sudah menyiapkan bekalnya dan juga bekal anaknya yang sudah berada di tas bekal masing-masing.

Mereka harus berangkat lebih pagi hari ini karena Mahesa memaksa untuk membawakan pesanan nugget ibunya kekantor sehingga anaknya itu harus menaiki angkot lagi untuk sampai di sekolahnya.

Mahesa sudah selesai bersiap-siap dan sudah memakai seragam SMAnya sambil memakai tas dan membawa nugget pesanan. Bocah itu sangat cerdas sehingga di umurnya yang baru empat belas tahun dia sudah mengenaksn seragam SMA.

Lara tidak lama kemudian menyusul dengan seragam biru tuanya yang di balut lagi dengan jaket.

"Ibuku pagi-pagi udah cantik aja, mau cari papa baru buatku ya?" goda Eca sambil menaik turunkan alisnya dengan jenaka.

"Iya, bosen soalnya ibu tuh kalo liatnya kamu doang."

"Ibunda jahat sekali!" ucap lelaki tanggung itu sambil menutup mulutnya dengan air muka di buat sesedih mungkin.

Lara hanya mendengus mendengar putranya bersandiwara. Ia lalu menaiki motor dan membonceng Eca yang membawa kotak besar. Biasanya Lara akan menurunkan Eca di depan sekolahnya yang searah dengan tempat kerjanya tetapi karena Eca memaksa untuk mengantar sampai lantai tempat kerja ibunya, maka disinilah mereka sekarang.

Mahesa sudah terkenal di kalangan teman kerja ibunya dan juga satpam serta resepsionis gedung itu.

Iblis tampan ciliknya itu tahu betul ketampanannya bisa membawa dia kemanapun dan tentu saja anak itu menanfaatkannya dengan baik bahkan semenjak dia kecil.

Dia selalu menjadi favorit nenek-nenek serta ibu-ibu yang dengan senang membawakannya makanan ataupun oleh-oleh.

Seperti sekarang ini lelaki tanggung itu sudah memegang banyak plastik berisi makanan yang dia hendak masukkan ke dalam tasnya lalu mengecup pipi ibunya dan menaiki angkot untuk berangkat ke sekolah sambil terus melambai pada ibunya dari dalam angkot.

Iblis ciliknya. Mahesanya.

💕💕💕

Vomment ga di tolak lho 💋
Ttd mamak yg suka menyiksa anak-anaknya.
Muahahahahahahahah

Cerita yang sudah cetak bisa dicek di shopee.co.id/akudadodado

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro