Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 16 | Sakit Tidak Berdarah

Cyrilla terkejut saat tiba-tiba seseorang menghampirinya, menyentuh kepalanya dengan lembut agar bersandar pada dada bidangnya. "Menangis saja, nggak apa-apa." Laki-laki itu berkata saat kedua mata Cyrilla menatapnya penuh tanya.

Butiran bening itu terus turun, pertama kali Cyrilla merasakan patah hati di saat yang sama saat ia menyadari perasaannya kepada Jayden. "Kak, tolong aku." Suaranya bergetar, matanya yang sendu menatap penuh harap pada dia yang memberikannya tempat untuk bersandar. "Aku yakin riasan wajahku hancur sekarang," tambah Cyrilla sambil menyeka sisa air mata di kedua pipinya.

"Makannya aku ada di sini kan, Cy," ungkap laki-laki itu, telapak tangannya menyentuh punggung tangan Cyrilla, menggantikannya mengusap pipi basahnya. Cyrilla mengerti maksudnya, tubuh laki-laki yang ada di depannya jelas lebih jangkung dari Jayden, dan punggung bidangnya mampu menyembunyikan tubuh Cyrilla.

"Di mataku, kamu tetap yang tercantik, kok," tambahnya.

"Semuanya!" Suara orang dari arah depan membuat Cyrilla terkejut bukan main, itu suara Yufa.

"Teman-teman, dengarkan ya, aku dan Jayden mulai hari ini, kami jadian!" Gadis berkerudung biru dongker itu memekik dengan girang, tanpa malu-malu dia bahkan menggandeng tangan laki-laki yang ia klaim sebagai kekasihnya. "Mangga rencang-rencang sadaya, nu bade jajan, ku Yufa dibayaran, arek meser naon wae mangga. Yu ka kantin, barudak!" 1)*  tambahnya seraya menarik lengan laki-laki dengan pakaian tuxedo ke arah kantin.

Jayden melepaskan tangan Yufa dari lengannya, risih. Yufa tahu arti tatapan dan ekspresi itu. Dia tidak mau laki-laki yang hari ini baru saja jadian, langsung memutuskan hubungan dengannya, segera ia layangkan senyum dan melontarkan permintaan maaf kepada Jayden. "Ayo!" ajaknya setelah membuat jarak satu langkah dari pacarnya itu.

Jayden mengibaskan sebelah telapak tangannya, seraya berkata, "Kamu saja, aku harus ke sanggar teater tadi Kak Arga memintaku ke sana."

Raut wajah kecewa kentara diperlihatkan Yufa, tapi gadis itu tidak ambil pusing. "Ya sudah deh, aku ke kantin ya, um ... pacar," ucapnya sambil menutup wajahnya dengan malu-malu.

Jayden melotot, mendengar kata itu keluar begitu saja dari mulut Yufa benar-benar tidak enak didengar. Dia bahkan tahu di sudut ruangan aula masih ada Cyrilla. Gadis bergaun kuning keemasan itu masih mencuri pandang ke arahnya. Jayden yakin suara Yufa terdengar dari sana. Sudahlah! Batinnya membiarkan Yufa berlalu sambil melonjak-lonjak girang ke arah kantin.

"Mau pacaran denganku?" Satu tanya yang berhasil membawa Cyrilla menaruh fokusnya dari Jayden kepada laki-laki tampan di depannya.

"Ya?" Cyrilla yakin barusan dia mendengar hal yang sepertinya tidak mungkin diucapkan oleh seorang Heavy Raditya, laki-laki tampan nomor wahid di sekolahnya.

Cyrilla mengerjap berulang, menatap wajah Heavy lekat-lekat, meminta penjelasan dari kalimat tanya yang sambil lalu ia dengar.

Heavy mengembuskan napasnya, sebuah senyum menghias di sana. Tatapannya beralih dari mata ke rambut Cyrilla yang dicepol dengan anggun dan memperlihatkan leher jenjang gadis itu, sebuah tiara kecil menghias melengkapi dirinya yang hari ini menjadi seorang putri cantik dalam drama si Cantik dan si Buruk Rupa.

"Aku sudah terpikat, dan aku nggak tahu bagaimana cara menjangkaumu, Tuan Putri," bisiknya setelah mendekat ke cuping Cyrilla. Satu bisik yang membuat Cyrilla terlonjak, sekali lagi gadis itu dibuat tidak percaya dengan pendengarannya.

Wajah Heavy yang begitu dekat membuatnya sulit bernapas. Bagaimana bisa aku salah dengar dua kali? Cyrilla membatin.

"Ada yang lihat di mana pacar aku?" Suara seseorang kembali membuat pandangan Cyrilla teralihkan.

"Loh, gimana sih, baru jadian tapi nggak tahu pacarnya di mana? Harusnya kan yang paling tahu di mana Jayden itu kamu, Yufa ... kenapa jadi tanya ke kami?" ucap Palupi yang langkahnya terhenti karena tiba-tiba Yufa menarik lengannya tadi.

Gadis berkerudung itu terlihat murung. "Padahal bilang saja nggak tahu, kenapa harus berkata dengan kalimat jahat sih, Upi?" lontarnya dengan nada yang sengaja ia tinggikan, dan itu sukses menyita perhatian dari banyak orang, termasuk Cyrilla.

Bola mata Palupi membulat penuh mendengar Yufa yang mulai bertingkah seperti orang yang baru saja disakiti. "Terserah kamu," ucap Palupi saat tangan Fajar mendarat di bahunya.

Tangan kanan Heavy mengusap lembut rambut Cyrilla. "Aku kecewa loh, Cyrilla, ada cowok tampan di depanmu tapi kamu malah melihat ke arah lain."

Cyrilla kembali menatap Heavy, rahangnya terbuka, masih tidak percaya dengan segala hal yang keluar dari mulut laki-laki itu, tapi semuanya berubah menjadi tawa saat Heavy menaik turunkan alis tebalnya, lengkap dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Aku narsis ya?" tanyanya tanpa beban, Cyrilla menyambutny adengan derai tawa.

"Cyrilla!" Palupi mendekat bersama dengan Fajar.

"Ya?"

Gadis bertubuh mungil itu mendekapnya, seraya berkata, "Penampilan kamu keren banget deh!" serunya.

"Terima kasih, Upi," ucap Cyrilla membalas dekapan sahabatnya.

"Oh iya, kamu dicari Kak Arga, tuh!"

"Kok tiba-tiba? Kenapa gitu?"

Bahu Palupi terangkat. "Katanya ditunggu di sanggar teater, sekarang," ucapnya.

"Kak Arga arek naon sih, aya-aya wae." 2)*  Cyrilla menepuk jidatnya. "Kak, Cyrilla permisi dulu ya, mau ke sanggar teater."

"Yuk!"

"Kak Heavy mau ke tempat Kak Arga juga?"

"Iya, ayo ke sana." Heavy menggenggam tangan Cyrilla, memaksa gadis itu mengikuti langkahnya.

"Mereka jadian juga?" tanya Aris tiba-tiba muncul di tengah-tengah Fajar dan Palupi.

"Astagfirullah, aing kaget ai maneh!" 3)*  Fajar memekik seraya mengurut dadanya.

Aris tertawa sambil lalu. "Lagian kalian berdua serius banget sih! Mentang-mentang pacaran, jadi nggak sadar aku dari tadi panggil-panggil," jawab Aris, dia lalu melanjutkan kalimatnya, "Berasa dunia milik berdua gitu ya?"

"Nah, tuh tahu, sudah sana minggat jung, Ris. Maneh siga jurig wae," 4)*  sahut Fajar yang malas meladeni candaan Aris yang garing.

"Kenapa gitu, Ris?" Palupi menyudahi perdebatan tidak penting dari keduanya.

"Oh, itu, tadi Cyrilla di cari Kak Arga. Dia kemana, sih? Heran, banyak banget yang nyariin dia, Kak Heavy, lah, Kak Arga, lah. Cyrilla punya utang apa ya?"

"Hus, ngawur! Dia tadi di cari Kak Arga diminta bergabung dengan ekstrakulikuler teater, tahu!" seru Palupi.

"Oh, sugan teh si Cyrilla gaduh utang, ka si Arga," 5)*  celetuk Aris. "Terus Cyrilla kemana?" tanyanya.

"Sudah ke sanggar tadi dia bareng Kak Heavy, kok," jawab Palupi menyudahi tanya Aris.

***

"Kak Arga kira-kira kenapa ya nyari, Cyrilla, Kak?" tanya Cyrilla berusaha menghilangkan hening di antara dia dan Heavy.

Tangannya sibuk membuka ikatan rambut dan hiasan kepala yang tadi ia pakai saat pertunjukan drama, dia lalu menyimpannya ke dalam tas. Cyrilla yakin rambutnya berantakan, tidak ada sisir untuk merapikan rambutnya.

"Coba deh, kamu ingat-ingat, kamu punya salah apa sama Kak Arga?" goda Heavy, senyum di wajah Heavy terukir saat ingat Arga pernah bercerita dengan antusias kalau dia dan Cyrilla sempat bertemu di sudut sekolah saat kesiangan, gadis itu dengan mudahnya meminta tolong kepada Arga untuk berjongkok dan menjadi tumpuan untuk bisa naik ke pagar sekolah.

"Cyrilla," ucap Heavy tiba-tiba menghentikan langkahnya saat ia melihat seseorang yang ia kenal sedang bersama seorang gadis berkerudung. Gadis itu berjinjit, Heavy tahu posisi itu, tapi sepertinya tidak mungkin hal itu dilakukan di sekolah apalagi di depan ruang masuk sanggar.

Anjir, maneh keur naon sih, Jay? 6)*  Batinnya. Secepat kedipan mata, Heavy beranjak satu langkah ke depan gadis itu, sembil perlahan-lahan melangkah, sengaja menggiring gadis itu menjauh dari arah sanggar teater.

Cyrilla gelagapan dipaksa untuk berjalan mundur, beberapa kali ia menatap ke arah belakang memastikan langkahnya. "Kak Heavy kenapa, sih?" Cyrilla memprotes kelakuan Heavy.

Laki-laki itu menghentikan langkah, menarik tangan Cyrilla, berharap gadis itu tidak melihat adegan yang sedang berlangsung tepat di bibir pintu sanggar teater.

"Kakak kenapa sih, aneh banget!" keluh Cyrilla sekali lagi.

"Love you, Jayden!"

Usaha Heavy rasanya sia-sia saat suara melengking gadis yang saat ini terlihat sedang melingkarkan kedua lengannya di leher Jayden, berhasil membuat Cyrilla mematung.


______________

Mangga rencang-rencang sadaya, nu bade jajan, ku Yufa dibayaran, arek meser naon wae mangga. Yu ka kantin, barudak! 1)* : Silakan teman-teman, yang mau jajan, aku yang bayar, mau apapun silakan. Ayo ke kantin!

Kak Arga arek naon sih, aya-aya wae. 2)* : Kak Arga mau ngapain sih, ada-ada saja.

Astagfirullah, aing kaget ai maneh! 3)* : Astagfirullah, kaget tahu!

Maneh siga jurig wae.  4)* : Kamu seperti hantu saja.

Oh, sugan teh si Cyrilla gaduh utang.  5)* : Oh, aku kira Cyrilla punya utang kepada Kak Arga.

Anjir, maneh keur naon sih, Jay?  6)* : Anjir, kamu sedang apa sih, Jay?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro