2
"ya, apa kau dengar?" seorang yeoja berujar tepat disisi kanan Naeun dan Seulgi
"tentang apa?" tanya yeoja yang lain
"katanya Naeun berkencan dengan Namjoon" jawab yeoja pertama
"jongmalyo?" suara yeoja kedua terdengar kaget
Sesaat keduanya bahkan melemparkan pandangan kearah Naeun yang memilih mengabaikan kedua yeoja itu dengan membaca buku miliknya.
"ne, mereka terlihat jalan bersama ke lapangan baseball kemarin"
Keduanya diam sejenak membuat Seulgi memandang sekilas kearah kedua yeoja tersebut. yeoja2 itupun berpura2 tak melihat Naeun dan Seulgi lantas melanjutkan pembicaraan mereka.
"tapi tak mungkin mereka pacaran" sanggah yeoja kedua dengan suara sedikit keras seolah ingin Naeun mendengarkannya.
"whaeyo?" tanya yeoja pertama
"kau tahukan siapa Naeun? Namjoon takkan mau mengencani yeoja dingin sepertinya"
"majayo...bahkan orang2 sudah menjulukinya yeoja gunung es" yeoja pertama terkekeh pelan
"aish..yeoja2 itu, apa mereka kira suara mereka tak terdengar kemari huh?" Seulgi nampak bangkit dari duduknya
"kau mau kemana?" tanya Naeun tenang
"aku mau menghampiri yeoja2 itu dan memberikan mereka sedikit pelajaran" jelas Seulgi
"tak usah...duduk saja" perintah Naeun tanpa mengarahkan pandangannya pada sang sahabat.
"whaeyo? mereka menceritakanmu Son Naeun" Seulgi kembali duduk sembari memandang Naeun
"abaikan saja, anggap kau tak mendengar apapun" pinta Naeun
"mwo?" mata Seulgi membulat
"tak ada gunanya memarahi yeoja2 seperti itu, hanya membuang tenaga dan waktu" tukas Naeun kali ini sambil menatap tepat ke kedua mata Seulgi.
"arasso" ujar Seulgi dengan suara lemah
Yeoja itu diam di samping Naeun dengan mengabaikan perbincangan yeoja2 di sisi mereka.
"tapi...apa benar kau dan Namjoon berkencan?" tanya Seulgi sedikit berhati2
Naeun sedikit tersentak dengan pertanyaan Seulgi dan segera menatap tajam yeoja itu. sang sahabatpun nampak menggaruk kepalanya yang tak gatal karena merasa sudah salah bicara.
"neo michoso? Kenapa aku harus berkencan dengannya?" tanya Naeun
"tapi kau pergi bersamanya kelapangan kemarin" tukas Seulgi
"hanya karena aku pergi bersamanya kelapangan kau lantas mengatakan aku berkencan dengan namja itu. lalu...jika aku pergi bersama namja lain, kau juga akan berpikir yang sama?" urai Naeun
Seulgi terdiam tak mampu membalas ucapan yang Naeun lontarkan
"Namjoon mau ke lapangan begitupun dengan aku. apa hal itu begitu salah hingga semua orang2 berpikir kalau aku berkencan dengannya?" tambah Naeun
"bukan begitu Naeun, kau...bukan yeoja yang bisa dekat dengan seorang namja. Jadi...saat kau terlihat bersama seorang namja itu akan menjadi perbincangan" jelas Seulgi
Naeun menarik nafas dalam mencoba meredakan amarah yang nyaris saja terluapkan, baru saja bibirnya akan terbuka kembali untuk menjelaskan pada Seulgi namun sebuah suara sudah menyela yeoja itu.
"Son Naeun" Sosok Namjoon tiba2 sudah ada dihadapan Naeun
"Kim Namjoon" Seulgi yang duduk disamping Naeun nampak memandang takjub
Berbeda dengan Naeun yang menatap namja itu biasa2 saja, alis Naeun bahkan saling bertaut manakala Namjoon tanpa segan duduk dihadapannya dan Seulgi.
"igot" ujarnya menyerahkan sebuah kotak pada Naeun
"apa ini?"tanya Naeun
"itu kue mochi" jawab Namjoon
Hal itu kembali membuat alis Naeun saling bertaut begitupun dengan Seulgi.
"tetanggaku ada yang baru pulang dari Jepang dan membawakan kue ini cukup banyak. Takut tak habis aku membawakan ini untukmu" jelas Namjoon tanpa diminta
"kau bisa memberikannya pada orang lain, kenapa harus padaku?" tanya Naeun tak paham
"aku memberikannya padamu karena kita berteman" jelas Namjoon
Lagi2 Namjoon berhasil membuat Naeun keheranan dengan jawaban yang namja itu lontarkan padanya.
"berteman? Kita? sejak kapan?" tukas Naeun disela kebingungan yang melandanya.
"Sejak kemarin, apa kau lupa?" jawab Namjoon tanpa beban
Naeun terperangah mendengar itu tak berbeda dengan Seulgi.
"kue mochi ini sangat enak, jadi kau harus menghabiskannya ya" Namjoon bangkit dari duduknya
Tak ada jawaban dari Naeun dia hanya menatap Namjoon yang membenarkan letak tas yang tersampir dipundaknya dengan tatapan tak percaya.
"aku pergi dulu, dah Naeun" pamit Namjoon kemudian berlalu
Naeun tak membalas, yeoja itu membiarkan Namjoon berlalu begitu saja. Sepeningalan Namjoon, Seulgi membuka kotak kue mochi itu kemudian memakan kue tersebut.
"hmm, Naeun....mochinya sangat enak. cobalah" ujar Seulgi tanpa tahu perasaan Naeun yang kacau
"kau saja yang makan aku tak selera" Naeun beranjak dari duduknya
"ye, neo oddie?" tanya Seulgi ikut bangkit
"ke kelas" jawab Naeun sambil berlalu
Dengan sedikit terburu, Seulgi meraih kotak kue mochi kemudian berlari mengikuti langkah Naeun yang sudah menjauh darinya. berlawanan arah dengan Naeun, Namjoon justru melangkah menuju lapangan baseball. Namja itu terlihat menghampiri Chunji yang sedang melakukan pemanasan bersama Ilhoon.
"apa aku terlambat?" tanya Namjoon ketika sudah berdiri tepat disisi keduanya
"anni, Byung hyun hyung juga belum datang" jawab Ilhoon
"baguslah" Namjoon tersenyum dan ikut melakukan pemanasan
"akhir2 ini kau sering terlambat latihan, ada apa?" tanya Chunji
Bukan menjawab Namjoon hanya membalas pertanyaan Chunji dengan seulas senyuman.
"mwoya? kenapa kau malah tersenyum?" Chunji nampak heran
Ilhoon yang memperhatikan keduanya menghentikan pemanasannya kemudian memandang Namjoon serius.
"ya! jangan bilang kau terlambat karena yeoja yang kemarin" tukas Ilhoon
Senyum Namjoon semakin lebar mendengar apa yang Ilhoon ucapkan, membuat Chunji melakukan hal yang sama.
"heol..tebakanku benar?" Tukas Ilhoon tak percaya
"hmm" jawab Namjoon
Chunji terkekeh mendengar itu namun tidak dengan Ilhoon. wajah namja itu terlihat sangat serius kini.
"Namjoon-a...apa kabar itu benar?" tanya Ilhoon
"kabar? Kabar yang mana?" Namjoon balas bertanya
"kabar yang mengatakan kalau kau dan yeoja kemarin berpacaran" jelas Ilhoon
Sesaat Namjoon berpikir namun masih mempertahankan senyum di wajahnya.
"ah...kabar itu" Namjoon mengangguk mengerti
"anni..kami tidak berpacaran, tepatnya belum" jawab Namjoon kemudian
"mwoya? apa kau berencana menjadikan yeoja itu yeoja chinggumu?" tanya Ilhoon
Kembali Namjoon hanya tersenyum membalas pertanyaan chinggunya tersebut.
"ya!..apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?" tukas Ilhoon lagi
"whaeyo...kenapa kau jadi marah2?" Chunji nampak heran
"aku bukan marah, hanya mencemaskan Namjoon" papar Ilhoon
"mencemaskan Namjoon?" ulang Chunji
"apa yang harus kau cemaskan dariku?" Namjoon ikut bertanya.
Ilhoon menarik nafas pelan kemudian lebih mendekat pada Namjoon kini.
"Namjoon-a...apa kau tahu yeoja yang bersamamu kemarin itu?" tanya Ilhoon
"ne, tentu saja aku sekelas dengannya sejak semester awal. Nama yeoja itu Son Naeun" jelas Namjoon
"apa kau pernah mendengar rumor perihal dia?" tanya Ilhoon lagi
"rumor? Rumor apa?" Namjoon tampak heran
"jadi kau belum mendengarnya?" tanya Ilhoon
Gelengan kepala Namjoon menjawab pertanyaan yang diarahkan Ilhoon untuknya.
"Kim Namjoon...yang aku dengar dari orang2, Naeun itu yeoja yang dingin. Dia..seperti sebuah gunung es yang besar. Dia selalu bersikap dingin pada semua orang dan juga tak pernah mau bersikap ramah pada orang lain" papar Ilhoon
"wah..aku tak tahu kalau Naeun sekejam itu. kukira selama ini dia hanya pendiam saja" Chunji ikut berkomentar
Namjoon masih diam belum memberi komentar apapun dengan ucapan yang lontarkan Ilhoon.
"dan ada juga yang bilang, dia selalu meremehkan namja2 yang menyatakan cinta padanya. dia itu pemilih Namjoon-a, tak ada yang tahu standar namja yang bisa meluluhkan hati Naeun" tambah Ilhoon lagi
Masih tak ada balasan dari Namjoon, namja itu membiarkan Ilhoon terus mengomentari tentang sosok Naeun.
"apa hanya itu?" tanya Namjoon setelah Ilhoon tak lagi berujar tentang Naeun.
"ne?" Ilhoon mengernyitkan alisnya heran
"apa hanya itu hal buruk mengenai Naeun yang kau ketahui?" tanya Namjoon lagi
"ne" jawab Ilhoon
Senyum Namjoonpun kembali mengembang mendengar jawaban Ilhoon membuat namja itu dan Chunji saling pandang dengan tatapan heran.
"lalu apa kau kira aku akan mundur hanya karena itu?" kembali Namjoon bertanya
Kali ini giliran Ilhoon yang terdiam sambil memandang lurus Namjoon begitupun Chunji.
"aku takkan mundur hanya karena gambaran buruk dari orang2 yang tak mengenal Naeun" ujar Namjoon
"gambaran buruk?" ulang Chunji
"ne, gambaran buruk. Kurasa itu semua hanyalah buah bibir dari orang2 yang tak suka dengan Naeun saja" jelas Namjoon
"mwoya? kenapa kau terlihat begitu yakin?" tanya Ilhoon heran
"karena aku mengenal yeoja itu" jawab Namjoon
"ne?" Chunji dan Ilhoon berujar bersamaan.
"aku mengenalnya lebih baik dari orang2 yang menyebarkan gambaran buruk yang baru saja kau paparkan" tukas Namjoon sembari melakukan pemanasan
Ilhoon menatap Chunji dengan pandangan keheranan, mendapati hal itu Chunji hanya mengendikan bahu sambil ikut melakukan pemanasan kembali. Tak memiliki pilihan Ilhoonpun melakukan hal yang sama seperti rekan2nya.
*
Arena Hockey Konkuk siang itu
Niel baru selesai latihan, namja itu terlihat melepas perlengkapan latihannya di sisi lapangan.
"ya kau sudah dengar?" tanya seorang chinggu yang bersamanya
"dengar? Tentang apa?" Niel balas bertanya
"Son Naeun, mantan yeoja chinggumu" jawab namja itu
Niel yang sedang melepas sarung tangannya nampak menghentikan kegiatan lantas memandang chinggunya itu lekat.
"sepertinya dia sudah berhasil melupakanmu sekarang" ujar namja itu
"maksudmu?" Niel meminta kejelasan
"Son Naeun sepertinya sudah berhasil melepas bayang2 kenangan masa lalu yang kalian lewati bersama" ujar namja itu lagi
"Ya, Im Jaebum...bisa jangan berbelit2. Langsung saja dengan topiknya, apa maksud ucapanmu?" Niel nampak tak sabaran
"memangnya kau belum dengar ya?" Jaebum kembali bertanya
"mendengar apa?" Niel kian penasaran
"hey...masak kau tak mendengarnya? padahal nyaris semua anggota club kita tahu" papar Jaebum
"sebenarnya kabar apa yang kau bawa tuan Im?" tukas Niel dengan kesal yang sudah memuncak
"ya...kau benar2 tak mendengar kalau Son Naeun berpacaran dengan Kim Namjoon?" tanya Jaebum akhirnya
"mwo?" ujar Niel tak percaya
"aku mendengar kabar ini dari Sandeul tadi pagi" jelasnya tanpa diminta
Niel diam sesaat kemudian tersenyum sinis, hal itu membuat Jaebum mengernyitkan alisnya pada chinggunya tersebut karena merasa heran.
"ya, kabar itu tak benar" tukas Niel meluruskan
"ne?"
"kabar yang kau bawa itu, sama sekali tak benar" sanggah Niel melihat reaksi Jaebum.
"jincayo? jadi ini hanya gosip saja?" Jaebum mencoba mencari tahu
"hmm...itu bukan hanya gosip tapi omong kosong" papar Niel
"hey...darimana kau tahu hal itu?" Jaebum tak percaya
"aku tahu karena aku mengenal Son Naeun dengan sangat baik. dia..tak mungkin menyukai namja seperti Kim Namjoon" ujar Niel
"whaeyo? kenapa tak mungkin?"
"karena namja itu bukan tipe Naeun"
"lalu seperti apa tipe Naeun?" tanya Jaebum sembari melipat tangannya di dada
"tentu saja sepertiku" jawab Niel angkuh
"maksudmu namja sombong yang diam2 berhubungan dengan chinggu baiknya sendiri?" ejek Jaebum
"ya, kenapa kau jadi mengungkit itu?" Niel tak terima
"ya, itu kenyataan" balas Jaebum
"walau itu kenyataan kau tak harus mempertegasnya?"
"whae? apa kau merasa bersalah dengan itu?" tanya Jaebum
Niel tak menjawab, hanya diam sembari memandang arena hockey yang sudah kosong
"atau kau menyesal?" tanya Jaebum lagi
"apa maksudmu?" Niel kembali menatap Jaebum
"kau sebenarnya ingin kembali pada Naeun bukan?" tuduh Jaebum
"ya! jangan menyebarkan berita yang tidak2. Jika ada yang mendengar maka mereka bisa berpikir itu kenyataan" Niel mencoba menyangkal
"berhenti berpura2 Ahn Daniel, aku mengenalmu dengan sangat baik" Jaebum menatap Niel lekat
Mendapati tatapan itu kembali Niel terdiam, entah kenapa lidahnya menjadi kelu tiba2. Hal itu membuat Jaebum segera merekahkan sebuah smirk di wajahnya.
"sudah lama aku melihatmu terus memperhatikan Son Naeun. belakangan bahkan kau sengaja mendatangi tempat2 yang yeoja itu datangi, seperti berharap kalau Son Naeun akan menyapamu" papar Jaebum
"aku tak seperti itu" sanggah Niel
"jincayo?" Jaebum tak percaya
"lalu kenapa kau jadi rajin ke perpustakaan?" tanya Jaebum
"bukankah biasanya kau malas menginjakan kakimu disana?" lanjutnya kemudian
"aku kesana karena harus menyelesaikan tugas dari Yoo Sonsanim, bukankah kau tahu dia sangat menakutkan?" Niel mencoba memberi alasan
"ara...kalau begitu kenapa aku juga sering melihatmu duduk ditaman?" tanya Jaebum lagi
"ya, itu untuk mencari udara segar" kembali Niel mengurai alasannya
"hmm, begitu" Jaebum mengangguk sambil tersenyum punh arti.
"lantas apa alasanmu tentang semua gambar2 Naeun yang ada di ponselmu? Itu untuk apa?" tanya Jaebum
"ya! kau membuka ponselku?" Niel malah balas bertanya
"ne, kemarin...kau memberiku izin bukan?" tukas Jaebum
"aku memberimu izin membuka folder musik. Kenapa membuka folder yang lain?" sungut Niel
"hanya penasaran" jawab Jaebum tanpa rasa berdosa
"aish...namja ini" Niel nampak menatap Jaebum kesal
"whae? apa reaksimu ini berarti ucapanku benar?" tanya Jaebum
"benar apanya? Yang kau lihat itu hanya folder lama yang lupa kuhapus" sanggah Niel
"folder lama yang lupa dihapus?" ulang Jaebum sambil terkekeh
"ne" jawab Niel
"ya, kau pikir aku namja bodoh huh?" ejek Jaebum
"semua gambar yang kulihat adalah gambar terbaru milik Naeun" tambahnya lagi
"darimana kau tahu itu gambar barunya? bukan kau yang memotret yeoja itu" tukas Niel
"dari tanggal pengambilan gambarnya bodoh" jelas Jaebum membuat Niel mati kutu
Namja itupun terdiam sembari merutuki kebodohannya hal itu langsung membuat tawa Jaebum berderai.
"masih mau menyangkal?" kembali Jaebum mengejek Niel setelah tawanya sedikit reda.
Niel hanya diam sembari menggeleng pelan pada Jaebum.
"kau ini...apa kau kira bisa menyimpan rahasia ini dariku huh?" kembali Jaebum terkekeh pelan
"ne, seharusnya aku tahu kalau tak ada yang bisa kurahasiakan dari namja ingin tahu sepertimu"jawab Niel
Tawa Jaebum semakin terdengar bersama tangannya yang merangkul pundak Niel.
"jadi...apa fellingku benar? kau..menyesal memutuskan Naeun?" tanya Jaebum dengan suara rendah
"apa itu bisa disebut penyesalan? Aku bahkan tak mengerti apa yang kurasakan" jelas Niel
Jaebum megernyitkan alisnya tanda tak mengerti dengan ucapan Niel.
"saat mulai berhubungan dengan Nayeon, aku merasa hubungan kami sangatlah menarik. Nayeon bisa terus membuatku tersenyum, sangat berbeda dengan Naeun yang sedikit muram" papar Niel
"ketika memutuskan Naeun, aku juga tak merasa kalau keputusanku itu salah. aku pikir akan lebih baik melepaskannya saat itu daripada membuatnya semakin tersakiti dengan kehadiranku disisinya" tambah Niel lagi
Niel diam sesaat mencoba menarik nafas untuk mengisi rongga dadanya yang terasa sesak.
"tapi...beberapa waktu ini aku merasa hal lain" ujar Niel setelah jeda cukup lama
"merasakan apa?" tanya Jaebum penasaran
"entahlah...aku tak paham. tapi...setiap kali aku menatap wajah Naeun, aku seperti ingin kembali berada disampingnya" papar Niel
"aku..ingin kembali menjadi namja yang menggegam jemarinya, juga menjadi orang yang selalu ada disisi yeoja itu" tambahnya lagi
Tak ada tanggapan dari Jaebum, namja itu hanya mendengar semua ucapan Niel tanpa berniat memotong ucapannya.
"tiba2 dihatiku muncul pengharapan, seandainya Naeun menyapaku walau hanya sekali. Atau...setidaknya dia membiarkanku mendekat agar bisa menjadi sahabatnya. Atau...seandainya dia bisa memaafkan semua yang kulakukan dan memberiku kesempatan mengulang semua dari awal" suara Niel terdengar putus asa
Kembali jeda mengisi keberadaan mereka, hanya helaan nafas panjang Niel yang terdengar bersama tatapan iba Jaebum.
"apa ini sebuah penyesalan?" tanya Niel pada Jaebum
"ne, kurasa itu memang penyesalan" jawab Jaebum tak mencoba membantah
"jincayo?" Niel tersenyum getir
"hmm" jawab Jaebum lagi
"lalu aku harus apa? aku kira tak ada gunanya merasakan hal ini bukan?" tukas Niel lagi
"molla, aku tak begitu pintar memikirkan hal2 rumit seperti ini" tukas Jaebum
Niel menarik nafas lagi untuk kesekian kalinya, membuat Jaebum merasa sedikit tak enak hati.
"mianhae" sesal Jaebum
"kenapa meminta maaf?" tanya Niel heran
"karena tak bisa membantumu" jawab Jaebum
"gwenchana, aku tahu itu bukan keahlianmu. Bukankah kau hanya ahli memuaskan rasa ingin tahumu saja" ejek Niel
"majayo" Jaebum tak terlihat tersinggung.
Nielpun tertawa hambar begitupun dengan Jaebum. Mereka seolah ingin menepis perasaan kacau yang sempat mendera dihati keduanya.
*
"kau datang lagi?" tanya Namjoon ramah pada sosok Seulgi yang menonton latihan club baseball siang itu
"aku memang selalu datang bukan?" balas Seulgi tak kalah ramah
Namjoon mengangguk mebenarkan kemudian namja tersebut menatap sekitar berharap menemukan Naeun.
"mencari Naeun?" tanya Seulgi mendapati itu
Tak menjawab Namjoon hanya tersenyum kaku membuat Seulgi ikut menarik senyum di wajahnya juga.
"dia tak pergi bersamaku, Naeun sudah pulang tadi" jawab Seulgi kemudian.
"pulang? kenapa begitu cepat?" tanya Namjoon heran
"kami sudah tak memiliki jam lagi, jadi Naeun memilih pulang lebih cepat" jawab Seulgi
"begitu" Namjoon nampak kecewa
Keduanya diam sesaat hingga mata Namjoon mendapati kotak kue mochi yang dia berikan pada Naeun.
"ini..." ujarnya menunjuk kotak tersebut
Mata Seulgi menatap bangku disisinya dan mendapati kotak kue itu masih disana.
"ah..tadi Naeun menolak memakannya. Jadi aku membawa ini bersamaku, kau tidak keberatan bukan?" tanya Seulgi
Cepat Namjoon menggeleng sembari menarik senyum di wajahnya.
"tapi...kenapa dia menolak memakannya? Apa dia tak suka mochi?" tanya Namjoon yang tak bisa membendung rasa ingin tahunya
Seulgi tersenyum lebar masih mengarahkan pandangan pada Namjoon yang duduk tepat disisinya.
"Naeun memang tak suka makanan manis" jawab Seulgi
"begitukah?"
"ne" jawab Seulgi sambil mengangguk
"kalau begitu apa kau tahu makanan kesukaannya?" tanya Namjoon penasaran
"hmm, kurasa Naeun suka makanan pedas. Kami sering kerestaurant2 yang menyediakan menu dengan level pedas tertinggi. Dan Naeun sangat suka memakan makanan yang pedasnya bisa membuat air keringatmu mengalir tanpa henti" jelas Seulgi
"mati aku, kenapa yeoja itu harus menyukai makanan pedas?" gumam Namjoon dalam hati
"ya..kenapa diam?" tanya Seulgi karena melihat Namjoon yang tercenung
"anni...aku hanya memikirkan sesuatu" jawab Namjoon asal
"sesuatu itu apa Naeun?" tanya Seulgi dengan senyuman lebar
Namjoon tak menjawab hanya balas tersenyum pada Seulgi.
"sepertinya kau benar2 menyukai uri Naeun" tukas Seulgi lagi
Masih tak ada tanggapan dari Namjoon, namja itu hanya menunduk tersipu.
"dia yeoja yang sulit didekati kau tahu itu bukan?" tukas Seulgi
"hmm, arasso" jawab Namjoon
"dia juga tak pandai bersikap manis, kau juga tahu itu bukan?" tukas Seulgi lagi
Kali ini Namjoon hanya mengangguk pelan tanda mengerti.
"dia juga belum tentu memiliki perasaan yang sama seperti yang kau rasakan" kembaliSeulgi berujar
"ne, aku juga tahu itu"jawab Namjoon kali ini dengan suara yang sedikit lebih rendah.
"apa kau masih mau menyukai yeoja seperti chingguku itu?" tanya Seulgi
"ne" jawab Namjoon pasti
"o...kau memiliki jiwa pantang menyerah. Kukira hal itu yang membuatmu menjadi pemain yang bisa diandalkan" Seulgi mengacungkan jempol pada Namjoon
Tawa Namjoon berderai mendengar ucapan yang Seulgi lontarkan untuknya.
"karena kau terlihat yakin maka aku akan mendukungmu sepenuhnya. Jangan segan2 meminta pertolongan dariku jika kau memang memerlukannya. Aku..akan selalu bersedia menolongmu semampuku" tukas Seulgi lagi
"wah..kau sangat baik, gomawo" Namjoon merasa terharu
"simpan terimakasihmu saat Naeun benar2 menerimamu" balas Seulgi
"arasso" Namjoon kembali tersenyum lebar.
*
Sosok Naeun yang kini sudah tiba dikediaman mewahnya, yeoja itu nampak menatap sekeliling rumahnya yang terlihat sepi.
"agassi, anda sudah pulang" seorang yeoja paruh baya menyapa Naeun
Naeun menoleh pada yeoja itu kemudian menarik senyum diwajahnya
"hmm" jawabnya
Yeoja itu mengangguk ikut melemparkan senyum pada Naeun.
"kenapa rumah sepi? Apa omma dan appa tak ada di rumah?" tanya Naeun
"tuan besar belum pulang, kalau nyonya sejak siang tadi pergi" jelas yeoja itu
Kali ini senyum diwajah Naeun menghilang berganti helaan nafas putus asa
"agassi memerlukan sesuatu? Apa agassi ingin saya menyiapkan makanan untuk agassi?" tanya yeoja itu mendapati wajah sedih Naeun
"anni...aku mau belajar. Jadi jangan ganggu aku" tukas Naeun sembari melangkah menuju kamarnya
Yeoja itu melempar tasnya di atas ranjang begitu saja, kemudian duduk di meja belajarnya dengan tenang. tangan Naeun meraih salah satu buku yang ada disana dan membukanya. Namun ia sama sekali tak membaca isi buku itu, Naeun kini hanya tercenung menatap bukunya yang sudah terbuka.
"cantik, pintar, kaya dan memiliki namja chinggu yang baik. kehidupanmu itu terlalu sempurna...jadi aku ingin memiliki satu dari kesempurnaanmu itu" entah kenapa kata2 Nayeon tiba2 terulang begitu saja dipikiran Naeun
Naeun memijat keningnya pelan sembari berusaha mengisi rongga dada yang terasa sesak.
"sempurna? Aku kira aku tak memiliki semua itu sejak aku lahir" bisik Naeun pada dirinya sendiri
Nyaris saja Naeun menangis disana, andai saja tak terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"nugu?" tanya Naeun
"ini saya agassi, Go ahjuma" jawab orang dari luar
"masuk" jawab Naeun sembari menyeka ujung matanya yang berair
Yeoja paruh baya itu masuk dengan membawa nampan yang berisi beberapa makanan.
"ahjuma, bukankah aku bilang tak perlu menyiapkan itu?" ujar Naeun
"saya tahu agassi, saya menyiapkan ini agar jika agassi lapar agassi bisa langsung memakannya tanpa perlu repot2 keluar kamar" tukas bibi Go
Sekali lagi Naeun merasa dadanya sesak, kini bahkan tenggorokannya terasa sakit.
"kenapa kau harus repot memperdulikan itu? bahkan orang tuaku saja tak mau ambil perduli tentangku" ujar Naeun sedih
"mereka bukan tak perduli agassi, mereka hanya sedang sibuk dengan pekerjaan mereka. mereka seperti itu juga karena ingin membahagiakan anda" bibi Go memberi pengertian pada Naeun
"membahagiakanku?" tanya Naeun sinis
"tapi kenapa aku tak merasakan semua itu?" tanyanya untuk diri sendiri
Bibi Go menatap Naeun iba sementara yeoja itu berusaha menahan air matanya.
"sudahlah gomawo sudah mau membawakannya. Letakkan saja semuanya disana, jika aku lapar aku akan memakannya" Naeun menunjuk meja yang ada disisi ranjangnya
"ne, algessemnida" jawab bibi Go lantas melakukan perintah Naeun
Setelah meletakkan nampan berisi makanan bibi Gopun membungkuk sopan dan segera berlalu.
"Sebenarnya hidupku ini seperti apa?" kali ini Naeun tak berhasil membendung air matanya.
Yeoja itupun menelungkupkan wajahnya di meja belajar sembari menangis pelan. Dibiarkan air matanya mengalir deras untuk menghilangkan segala sesak yang terus memenuhi rongga dadanya.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro