Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 15 | Keputusan yang Salah

Lagu Ada Cinta dari Acha Septriasa Ft. Irwansyah yang dicover oleh Aldhi & Feby Putri ini cocok untuk BAB ini. Selamat membaca ... 

🎶

"Boleh duduk di sini?" Suara husky menyapa Cyrilla yang sedang duduk di bangku panjang di pinggir kolam sambil melihat Palupi bermain air dengan teman sekelasnya. Cyrilla mengangguk.

"Mau?" tawar laki-laki yang baru saja menempatkan dirinya tepat di sebelah Cyrilla, dia menyodorkan cup mi dengan aroma soto yang menguar terbawa embusan angin.

Cyrilla melihat ke arah tangan laki-laki yang sudah penuh dengan cup mi, dia menerima salah satunya dengan senang hati, rasa soto kesukaannya. "Terima kasih, Jay," ucapnya.

"Mau coba makan mi sambil duduk di tepi kolam?" tawar Jayden dengan dagunya mengarah kepada Palupi yang sedang bermain air, tawa Palupi yang lepas sambil terus mengayunkan kedua tangannya membuat Cyrilla ikut tersenyum dari tempat duduknya. "Duduk saja kok, nggak usah sampai turun ke dalam kolam, yuk?" kali ini Jayden beranjak dan mengulurkan sebelah tangannya.

Cyrilla menggigit bibir bawahnya, air wajahnya menapakkan keraguan. Tiba-tiba teman-temannya dari arah kolam renang memanggil namanya untuk ikut bermain air bersama.

"Yuk!" ajak Jayden sekali lagi. "Aku janji nggak akan terjadi apa-apa, ada aku." Sekali lagi Jayden berupaya meyakinkan Cyrilla, gadis itu akan terus takut kalau dia tidak dikenalkan dulu dengan air kolam renang, setidaknya walau tidak berenang, bermain air saja sudah cukup.

Cyrilla menyambut uluran tangan Jayden, getar tubuhnya tersalur saat dengan erat Jayden menggandeng tangannya. Perlahan gadis itu mendekati bibir kolam, teman-temannya sudah menyambutnya dengan cipratan air kolam. Satu langkah ke belakang, gadis itu nyaris mundur, tapi dari arah belakang Fajar tiba-tiba datang dan menopang tubuhnya. Kini gadis itu diapit oleh kedua sahabatnya.

"Boleh aku ikut main air?" tanya Fajar yang kini memposisikan diri di sebelah kiri Cyrilla.

Netra gadis itu berkaca-kaca, dia paling tidak bisa berlama-lama marah kepada sahabatnya. Fajar menatap wajah cantik yang sebentar lagi dia yakin akan menangis. "Maafkan aku ya, Cy," ucapnya tulus.

Cyrilla mengiakan dengan anggukan. Melihat pemandangan dua orang sahabat kembali berbaikan membuat Jayden dan Palupi, serta teman-teman dari kelas X-2 ikut senang. Cyrilla akhirnya mau duduk di pinggir kolam renang, kedua kakinya sudah masuk ke dalam air, ia ayun-ayun dan membuat riakan. Menerima cipratan air dari teman-temannya, tawa mereka berderai. Setidaknya, Cyrilla sudah tidak takut lagi ke kolam, meskipun dia masih belum mau ikut masuk ke dalam air dan berenang. Palupi berjanji akan mengajarinya.

"Pak, tugas apa yang harus Cyrilla kerjakan untuk menambah nilai renang?" tanya gadis itu setelah mengganti pakaiannya.

Pak Budi tersenyum, menepuk pundak Cyrilla seraya berkata, "Kamu sudah mau bermain air saja itu sudah cukup, lain kali Bapak harap kamu bisa masuk ke dalam kolam, ya," ucapnya.

Cyrilla mengangguk mantap. "Terima kasih, Pak."

Pak Budi kembali tersenyum. "Pulanglah, praktik olahraga sudah selesai, silakan bergabung dengan teman-temanmu yang sudah menunggu."

"Baik, Pak, terima kasih." Cyrilla pamit pulang setelah sebelumnya mencium punggung gurunya.

***

Kegiatan praktikum terakhir pementasan drama. Cyrilla bertekad setelah pertunjukkan drama selesai, dia harus bisa bilang kepada Jayden tentang misinya sebagai Mak comblang. Gadis itu yakin, setelah peristiwa kolam renang dengan Fajar. Kalau apa yang ia rasakan kepada Jayden, sama dengan perasaannya kepada Fajar, sahabat yang penting baginya. Cyrilla yakin hanya itu.

Saat ini, adegan maish berlangsung di mana Cyrilla tengah menangisi Aris yang sudah berdandan maksimal dengan kostum hewan buas yang menempel di tubuhnya, saat si Cantik menyadari perasaannya kepada si Buruk Rupa.

Narator kembali masuk saat tirai hitam tertutup, saat ini Narator sedang mengisahkan bagaimana bisa seorang pangeran tampan berubah menjadi buruk rupa. Sementara itu, Aris bergegas meninggalkan panggung, dia bertukar tempat dengan orang yang berperan sebagai pangeran tampan setelah kutukan si Buruk Rupa hilang.

"Kamu ngapain di sini, Jay? Bagian dokumentasi siapa?" tanya seorang gadis bergaun kuning emas yang cantik, tengah duduk bersimpuh, wajahnya sudah basah dengan air mata karena ia berpikir ia sudah kehilangan orang yang sangat ia cintai, si Buruk Rupa.

Jayden berbaring tidak jauh dari tempat Cyrilla, dia memosisikan kepalanya di atas pangkuan gadis itu. "Karena aku pangerannya, Cy," ucapnya, kedua pasang mata itu sempat beradu, menciptakan debar yang tidak biasa.

Cyrilla tahu Jayden tampan, salah satu tertampan di sekolahnya selain kak Heavy tentu saja. Tapi melihat laki-laki itu mengenakan tuxedo dengan gaya klasik berwarna hitam, rambutnya yang disisir rapi ke belakang, benar-benar membuatnya cocok menjadi pangeran dalam drama yang sedang ia perankan. Cyrilla menelan salivanya.

"Si Cantik, Panggeran, dan Penyihir, tolong kalian bersiap, adegan akan kembali dimuali dalam tiga, dua–" Tirai hitam kembali terbuka.

Cyrilla kembali menangis, saat penyihir datang dan berkata, "Hanya cinta yang tuluslah yang mampu mematahkan kutukan sang Pangeran." Setelah itu penyihir pergi.

Lampu menyoroti kedua tokoh utama dalam adegan, mata pangeran yang terpejam akhirnya terbuka, laki-laki itu bangun dengan wajah rupawan, dia lalu meminta si Cantik untuk hidup bersama dengannya di kastil penuh mawar merah.

Seperti dongengnya, si Cantik dan si Buruk Rupa hidup bahagia. Keduanya berdansa, seluruh kastil yang dikutuk berubah menjadi indah. Tepukan meriah mengakhiri pementasan drama mereka.

"Mari kita berfoto bersama!" ucap Aris meminta seluruh anggota kelompoknya merapat untuk berkumpul.

Setelah itu, salah satu dari tim dokumentasi meminta Cyrilla dan Jayden untuk berfoto berdua. "Aku akan cetak foto ini sebagai kenang-kenangan," ucapnya masih terus memerhatikan Cyrilla dan Jayden dengan mata penuh binar. "Kalian serasi sekali," celetuknya sebelum berlalu dan meninggalkan keduanya dalam situasi canggung.

"Jayden," panggil Cyrilla pada laki-laki yang berada di sampingnya.

"Hm," sahut laki-laki jangkung dengan suara beratnya yang khas. Sepasang iris berwarna hazel itu begitu memesona, belum lagi senyum menawan yang tidak luntur dari wajahnya.

"Jangan senyum," ucap Cyrilla melantur, gadis itu mengibas-ngibas telapak tangan ke wajahnya berharap rasa panas yang ia rasakan menguap.

Garis lengkung di wajah Jayden langsung menghilang. "Kenapa?"

"Jelek. Jadi jangan senyum," jawabnya sambil memasang muka serius.

Laki-laki itu tertawa, dan sekali lagi tawanya sukses membuat Cyrilla kembali berdebar. "Stop!" Kedua telapak tangan Cyrilla membungkam Jayden secara paksa. "Kamu lebih jelek kalau ketawa, jadi jangan ketawa," sergahnya masih dengan wajah serius.

Jayden manggut-manggut. Cyrilla melepaskan bungkaman tangannya dari mulut Jayden, dia lalu mengembuskan napasnya seiring dengan degup di dadanya yang sudah mulai teratur. Bisa gila aku kalau dia setampan ini, Ya Tuhan ....

"Kamu mau pacaran dengan Yufa?" Tanpa basa-basi Cyrilla mengutarakan maksudnya.

"Apa kamu gila?" Jayden mengacak rambutnya. Kenapa dia masih meminta hal yang nggak masuk akal, sih? Batinnya.

Ia mengembuskan napas, tatapannya sendu, dipandangnya manik biji kopi Cyrilla. "Kamu sungguh ingin aku berpacaran dengan Yufa, Cyrilla?"

Tidak ingin goyah dengan tatapan Jayden, Cyrilla mengiakan dengan anggukan. "Kamu mau kan?"

Jayden kembali mengembuskan napas, dia tahu kalau Cyrilla keras kepala, tapi dia tidak tahu kalau gadis di hadapannya itu akan memintanya berpacaran dengan gadis lain. "Padahal aku sudah menunjukkan dengan jelas maksud hatiku, tapi kamu malah memintaku pacaran dengan gadis lain." Suara Jayden terdengar seperti tercekat, air wajahnya memperlihatkan perasaan kecewanya.

Sakit. Jangan menatapku seperti itu. Cyrilla memalingkan pandangannya, meremas baju tepat di dadanya. "Kamu mau kan?" ulangnya, kali ini dia tidak dapat menatap langsung pada Jayden, dia takut goyah lagi.

"Kalau kamu memang mau aku berpacaran dengan gadis itu, aku akan melakukannya." Jayden mengalah. Dia berpikir mungkin dengan mengikuti cara Cyrilla, gadis itu akan mengerti kalau memaksakan kehendak justru akan menyakiti semua pihak.

Cyrilla mengangguk pelan.

"Sesuai permintaanmu, Cyrilla," ucap Jayden pasrah, dia yakin gadis di hadapannya itu harus diberikan pelajaran secara langsung agar bisa jujur dengan perasaannya.

"Tapi, aku mungkin nggak akan bisa sedekat ini lagi denganmu."

Tangan Jayden bergerak menyusuri lengan Cyrilla, menangkup wajah ayu itu dengan telapak tangannya yang hangat, memaksa Cyrilla menatapnya, berusaha untuk menyelami mata gadis itu lebih dalam.

"Menatapmu seperti ini membuat sesuatu dalam dadaku bergetar, Cyrilla. Apa kamu juga seperti itu?" tanyanya.

Cyrilla diam saja, matanya mulai berkaca-kaca. Membiarkan kedua telapak tangan Jayden bertengger di wajahnya. Barang kali, seperti kata laki-laki itu, akan ada jarak di antara keduanya. "Apa kamu akan menjauh, Jay?" lirihnya.

Sebuah garis lengkung tercipta, Jayden tidak memberikan jawaban, sengaja membiarkan Cyrilla memikirkan arti dari senyumnya sebelum dia pergi menjauh, meninggalkan gadis itu terpaku di tempat. Butiran bening membuncah, gadis itu menangis, saat punggung bidang Jayden perlahan menghilang dari pandangan. 





Terima kasih sudah mengikuti cerita Cyrilla dan Jayden dalam OUR STORY. Mohon dukungannya yaaa .... Terima kasih banyak-banyak.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro