Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4

Di koridor kampus Konkuk Naeun menghentikan langkahnya, sosok Niel yang terpaut beberapa meter dari tempatnya berdiri membuat yeoja itu enggan melangkah. Keduanya terdiam ditempatnya masing2, tanpa menyapa hanya saling bersitatap. Dari gerak2 geriknya Naeun tahu ada hal yang ingin disampaikan oleh Niel padanya, namun dirinya masih enggan untuk mendengar hal tersebut.

"sedang apa disini?" sebuah suara seakan menyelamatkan diri Naeun

Naeun langsung menoleh karena tahu sosok yang menyapanya adalah Namjoon. dipaksanya menarik senyum diwajahnya sambil memandang wajah namja itu.

"tak ada" jawabnya lembut

Tangan Niel mengepal keras menahan rasa geram karena pemandangan yang dilihatnya.

"kau tak ke kelas?" tanya Namjoon lagi

"aku memang mau kesana, kau juga kan?" balas Naeun

"ne" jawab Namjoon

"kalau begitu, ayo pergi bersama" Naeun melingkarkan tangannya di lengan Namjoon

Sempat terkejut dengan sikap yang ditunjukan Naeun, namun Namjoon segera paham begitu melihat sosok Niel yang berdiri tak jauh dari tempat mereka.

"kajja" ajak Namjoon sambil mengembangkan senyum lebarnya

"kajja" jawab Naeun melakukan hal yang sama

Keduanyapun melangkah meninggalkan sosok Niel yang masih berdiri diposisi awalnya. Namja itu bahkan sempat ingin menahan langkah Naeun, akan tetapi hal tersebut urung dilakukannya.

Berbeda dengan yg dirasakan Naeun yang terus merenung di perjalanan menuju kelas, ada perasaan yang memaksanya kembali untuk menghapiri Niel. Namun ego yeoja itu seakan menahan hal tersebut.

"kita sudah tiba di kelas" ujar Namjoon menyentak lamunan Naeun

"ne?" ujar Naeun seraya memandang Namjoon

"kita sudah tiba di kelas, kau...bisa melepas tanganmu dariku sekarang" ujar Namjoon lagi

Naeun menatap tangannya yang masih melingkar mesra di lengan Namjoon

"ah...mian" sesalnya seraya menarik tangannya

"anni...tak perlu minta maaf. Aku senang bisa digandeng yeoja secantikmu" tukas Namjoon

Wajah Naeun bersemu namun dia tak memberi ekspresi apapun.

"whae? kau tak suka kata2ku ya?" tanya Namjoon melihat wajah Naeun yang tampak datar

"anni aku suka" jawab Naeun sembari berlalu

Namjoon terdiam sesaat sembari mengernyitkan alisnya heran, namun beberapa saat kemudian dia tersenyum dan melangkah memasuki ruang kelasnya. Namjoon sengaja duduk disisi Naeun membuat yeoja itu menatapnya heran.

"kenapa kau duduk disini?" tanya Naeun pada Namjoon

"untuk berjaga2" jawab Namjoon

"berjaga2?" ulang Naeun

"hmm, aku khawatir mantan namja chinggumu melihat ke kelas kita kemudian heran karena kita duduk di tempat yang terpisah" jelas Namjoon sambil berbisik

Naeun menjauhkan tubuhnya sembari menatap tajam Namjoon yang sudah tersenyum padanya.

"jangan cemas, aku takkan menganggumu" tukas Namjoon seolah paham dengan tatapan tajam Naeun

"aku kan tak mengatakan apapun" Naeun mencoba menyanggah

"memang, tapi matamu mengatakan semuanya" jawab Namjoon tenang

"mwoya? apa kau kira kau ini ahli membaca pikiran dengan hanya menatap?" ejek Naeun

Tak membalas Namjoon hanya tersenyum sambil mengeluarkan buku pelajarannya.

*

Siang itu di kantin, Naeun terlihat melangkah ke sisi Seulgi yang tengah sibuk dengan laptopnya.

"kau disini rupanya" ujar Naeun sambil duduk dihadapan yeoja itu

Sedikit kaget Seulgi menoleh pada Naeun yang sudah memandangnya lurus

"ah...Naeun" ujarnya kembali menatap layar laptopnya

"kenapa tak menghadiri kelas pertama tadi?" tanya Naeun

"aku terlambat, karena tak ingin kena marah jadi memilih bolos" jawab Seulgi mudah

"sekarang kau sedang apa?" tanya Naeun lagi

"aku sedang menyelesaikan tugas dari Woo Sonsanim"

"kau belum menyelesaikannya? Bukankah itu akan dikumpulkan hari ini?" tukas Naeun

Seulgi hanya tersenyum lebar sambil menggerakan bahunya keatas dan kebawah.

"kau ini...kenapa suka sekali mengabaikan tugas huh? kau tak takut nilaimu akan jatuh?" kembali Naeun berujar

"tenang saja Son Naeun agassi, tugasnya baru saja kukirim. Kau tak perlu cemas berlebihan seperti itu" Seulgi menutup komputernya kemudian menyeruput jus miliknya.

"kau tak memesan sesuatu?" tanya Seulgi memandang meja Naeun yang kosong

"aku tak lapar" jawab Naeun

"kalau kau tak lapar kenapa kau disini?" tanya Seulgi lagi

"karena aku mencarimu"

"mencariku?" ulang Seulgi

"hmm"

"ada apa?"

"itu karena kau tak datang di kelas pertama, jadi aku mencarimu takut2 kau sakit dan tak datang" jelas Naeun

Seulgi menopang dagunya dengan tangan kemudian menatap Naeun lurus sambil tersenyum lebar.

"whaeyo? kenapa kau memandangku seperti itu?" Naeun menatap curiga

"itu karena aku senang" jawab Seulgi

"ne?" Naeun nampak heran

"aku tak tahu seorang Son Naeun bisa sangat memperhatikanku seperti ini, jadi aku sangat senang" tukas Seulgi

"jangan berlebih2an" larang Naeun

"aku tak merasa sikapku berlebihan" balas Seulgi

"sudahlah aku malas berdebat denganmu, sebaiknya kita ke kelas saja" ajak Naeun seraya bangkit

"ok" Seulgi membulatkan jarinya membentuk huruf o dan ikut bangkit

Keduanyapun berjalan tenang menuju koridor kampus dengan langkah yang teratur.

"Kim Namjoon takkan ada di kelas kita selanjutnya bukan?" tanya Seulgi

"molla?" jawab Naeun acuh

"kurasa dia tak mengambil kelas Han kangsim, karena Namjoon lebih suka mengikuti kelas Son kangsanim" urai Seulgi

"kau tahu banyak tentang namja itu ternyata" Naeun masih bersikap acuh

"itu karena aku penggemarnya" jawab Seulgi

"begitu" Naeun hanya tersenyum tipis pada Seulgi

Seulgi tak lagi membalas hanya ikut tersenyum sembari masih terus melangkah.

"SON NAEUN" sebuah teriakan keras menghentikan keduanya

Naeun dan Seulgi menoleh ke asal suara dan mendapati sosok Nayeon memandang mereka dengan tatapan marah.

"mwoya? kenapa wajahnya sangat mengerikan seperti itu?" Seulgi beringsut kebelakang Naeun

Tak bergeming Naeun hanya menatap Nayeon yang perlahan mulai melangkah mendekat padanya.

"aku ingin bicara padamu" tukas Nayeon setelah berada tepat dihadapan Naeun

"kau sudah bicara sekarang, kenapa harus mengkonfirmasinya lagi" ejek Naeun dengan wajah dingin

Seulgi nyaris terkekeh melihat itu sementara Nayeon nampak kesal. Cepat tangan yeoja itu meraih ponselnya kemudian mengarahkan benda tersebut kewajah Naeun. merasa terganggu Naeun menjauhkan wajahnya dari ponsel milik Nayeon sambil menatap kesal yeoja itu.

"jelaskan, apa arti gambar ini?" tanya Nayeon membuat Naeun menoleh malas kearah ponsel tersebut

Naeun sedikit tersentak mendapati gambar keberasamaannya dengan Niel terdapat disana. Seulgi yang ikut melihat juga tampak terkejut sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

"apa yang sedang kau lakukan dengan namja chingguku huh?" tanya Nayeon membuat pandangan Naeun kembali mengarah padanya

"kenapa kau bertanya padaku? tanyakan saja pada namja chinggumu sana" jawab Naeun

"ya, jagan main2 aku sedang tak ingin melakukannya" sungut Nayeon

"apa kau kira aku mau bermain denganmu? aku juga tak mau bermain2 terlebih padamu" balas Naeun

"ya, Son Naeun" Nayeon menatap tajam Naeun

"hey...kau tak bisa memanggil sunbaemu dengan ucapan seperti itu" larang Seulgi

"diamlah, jangan ikut campur masalahku" Nayeon memandang tajam Seulgi

Seketika Seulgi ciut dan kembali bersembunyi dibelakang Naeun.

"apa kau sedang merayu namja chingguku Son Naeun? kau sedang memintanya kembali padamu huh?" tuduh Nayeon

"buat apa aku melakukan itu? apa kau kira aku sudah tak waras sehingga melakukan semua itu" balas Naeun

"lalu kenapa kau bersama namjaku digambar ini, jelaskan padaku Son Naeun" pinta Nayeon kasar

"aku tak mau menjelaskan apapun, kalau memang kau sangat penasaran tanyakan saja pada namja chinggumu" Naeun berbalik bersiap pergi

"jankaman" tahan Nayeon menarik paksa lengan Naeun

"apa yang kau lakukan lepaskan aku" Naeun menarik lengannya

"tidak sebelum kau menjelaskan semua ini"

"kau tuli, aku tak mau menjelaskan apapun padamu" ulang Naeun

"tapi aku mau mendengar semua darimu" paksa Nayeon

Kesal Naeun menyentak tangannya keras membuat Nayeon terjatuh kebelakang. Yeoja itu meringis sementara Naeun tersenyum sinis padanya.

"otte? apa itu sakit?" ejek Naeun dengan tangan yang dilipat di dada

"Son Naeun" sebuah suara lain membuat Naeun, Nayeon juga Seulgi menoleh bersamaan

"oppa" panggil Nayeon manja

Naeun mendengus terlebih saat yeoja itu mulai memasang mimik sedih.

"apa yang terjadi? kenapa kau jatuh begini?" tanya Niel seraya membantu Nayeon bangkit

"yeoja itu mendorongku, dia yang membuatku terjatuh seperti ini" tuduh Nayeon

"ya, kau mengada2" Seulgi ikut buka suara

Niel diam dia memandang Naeun lurus sementara yeoja itu menatapnya dingin.

"Jaebum, bisa bawa Nayeon ke mobilku?" tanyanya pada Jaebum yang juga ikut bersamanya tadi

"oppa, aku tak mau pergi dari sini" rengek Nayeon

"pergilah dulu dengan Jaebum, oppa harus menyelesaikan ini" Niel berujar lembut pada Nayeon

"oppa" kembali Nayeon merengek

"jebal, dengarkan oppa" kali ini Niel berujar sedikit tegas

"arasso" jawab Nayeon terpaksa.

Dengan langkah diseret Nayeonpun berlalu bersama Jaebum yang berjalan dibelakang nya. Sepeninggalan Nayeon dan Jaebum kembali Niel memandang Naeun yang masih berdiri kaku ditempatnya.

"kenapa kau harus seperti ini Naeun?" tanya Niel lemah

"seperti apa maksudmu?" Naeun balas bertanya

"kenapa kau terus menyakiti Nayeon?" Niel memperjelas pertanyaannya

"aku? kapan?" Naeun masih berujar dengan nada dingin

"jika kau terus menyakitinya aku yang akan kesulitan nantinya Naeun" Niel menatap putus asa pada Naeun

Naeun sedikit kesal mendengar itu, tangannya bahkan sudah mengepal karena menahan geram dihatinya.

"tak bisakah kau bersikap baik padanya agar semuanya mudah bagiku?" tukas Niel

"hanya karena dia bilang aku mendorongnya lantas kau percaya itu yang terjadi?" balas Naeun sembari menatap tajam Niel

"pada kenyataannya itu yang kulihat" jawab Niel

"memangnya apa yang kau lihat? kau bahkan tak melihat apapun" sanggah Naeun

Kali ini Niel terbungkam karena kebenaran yang dilontarkan Naeun.

"kau tahu Ahn Daniel sejak semalam aku sudah merasa sosokmu itu menggelikan" ejek Naeun sinis

"kau mengatakan ingin memperbaiki semua denganku, tapi kau justru lebih mempercayai ucapan orang lain dan menuduhku dengan kejam" tambahnya lagi

Lidah Niel kian kelu mendapatkan tiap lontaran kata yang diucapkan Naeun padanya.

"sekarang aku tahu, keberadaanku memang adalah sebuah lelucon bagimu" tambah Naeun sinis pada Niel

"anniyo, Naeun tak seperti itu" sanggah Niel

Naeun tak membalas dia hanya mengacungkan telapak tangannya pada Niel mengisyaratkan agar namja itu diam.

"aku tak mau mendengar apapun darimu, simpan saja semua yang mau kau bicarakan untuk dirimu sendiri" tukas Naeun kemudian berlalu

"Naeun...Son Naeun" panggil Niel namun tak digubris oleh Naeun

Namja itu nampak menghela nafas putus asa, kemudian menatap Seulgi yang masih berada di tempat itu bersamanya.

"Naeun tak mendorong yeoja chinggumu, dia jatuh sendiri karena berusaha menarik lengan Naeun" jelas Seulgi tanpa diminta

Niel diam merasa bersalah atas sikap yang dia tunjukan pada Naeun

"dasar bodoh" ejek Seulgi kemudian ikut berlalu

Tinggallah Niel disana merutuki semua kebodohan yang baru saja dia lakukan. dilain tempat Namjoon justru terlihat fokus dengan latihan baseballnya, sesekali namja itu memberikan beberapa pengarahan pada hobae yang sedang berlatih dengan dirinya.

"Namjoon-a" panggil Chunji yang sudah berdiri disisi Namjoon

Namjoon hanya menoleh pada namja itu tanpa menjawab panggilannya.

"tadi pagi aku melihatmu bersama Naeun...kalian terlihat mesra, apa kau sudah menyatakan cintamu padanya?" tanya Chunji pada Namjoon

"anniyo" jawab Namjoon

"jongmal? Lalu kenapa aku melihat Naeun mengandeng tanganmu?"

"kira2 kenapa ya?" jawab Namjoon setengah bercanda

"ya! hyungmu bertanya malah kau jawab dengan pertanyaan" protes Chunji sembari memukul kepala Namjoon dengan sarung tangan.

"kami hanya berjalan ke kelas bersama, kurasa tak ada yang salah dengan itu" jawab Namjoon biasa

"tapi kenapa Naeun menggandeng tanganmu?"

"kau bisa bertanya padanya kalau kau mau" jawab Namjoon

"mana aku berani" tukas Chunji dengan raut wajah takut

Namjoon tak menjawab hanya tersenyum lebar seperti yang biasa dia lakukan.

"Namjoon-a..apa kau benar2 serius menyukai Naeun?" tanya Chunji lagi

"kenapa memangnya hyung?" Namjoon balas bertanya

"banyak pembicaraan buruk yang kudengar tentang yeoja itu, apa kau tak takut jika semua yang dikatakan orang2 mengenai Naeun itu benar?" tukas Chunji

"mereka yang bicara mengenai hal buruk tentang Naeun bahkan belum pernah bertegur sapa dengan yeoja itu. jadi..untuk apa aku mundur hanya karena perkataan mereka?" jawab Namjoon

"tapi...bisa saja semua itu benar bukan?" tukas Chunji lagi

"benar atau tidak aku tak perduli hyung. Yang penting sekarang aku bisa lebih dekat dengannya itu sudah menyenangkan" ungkap Namjoon

Chunji tersenyum mendengar ucapan Namjoon, namja itu nampak kagum dengan ketetapan hati Namjoon.

"kau benar2 keren Namjoon-a" puji Chunji kemudian

"aku sudah keren sejak aku lahir, kenapa hyung baru sadar sekarang" Namjoon berujar penuh percaya diri

"aish...bocah kau bukan saja keren, tapi juga terlalu percaya diri" ujar Chunji seraya terkekeh

Namjoon ikut terkekeh pelan sembari merangkul pundak Chunji. Keduanyapun kembali berlatih dengan serius sembari sesekali berbincang ringan.

*

Namjoon kini sudah menendarai mobilnya hendak meninggalkan Konkuk, namun pandangan matanya mengarah pada Naeun yang sedang berdiri disisi gerbang menunggu seseorang.

"Tin..Tin" Namjoon menekan klaksonnya

Naeun menoleh kaget padanya membuat Namjoon tersenyum sembari membuka kaca jendela mobilnya.

"kau menunggu siapa?" tanya Namjoon ramah

Bukan menjawab Naeun hanya memalingkan wajahnya seolah tak mendengar ucapan yang Namjoon katakan padanya.

"Son Naeun..aku sedang bicara padamu" tukas Namjoon lagi

Masih tak ada respon dari Naeun, yeoja itu bahkan menggeser tubuhnya sedikit menjauhi kendaraan Namjoon. senyum Namjoon mengembang melihat tingkah Naeun yang dirasakannya lucu, namja itupun memilih mematikan mobilnya kemudian turun menghampiri Naeun.

"ya, apa kau kira aku angin? Mengapa tak menjawab pertanyaanku?" tanya Namjoon saat sudah ada disisi Naeun

Naeun hanya menatap malas tanpa menjawab pertanyaan yang Namjoon lontarkan padanya.

"kau menunggu siapa? Apa supirmu?" tanya Namjoon lagi

"berhenti perduli padaku, itu menyebalkan" jawab Naeun ketus

"hey..apa begini caramu berterimakasih setelah aku menolongmu tadi pagi?" balas Namjoon masih dengan senyum diwajahnya

"aku sudah membalas bantuanmu dengan mengizinkanmu duduk disebelahku" tanggap Naeun

Namjoon tertawa pelan sementara Naeun sudah membuang pandangannya dari namja tersebut.

"kau benar2 memiliki kata2 dingin, apa kau sungguh2 gunung es hmm?" Namjoon mendekatkan wajahnya pada Naeun

"apa yang kau lakukan?" Naeun mendorong tubuh Namjoon pelan

"memastikan apa benar kalau kau itu gunung es" jawab Namjoon ringan

"kau bodoh?" sungut Naeun

"anni, aku tampan" balas Namjoon sambil mengerlingkan matanya.

"ish...gila" Naeun kian menjauhkan tubuhnya dari Namjoon

Kembali Namjoon terkekeh kemudian menatap kearah langit, mendung menggantung jelas seakan siap menumpahkan cairan bening dari langit.

"sudah mau hujan, kau ikut saja bersamaku. Mungkin supirmu takkan menjemput" Namjoon menawarkan bantuan

"jangan sok baik, jika kau mau pulang..kau bisa segera pulang" tolak Naeun

"kau bisa kehujanan jika terus berada disini" tukas Namjoon lagi

"aku yang kehujanan, kenapa kau harus mengurusiku?" balas Naeun masih dengan nada ketus

"itu karena aku perduli padamu" jawab Namjoon

"aku tak memerlukannya"

"hey..kenapa kau sangat keras kepala huh?" Namjoon berujar sembari berkacak pinggang

Kali ini Naeun tak menjawab hanya membalas tatapan Namjoon dengan pandangan dingin miliknya. Keduanya diam sambil saling bersitatap hingga dering ponsel Naeun mengalihkan pandangan yeoja itu.

"ahjussi anda dimana? aku sudah menunggu sejak tadi didepan kampus" tukas Naeun bernada kesal

"jweisohamnida agassi, aku tak bisa menjemput anda. Putraku sakit dan harus segera dibawa kerumah sakit" tukas supir Naeun

"jincayo? sakit apa? apa parah?" wajah kesal Naeun berubah cemas kini

"demamnya tinggi dan sekarang sedang diberi penanganan awal. Kuharap dia akan baik2 saja" suara supir Naeun terdengar serak menahan tangis

"arasso..kalau begitu ahjussi tak perlu menjemputku, aku akan naik taksi pulang" tukas Naeun

"gamsahamnida agassi, juga noumu jweisohamnida"tukas supir itu lagi

"ne, gwenchana" jawab Naeun sambil memutuskan panggilan

Yeoja itu segera kembali memasukan ponselnya kesaku rok kemudian mulai beranjak

"hey..kau mau kemana?" tangan Namjoon meraih lengan Naeun

"lepaskan tanganmu dari tubuhku" perintah Naeun

"jawab dulu pertanyaanku" balas Namjoon

"apa orang2 memiliki hobi baru yang sama sekarang?" tanya Naeun dengan wajah syarat kekesalan

"maksudmu?" Namjoon tak mengerti

"kenapa kalian semua seenaknya memaksaku tanpa mau mendengar ucapanku?" tanya Naeun

Namjoon melepaskan tangannya sambil menatap wajah Naeun yang masih kesal.

"mianhae" sesalnya

Tak menjawab Naeun hanya mendengus kesal, yeoja itu mencoba menarik nafas dalam untuk menetralkan marahnya. Naeunpun melayangkan tatapannya sesaat kearah lain, namun matanya menangkap sosok Niel mulai mendekat pada mereka.

"buka pintunya" ujar Naeun cepat

"ne?" tanya Namjoon tak mengerti justru menatap bingung pada Naeun.

"kau mau memberi tumpangan bukan?" Naeun menatap Namjoon dengan mata membulat

"ne" jawab Namjoon

"kalau begitu buka pintunya untukku" perintah Naeun

"tapi...bukankah kau tak mau ikut" tukas Namjoon masih heran

"aku berubah pikiran, sekarang cepat buka pintunya" Naeun berujar geram kini

Dengan setengah kebingungan Namjoon membukakan pintu untuk Naeun, yeoja itupun segera memasuki kendaraan Namjoon. namun sebelum tangan Namjoon menutup pintu mobilnya Niel sudah menahan gerakan namja itu.

"Naeun turunlah, aku ingin bicara denganmu" perintah Niel

Tak ada jawaban dari Naeun, yeoja itu malah membuang pandangannya dari Niel pada Namjoon.

"kajja, bukankah kita akan makan bulgogi, jangan sampai restaurannya penuh karena sepertinya akan hujan" ujarnya pada Namjoon

Namjoon tersenyum lebar mengetahui lagi2 Naeun memanfaatkan keberadaannya untuk membuat Niel menyingkir.

"arasso" jawabnya sedikit mendorong tubuh Niel dari mobilnya

"ya" ujar Niel kesal

"whae?" jawab Namjoon santai

"aku mau bicara dengan Naeun" ujar Niel pada Namjoon

"tapi sepertinya Naeun tak mau bicara padamu" balas Namjoon

"dia tak mengatakan apapun, jadi jangan menyimpulkan sesukamu" Niel menatap Namjoon tidak suka

Namjoon diam kemudian memandang Naeun yang menatap mereka berdua.

"Naeun..kau mau makan bersamaku atau bicara dengan namja ini?" tanya Namjoon padanya

"makan denganmu" jawab Naeun tanpa ragu

Kembali Namjoon menatap Niel yang nampak memandang Naeun tak percaya.

"kau sudah dengar bukan? jadi sebaiknya menepilah" Namjoon mendorong tubuh Niel sedikit kasar kemudian berjalan kearah kemudi

"Naeun..kita perlu bicara, berikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya" pinta Niel seraya memegang pintu mobil Namjoon yang kacanya masih terbuka

Tak mau mendengar Naeun justru menutup pintu kaca tersebut membuat tangan Niel nyaris terjepit.

"Naeun..Naeun" panggilnya mengetuk pintu jendela yang sudah tertutup.

"ya, cepat jalan...apa yang kau tunggu?" tanya Naeun memandang Namjoon yang tak kunjung melajukan mobilnya

"aku menunggu kau memasang ini" tukas Namjoon menarik sabuk pengaman disisi Naeun

Sejenak Naeun menahan nafasnya, saat menyadari wajah Namjoon yang begitu dekat dengan wajahnya. Rasa guguppun mulai mendominasi hatinya saat Namjoon selesai memakaikan sabuk pengaman ditubuhnya.

"sekarang kita bisa berangkat" ujar Namjoon santai sambil melajukan kendaraan miliknya meninggalkan sosok Niel disana

Niel hanya bisa menendang batu kesal mendapati kendaraan yang membawa tubuh Naeun berlalu begitu saja meninggalkannya.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro