Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2 : Pertemuan Perdana #1

"Papa, Mama ada yang ingin ku sampaikan pada kalian," ucap Rin dengan tampang lesu yang membuat dua insan paruh baya itu bingung sekaligus penasaran akan perubahan sikap anak gadis satu-satunya ini.

"Ada apa, Sayang ?" tanya Mama Rin sembari mendekati dan mengelus surai anaknya.

"Di sekolahku akan ada anak pertukaran pelajar, dan dia akan tinggal disini," ucap Rin yang masih lesu.

"Tinggal di Jepang ? Kan sudah pasti. Namanya juga pertukaran pelajar, Nak," ucap Mama Rin.

"Bukan, Ma. Tapi maksudnya itu, dia akan tinggal di rumah kita," jelas Rin yang membuat kedua orang tuanya saling tatap lalu tertawa bahagia, seakan-akan tak mengerti jika anaknya tengah bingung harus bersikap apa nantinya.

"Wah ... jadi kita akan punya anak angkat, Pa," ucap Mama Rin dengan gemasnya.

"Papa senang mendengarnya, hahaha ..." ucap papa Rin dengan tawa bahagianya.

Mendengar ucapan kedua orang tuanya, Rin merasa jika dirinya baru saja memberikan informasi pada orang tuanya bahwa ia tengah hamil setelah menikah selama beberapa bulan. Rin hanya bisa bingung melihat orang tuanya ini. Diam, dan mendengarkan orang tuanya berhalusinasi tentang anak angkat. Hanya itu yang Rin lakukan saat ini.

"Omong-omong, kapan anak itu akan kemari?" tanya Papa Rin yang seperti tidak sabar untuk menimang cucu.

"Esok, Pa. Aku dan Maeda-sensei yang akan menjemputnya di bandara," jawab Rin dengan nada yang sama.

"Ah, Sayang. Kalau kau akan pergi, seharusnya bilang agar mama bisa belikan pakaian baru untukmu," ucap Mama Rin dengan bahagianya.

"Terima kasih, Ma. Tetapi pakaianku masih banyak," tolak Rin dengan halus.

"Ah, kita masih memiliki satu kamar kosong kan?" celetuk Papa Rin yang teringat jika rumah ini menyimpan satu kamar kosong yang telah mereka persiapkan sedari dulu.

"Ah, benar juga! mama akan siapkan esok untuknya," sambung Mama Rin dengan sangat bahagia.

"Ma ... anakmu masih disini," ucap Rin yang berpura-pura merajuk pada kedua orang tuanya.

"Benarkah? Bukannya anak Papa lebih suka menghabiskan waktu di kamar lalu keluar disaat tertentu?" goda Papa Rin sembari mengeluarkan tatapan jahil.

"Papa ..." ucap Rin yang merasa tersinggung atas pernyataan Papanya.

Tetapi memang benar jika itulah aktivitas Rin kalau tak ada teman yang mengajaknya keluar rumah. Namun ada teman yang mengajak pun, ia lebih memilih di rumah.

"Beristirahatlah, Anakku. Esok kau akan dijemput oleh wali kelas mu untuk bertemu siswa itu. Pastikan dirimu bugar, ya," sambung sang ayah yang membuat Rin tersenyum tipis.

"Selamat tidur Mama, Papa," ucap Rin yang kemudian memeluk kedua orang tuanya lalu beranjak ke kamarnya.

*****

Sang surya perlahan-lahan membangunkan makhluk kesayangannya dengan penuh kasih sayang. Sinar hangatnya menerobos dibalik jendela dan memberikan sapaan lembut di pagi hari.

Rin yang silau karena pancaran itu pun langsung bangun dengan perlahan sembari mengumpulkan nyawa untuk aktivitas pada pagi hari ini dan tangannya pun terulur untuk meraih benda kecil penunjuk waktu di mejanya. Manik hitam lada nya pun melirik angka yang tertera pada benda itu.

"Rin !!! Ayo bangun, nanti terlambat ke bandara lho !!!"

Tepat setelah maniknya melirik angka, suara malaikat rumah ini pun membuat Rin segera bersiap. Dan tak butuh waktu lama untuk Rin bersiap, karena Rin selalu terbiasa untuk bergerak cepat dalam melakukan banyak hal. Setelah bersiap, kakinya pun dengan lincah bergerak untuk menuruni anak tangga hingga berhenti pada ruang makan yang dimana kedua orangtuanya telah menunggu untuk sarapan bersama.

"Cantiknya anak papa," puji Papa Rin yang melihat putrinya memakai kaos polo putih berkerah, celana jeans hitam yang tak begitu ketat, make up natural, dan tak lupa dengan rambut hitam nya yang digerai yang mampu menarik minat para pria untuk sekedar berkenalan ataupun meminta nomor ponselnya.

"Terimakasih, Papa," ucap Rin dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

"Jangan lupa untuk memberikan senyuman terbaik mu saat bertemu dengannya," sambung mama Rin yang kembali dengan teko berisi teh hangat dan menuangkannya pada tiga cangkir kosong yang tersusun rapih pada meja.

"Akan ku usahakan, Ma," ucap Rin dengan senyuman tipis yang terukir di wajah manisnya.

"Hmmm ... papa rasa, Rin tidak akan bisa tersenyum," goda Papa Rin sembari menyeruput teh hangat.

"Ah, benar juga. Rin kan tidak pernah tersenyum," timpal Mama Rin dengan tawa ringan.

"Papa dan Mama kompak sekali jika menyangkut diriku." ucap Rin yang merasa dirinya benar-benar diperhatikan oleh orang tuanya.

"Tentu saja, kami kan orang tuamu," ucap papa Rin dengan bangga.

"Ayo, Nak. Dimakan sarapannya, agar tidak terlambat," sambung Mama Rin sembari menyajikan sarapan ringan untuk keluarga kecil ini.

Sarapan pun mereka lalui dengan penuh canda tawa serta senyuman, hingga membuat anak semata wayang mereka harus pergi untuk menjemput seseorang. Saat Rin tanpa sengaja melirik jam yang tergantung rapih di dinding, ia pun segera pamit pada orang tuanya dan dengan segera menemui wali kelas yang telah menunggunya di depan rumahnya.

"Mohon maafkan saya, Maeda-sensei. Saya membuat Anda menunggu lama disini," ucap Rin yang tengah membungkukkan badannya empat puluh lima derajat pada wanita paruh baya dihadapannya.

"Tidak masalah, Rin-san. Sensei pun baru saja tiba di depan rumahmu. Mari berangkat," ucap Maeda-sensei tanpa ekspresi marah sedikitpun, hanya ada ekspresi riang yang terukir di wajahnya.

Setelah perbincangan ringan itu, mereka pun segera masuk dalam mobil dan menancapkan gas menuju lokasi yang menjadi tujuan mereka. Saat di mobil itu, manik Rin teralihkan pada barang-barang yang sangat asing, bahkan terkesan cukup ramai jika dikenakan.

"Sensei, ini apa?" tanya Rin dengan nada penasaran sembari mengambil satu papan yang bertuliskan ucapan selamat datang di negara ini.

"Itu properti yang akan kau gunakan, Rin-san," jawab Maeda-sensei dengan singkat.

Tentu saja itu membuat Rin terkejut hingga timbul rasa keberatan jika harus memakai barang itu. Bagaimana tidak, Maeda-sensei membawakannya mulai dari kimono, obi hingga sanggul dan lengkap dengan make-up yang harus dikenakan. Tentu saja itu membuat siapapun yang memakai sangat mirip atau telah menjadi geisha secara tak langsung.

"Sensei, bolehkah ku tak memakai ini semua?" tanya Rin yang terdengar keberatan untuk sensei nya.

"Kenapa, Rin-san?" tanya Maeda-sensei yang sempat melirik Rin dari spion mobil.

"Menurut saya, ini terlalu berlebihan untuk sekedar penyambutan anak pertukaran pelajar," eluh Rin dengan sejuta harapan agar tidak dilakukan.

"Baiklah. Sensei mengerti, Rin-san," ucap Maeda-sensei yang mengerti maksud dari penjelasan muridnya.

"Terimakasih, sensei," ucap Rin yang terdengar sangat lega.

*****

Perjalanan pun telah mereka habiskan dengan keheningan. Dan disinilah mereka berada, Bandar Udara Internasional Jepang.

Kini satu jam sudah, Rin berdiri dengan memegang papan yang bertuliskan ucapan selamat datang pada siswa pertukaran pelajar dari Dienga kokou.

Ya, Rin telah berdiri selama ini dikarenakan Maeda-sensei telah salah membaca jadwal penerbangan. Rin tidak bisa marah pada wali kelasnya sendiri. Ia hanya bisa pasrah menunggu kehadiran gadis itu di bandara ini. Dan tentunya, Rin pun menjadi pusat perhatian bagi banyak pengunjung bandara ini. Beruntung saja Rin adalah gadis yang cukup cuek, ia mengabaikan beribu tatap mata padanya sambil berharap agar siswa itu tiba dan dirinya bisa duduk.

Tak lama kemudian, seorang gadis bersurai merah muda sedikit tua dengan panjang sampai siku dan dibiarkan tergerai begitu saja. Serta tinggi semampai, bak model Hollywood yang baru saja selesai syuting pun muncul dan seakan-akan hendak menghampiri Rin beserta gurunya.

"Maeda-sensei, apakah dia siswa yang dimaksud oleh sensei?" tanya Rin dengan ragu.

Ya, Rin sangat ragu karena ini pertama kalinya ia akan berbicara dengan orang asing dalam hidupnya.

"Ah, benar. Ternyata sudah tiba," ucap Maeda-sensei dengan riang dan mulai melambaikan tangan.

Melihat tangan itu, sang gadis langsung mempercepat langkahnya.

"Selamat datang di Jepang," sambut Rin yang sedang berusaha tersenyum.

"Terima kasih," balas sang gadis dengan senyuman manis.

"Perkenalkan, namaku adalah Rin," ucap Rin sembari mengulurkan tangannya dan tentunya uluran tangan itu langsung disambut oleh lawan bicaranya.

"Namaku adalah Kurosaki Neko, salam kenal," Ucap sang gadis dengan sangat ramah.

Dan tak lama setelah perkenalan itu, mereka tak saling bicara. Kenapa? Tentunya karena mereka sangat canggung, bahkan kecanggungan itu melebihi sepasang kekasih yang hendak maju di pelaminan.

"Ah, ternyata kau lebih manis daripada di foto ya, Nak," ucap Maeda-sensei yang menyadari adanya kecanggungan diantara dua siswanya ini.

"Terimakasih, sensei," ucap sang gadis dengan senyum yang belum luntur dari wajah manisnya.

"Baiklah, mari sensei antar menuju keluarga angkatmu," ucap Maeda-sensei sembari mengajak dua anak didiknya untuk kembali ke situasi awal, walaupun Maeda-sensei tetap menyadari jika muridnya, Rin akan selalu canggung dalam situasi ini.

*****

Perjalanan mereka lalui dengan cukup canggung untuk Rin dan gadis luar negeri itu. Namun Maeda-sensei selalu bisa memecah suasana itu menjadi penuh kekeluargaan. Tetapi tetap saja, hal yang menyenangkan selalu berlangsung singkat dan kini mereka telah sampai di depan rumah Rin.

Dengan segera, Rin membantu gadis luar negeri itu untuk menurunkan barang bawaannya serta mengembalikan properti milik Maeda-sensei.

"Rin-san, sensei titip anak didik sensei disini. Jaga dia baik-baik,ya," ucap Maeda-sensei yang terkesan akan pergi jauh dari jangkauan mereka.

"Dan murid sensei yang baru, jika ada hal yang membingungkan ... jangan sungkan untuk bertanya pada Rin, ya," Sambung Maeda-sensei yang kemudian masuk dalam mobilnya kembali.

"Sensei, apa sensei tidak ingin mampir sebentar?" tanya Rin dengan sopan.

"Sensei ingin mampir, tapi sensei masih ada banyak hal yang harus diurus," ucap Maeda-sensei dengan ramah.

"Sensei titip dia, Rin-san. Sensei percayakan semuanya kepadamu," sambung Maeda-sensei yang kemudian menyalakan mesin mobilnya.

"Baik, sensei. Hati-hati di jalan," ucap Rin yang kemudian mobil Maeda-sensei pun melaju ditengah jalanan yang sepi.

Setelah jejak mobil itu menghilang, Rin langsung menghadap siswa itu dan berusaha untuk banyak bicara padanya.

"Baiklah, ayo masuk," ucap Rin yang kemudian membuka pintu pagar rumahnya lalu membuka pintu rumahnya.

"Kami pulang," ucap Rin sembari melangkahkan kaki beberapa langkah dan alangkah terkejutnya ia atas apa yang terjadi pada rumahnya.





To be continued~

[Neko Note]

Kimono : pakaian tradisional Jepang
Obi : sabuk yang dipakai saat mengenakan kimono
Geisha : sebutan untuk seniman wanita pada abad ke-19 di Jepang dan bukan diartikan sebagai PSK atau sejenisnya. Mereka memiliki keterampilan untuk menari, bermain alat musik tradisional, berdiskusi, dan menyuguhkan minuman yang baik untuk para tamu.

Jangan lupa tinggalkan jejak, berupa vote dan komen ya^-^
Jumlah kata : 1634 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro