Chapter 8 : Ekstrakurikuler Baru
Tok tok tok~
Neko pun segera menutup laptopnya dan membuka pintu kamarnya.
"Rin?" ucap sang gadis saat melihat Rin di depan pintunya dengan senyuman yang menurutnya sangat tak biasa.
"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Rin yang langsung memasuki kamar sang gadis tanpa adanya aba-aba dari sang pemilik kamar.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya sang gadis yang telah menutup pintunya.
"Aku hanya ingin menanyakan keseriusan mu untuk mengikuti band," jawab Rin dengan tatapan serius.
Neko pun menghela nafas sejenak. Ia harus tenang jika akan berhadapan dengan hal yang diperkirakan dapat memancing emosi.
"Band itu kumpulan anak-anak nakal. Bahkan mereka itu para senpai yang selalu di skors selama bersekolah di Dienga," jelas Rin yang merasa khawatir pada sang gadis.
"Di skors? Mengapa di skors?" Sang gadis pun mulai tertarik pada topik yang dibuat oleh Rin.
"Kau seharusnya mengerti, jika siswa yang di skors itu adalah siswa yang membuat kesalahan besar. Seperti senpai yang memakai gelang itu, sebentar lagi ia akan dikeluarkan jika ia terus membolos bahkan terlambat datang ke sekolah," jelas Rin.
Namun, sang gadis hanya berdiam diri. Ia hanya memikirkan hal-hal positif tentang band itu.
"Mengapa senpai membolos? Mengapa senpai datang terlambat?" tanya sang gadis dengan tatapan tak kalah serius.
"Menurut rumor yang beredar, ia berbuat seperti itu karena saat malam dia berkumpul di klub malam," jawab Rin seadanya.
Sang gadis pun tampak mengangguk mengerti lalu berkata, "Bagaimana jika rumor itu salah?"
Rin pun terdiam. Ia tak tahu harus berbicara apa. Karena rumor itupun belum tentu benar adanya. Masih ada banyak rumor tentang para anggota band itu yang masih simpang siur.
"Rin, kumohon. Jangan halangi jalanku untuk bergabung dengan band itu," ucap sang gadis dengan tatapan memohon. Dan Rin tak memberikan respon sama sekali.
"Kurosaki-san, sebenarnya ... apa yang kau incar dari mereka?"
*****
"Ohayou!"
"Ohayou, Sachi," balas Yukia dengan senyuman lembut yang terukir di wajahnya.
Namun, baru beberapa langkah mendekati bangkunya, Sachi merasakan hawa penuh kemarahan sekaligus kekesalan di daerahnya.
'Kowaii ...,' batin Sachi yang sangat tak ingin melangkah ke sana.
"Daijoubu, lewatlah seperti biasa," ucap Yukia dengan nada penuh keyakinan. Sachi pun mengangguk lalu bergegas menuju bangkunya secepat kilat.
"Yukia, apa yang terjadi diantara mereka?" bisik Sachi.
"Hanya pertengkaran kecil saja, kurasa," jawab Yukia seadanya yang membuat Sachi mengangguk lalu menatap Rin dan Neko secara bergantian.
"Apa lihat-lihat?" ucap Rin dengan nada kesal yang membuat Sachi terkejut lalu berkata, "Tidak. Siapa yang melihat mu, Rin? Percaya diri sekali."
"Apa kau bilang!?" Rin pun semakin ingin meluapkan amarahnya pada Sachi yang tak pernah mengerti kondisinya.
"Masih pagi, belum pelajaran, sudah ribut saja."
Suara itupun menginterupsi Rin yang hendak datang ke bangku Sachi. Tentunya, kehadiran Rin itu untuk mengibarkan bendera perang pada gadis yang tak pernah peka.
"Ah! Ohayou, Chiba!" sapa Sachi dengan riang.
"Oha~" balas Chiba dengan tatapan malas lalu ia pun duduk di bangkunya yang berada diantara Rin dan Neko.
Dan kesan yang ia terima saat itu ialah sebuah keheningan. Biasanya, Rin akan menjahili Sachi ataupun mencoba berdiskusi dengan Yukia. Namun, kali ini Rin hanya diam.
"Eum ... Chiba, rasanya sungguh aneh berada disini," ucap Sachi yang berusaha mencari topik.
"Tidak juga. Begini lebih baik," ucap Chiba dengan cueknya dan dibalas dengan tawa garing oleh lawan bicaranya.
Tak lama kemudian, bel pun berbunyi. Para siswa segera berhamburan menuju tempat mereka masing-masing sebelum guru hadir ke kelas.
"Selamat pagi semuanya," ucap guru yang telah masuk ke ruang kelas ini dan dibalas oleh para penghuni kelas.
*****
Rasanya, hari ini berlalu begitu cepat. Mungkinkah ini karena pengaruh dari pertengkaran diantara Rin dan Neko.
"Oi, Neko-chan!"
Sang gadis pun berhenti lalu menatap lawan bicaranya yang tengah berlari ke arahnya.
"Kau mau kemana? Apa kau yakin akan ikut dalam ekstrakurikuler musik? Apa kau tak berminat masuk ke ekstrakurikuler lainnya? Seperti Rin misalnya, ia ikut dalam ekstrakurikuler menggambar," ucap Sachi yang tampak begitu khawatir.
Namun, sang gadis pun bergeleng pelan dan berkata,"Aku tahu kau khawatir. Tapi, ini sudah menjadi pilihanku."
Setelahnya, sang gadis pun kembali melangkahkan kakinya, meninggalkan Sachi seorang diri lalu pergi menuju salah satu ruang ekstrakurikuler yang sudah terbengkalai. Dan sesampainya di sana, sang gadis mendengar dentuman drum serta suara gitar.
'Mungkinkah mereka sedang latihan?' batin sang gadis yang masih berdiri dibalik pintu.
Kini, keraguan pun menyelimuti hati sang gadis. Ia ragu, apakah ia harus masuk atau tidak. Padahal, hatinya sudah sangat yakin untuk bergabung dengan mereka.
"Kurosaki-san!"
Sang gadis pun menoleh ke sumber suara dengan tatapan bingung seraya berkata, "Rin?"
"Kalai kau bergabung dengan mereka, maka aku akan membantumu," ucap Rin dengan tatapan serius.
"Tapi, kau bilang jika kau tidak ingin bergabung sama sekali," ucap Neko dengan tatapan bingung.
"Kau belum kenal mereka, makanya aku kemari," ucap Rin seadanya dan tampak menyembunyikan sesuatu dari sang gadis.
"Baiklah. Kalau begitu, mohon bantuannya," ucap sang gadis sembari membungkukkan badannya empat puluh lima derajat.
Klik~
Pintu pun terbuka sendiri. Rin pun bertatapan dengan senpai yang memakai jam tangan.
"Apa yang kau perbuat dengan dia?" tanya pria itu dengan tatapan bingung.
"A-ah ...."
"Rin tidak melakukan apapun, aku hanya meminta bantuannya," jawab Neko dengan polosnya.
"Bantuan?" ulang pria itu yang kemudian disusul oleh kedua rekannya.
"Em .... akan aku jelaskan," ucap Rin yang kemudian mereka pun dipersilakan masuk kembali dalam ruangan tersebut.
"Jadi, apa yang dapat kami dengarkan?" tanya pria dengan gelang ditangan kanannya.
"Temanku, Kurosaki Neko, ingin bergabung dengan band kalian," ucap Rin dan disambung oleh sang gadis, "Mohon bantuannya."
"Wah! Jadi ... jadi kau sungguh-sungguh ingin bergabung dengan kami!?" tanya pria dengan gelang itu.
"Um, tentu saja," jawab Neko seadanya.
"Kalau begitu ... namaku adalah Takaba Fuyu. Panggil saja Fuyu," ucap pria dengan poni yang menutupi mata kanannya.
"Namaku Ryuichi Kuroba, panggil saja Ryu," ucap pria dengan jam tangan itu.
"Dan namaku adalah Hiroki Yuta, panggil saja Yuta," sambung pria dengan gelang.
"Salam kenal," ucap sang gadis dengan senyuman di wajahnya.
"Baiklah. Mulai sekarang, mohon jaga dia baik-baik ya, senpai," ucap Rin yang sejujurnya ia tak ingin sang gadis masuk band ini.
"Kau ini seperti mama nya saja, Rin," ucap Yuta dengan tatapan jahil.
"Yuta-senpai, aku penanggungjawab dia," ucap Rin dengan tatapan tidak terima.
Kemudian, Rin dan Yuta pun beradu argumen yang memancing Fuyu untuk melerai mereka. Namun, sang gadis tampak bingung, bahkan tak berminat untuk melerai mereka.
"Ada apa?" tanya Ryu yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik sang gadis.
"Rin bilang, kalian berempat. Tetapi, siapa satu anggotanya?" Pertanyaan Neko pun sukses membuat empat orang itu terkejut. Utamanya bagi anggota band, mereka tak menyangka jika anggota barunya akan menanyakan hal itu dalam waktu singkat.
"Hajime Isamu," jawab Ryu dengan tatapan datar.
"Hajime Isamu, dia anak kelas 2-B. Dia jarang kemari karena banyak urusan yang harus ia urus," sambung Fuyu dengan tatapan lembut.
*****
Kini, Rin dan sang gadis pun berjalan pulang setelah sang gadis ikut latihan sekali. 'Hanya untuk pemanasan,' begitulah ucapan Yuta yang berhasil membuat Rin menyerah.
"Jadi, kau masih ingin bergabung dengan mereka?" tanya Rin kesekian kalinya.
"Rin, sudah ku katakan berkali-kali. Bahkan kurasa, sudah hampir seratus kali ku harus mengatakan hal yang sama dihadapan mu dan Sachi," jawab sang gadis yang merasa lelah untuk menjawab pertanyaan yang sama seharian ini.
"Rin bertingkah seperti itu karena dia belum yakin jika kau akan baik-baik di sana. Apalagi, kau baru saja pindah kemarin."
Penjelasan itu membuat dua gadis yang tengah asik berjalan pun berhenti lalu menoleh pada sumber suara.
"Chiba!" Mereka pun terkejut atas kehadiran Chiba. Pasalnya, sedari mereka keluar ruang klub hingga pertengahan jalan ini, mereka hanya berdua saja.
"Mengapa kau disini? Bukankah kau sudah pulang duluan?" tanya sang gadis dengan sedikit tenang.
"Aku sedari tadi dibelakang kalian. Apa hawa kehadiran ku begitu tipis hingga kalian tidak menyadarinya?" ucap Chiba dengan tatapan datar.
"Lain kali, panggil kami atau katakan sesuatu. Jangan main sambung bicara saja," omel Rin.
"Tadi aku sudah mengatakan sesuatu," jawab Chiba seadanya.
"Tapi bukan seperti itu," bantah Rin.
"Tapi, Chiba benar. Dia kan sudah mengatakan sesuatu tadi. Bahkan mengobrol sebentar denganku, beberapa detik yang lalu," ucap sang gadis dengan polosnya.
"Tsk!" Rin pun kesal. Ia kesal karena ia merasa dua temannya itu tidak mengerti maksud pembicaraannya.
Karena terbawa emosi, Rin pun segera berjalan sedikit cepat sambil berdoa agar hari ini tidak pernah terulang lagi.
"Ri-Rin!" panggil sang gadis. Namun, Rin tidak menjawab sama sekali dan pada akhirnya, sang gadis pun diantar Chiba untuk pulang.
"Apa kita berlebihan?" tanya sang gadis yang terlihat merasa bersalah.
"Tidak, Rin hanya kelelahan saja," jawab Chiba yang membuat sang gadis menatap dirinya.
"Rin adalah tipe orang yang sangat peduli pada kondisi sekitarnya. Namun, karena ia terkadang berekspresi datar dan mudah berbicara dengan orang terdekat, itu membuatnya menjadi seorang hikikomori," ucap Chiba.
"Tapi, apa keinginanku terlalu berlebihan untuk Rin?" tanya sang gadis yang berusaha mencari tahu jawaban yang selalu muncul dibenaknya semenjak ia memutuskan untuk masuk band.
"Masalah yang kau hadapi, tidak ada kaitannya dengan Rin. Rin hanya bertanggungjawab untuk menjaga dan menjelaskan sesuatu yang tidak kau mengerti selama di Jepang. Namun yang lebih penting, selama pendirian mu kokoh akan hal yang ingin kau raih. Maka, takkan ada yang menghentikan langkahmu, dan hanya dirimu lah yang dapat menghentikannya," jelas Chiba yang membuat sang gadis semakin terdiam dan memikirkan segalanya.
To be continued~
[Neko Note]
Oha : pagi
Ohayou : selamat pagi
Senpai : kakak kelas
Hikikomori : antisosial
Jumlah kata : 1532 kata
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro