Specimen Girl (Yandere!Gakupo x Fem!Reader)
Genre: crime
Rate: T+(?)
Song: Specimen Girl (Hyouhon Shoujo) - Kamui Gakupo
Warning: Bagi anak di bawah umur harap skip part ini karena saya tidak mau mencemari keluguan dan kepolosan kalian. Bagi yang memang mau baca ya saya tidak melarang tapi resiko tanggung sendiri. Walaupun tidak terlalu berdarah, tetapi saya tetep memperingatkan kalian, readertachi yang di bawah umur!
Saa, jaa mata, readertachi~!
"Itu lucu sekali, Shion-kun! Hahaha"
"Sudah kubilang 'kan? Ceritaku ini lucu"
Dua orang remaja berbeda gender sedang asyik bergurau sambil mengemasi barang-barangnya. Bel pulang sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Maka sekaranglah saat bagi mereka untuk bersiap-siap menuju rumah.
"Uugh..."
Tiba-tiba Shion menghentikan kegiatannya, sibuk memegangi pelipisnya yang terasa berdenyut.
"K-kau tidak apa-apa, Shion-kun?!", tanya (Your name), gadis yang tadi bercanda bersama Shion, dengan khawatir.
(Your name) segera memeriksa pelipis Shion, lalu memijitnya pelan, berusaha mengurangi rasa sakit yang dirasakan teman berambut birunya itu.
"Apakah sudah lebih baik?"
"Ah ya. Terima—"
"(First name)-chan, ayo pulang"
Ucapan Shion terpotong oleh suara baritone seorang pemuda bersurai ungu panjang yang kini sudah berada di ambang pintu.
"T-tapi Gakupo-kun, S-Shion-kun—"
"Aku tidak apa-apa. Pulanglah", sela Shion sambil tersenyum menyakinkan.
Lalu tanpa banyak berkata lagi, (Your name) langsung mengemasi barangnya dan berjalan menghampiri Gakupo. Sebelum beranjak sepenuhnya dari kelas, (Your name) sempat menatap Shion khawatir.
.
Brak.
Suara pintu yang ditutup dengan keras terdengar. Bantingan pintu yang dilakukan Gakupo membuat (Your name) berjengkit kaget. Ia tatap kekasihnya itu dengan pandangan bingung.
"Maaf", tutur Gakupo sambil tersenyum.
(Your name) balas tersenyum. Ia kemudian mendudukan diri di kasur dalam kamar milik Gakupo. Sepulang sekolah tadi, Gakupo mengajak (Your name) untuk mampir kerumahnya sebentar. Dan tentu saja, gadis itu menerimanya dengan senang hati.
"Aku permisi sebentar"
Setelah berkata seperti itu Gakupo langsung melangkahkan kaki keluar kamar. Tak lama kemudian ia sudah kembali dengan beberapa benda yang membuat (Your name) bingung. Bukankah itu tali dan kain?
"A-ano... Gakupo-kun... Untuk apa benda-benda itu?", tanya (Your name) seraya menunjuk barang yang dibawa Gakupo.
Gakupo tak menjawab pertanyaan kekasihnya. Ia hanya terus melangkah mendekati gadis itu, membuatnya secara teratur beringsut mundur. Dengan senyuman aneh yang menghiasi wajahnya, pemuda itu semakin mendekat.
"Aaa— mmmph!"
Jeritan (Your name) tertahan karena Gakupo yang tiba-tiba saja mengikatkan kain di mulutnya. Pemuda berambut panjang itu juga mulai mendudukan kekasihnya di sebuah kursi dan mengikat seluruh alat geraknya. Perlahan Gakupo mengeluarkan sebuah pisau kecil dari saku celananya dan tersenyum lagi.
"Nee, (First name)-chan. Jadilah gadis baik dan terima hukumanmu", bisik Gakupo tepat di samping telinga kekasihnya.
Kedua bola mata (Your name) membelalak penuh rasa ngeri. Apa yang akan dilakukan kekasihnya? Mengapa ia membawa pisau?
.
-Gakupo's POV-
Sekarang saatnya penghukuman dimulai. Tanpa buang-buang waktu lagi aku segera mengarahkan pisau ini ke mata kiri kekasihku. Sekarang salah satu manik berwarna (Eyes colour) itu sudah terhalang oleh pisau yang kupakai.
"Mmmph!", jeritnya tertahan.
Aku tertawa layaknya maniak. Kucabut pisauku setelah sebelumnya kuputar, dan tanpa sengaja manik (Eyes colour) itu ikut tercabut. (First name)-chan menjerit lagi. Lalu pisauku sudah beralih ke bola mata kanannya. Kulakukan hal sama seperti tadi, dan reaksi yang sama pun juga kudapat.
"Dengan begini kau tidak akan melihat siapapun lagi, (First name)-chan", tuturku puas melihat kedua bola matanya yang hilang.
Cairan berwarna merah mengalir deras di pipi gadisku. Dua buah lubang terlihat jelas di wajahnya. Jeritan tadi sekarang telah tergantikan oleh rintihan menahan sakit.
"Matte kudasai nee, (First name)-chan", ucapku kemudian pergi dari kamar.
Tak lama setelahnya aku sudah kembali dengan sebuah gergaji mesin. Kunyalakan benda itu sembari mendekati gadis tak bermata yang berada di kursi. Beruntung kamarku kedap suara. Jika tidak, pasti sekarang sudah ada interupsi dari pihak luar.
"Saa, mari kita potong tangan dan kakimu"
"Mmph— mmph!"
Gergaji yang kubawa sudah lebih dulu mengoyak tangannya sebelum ia sempat protes. Sekarang (First name)-chan sudah tak lagi memiliki tangan. Bahkan tempat sandaran tangan di kursi juga ikut patah karena ulahku. Darah mengalir deras ke lantai, tempat dimana kedua potongan tangan (First name)-chan tergeletak.
Tak sampai disitu saja, kini aku telah melepas kedua kaki gadis manis ini dari tempat seharusnya berada, membuat kursi yang ia pakai tak bisa lagi berdiri sehingga tubuh (First name)-chan pun jatuh.
"Nah, sekarang kau tidak akan bisa menyentuh siapapun lagi", ucapku senang.
Aku heran, mengapa (First name)-chan tega-teganya mendekati laki-laki lain sekalipun ia sudah menjadi milikku? Maa, inilah hukuman atas kejahatan yang kau perbuat, (First name)-chan. Aku tak akan membiarkanmu pergi kemanapun lagi. Kuangkat tubuh (First name)-chan yang berada di lantai, lalu menempatkannya ke sebuah tempat berpintu kaca di sudut kamarku.
"Aah...", aku mendesah senang. "Mulai sekarang aku akan mengamatimu setiap hari", ucapku seraya menatap tubuh yang berada dalam kotak kaca itu. Kedua bola mata yang sudah hilang, tangan dan kaki yang terputus, dan darah yang keluar serta mulai mengering dari soket mata membuat perasaanku bergejolak senang.
Ah, ya. Aku teringat sesuatu. Jika kubiarkan seperti ini, tubuh (First name)-chan bisa membusuk. Oleh karena itu akupun mengambil cairan pengawet lalu memakaikannya ke tubuh (First name)-chan.
.
Tanpa sadar ternyata aku sudah jatuh tertidur. Ketika bangun, hal pertama yang masuk indra penciumanku adalah bau menyengat yang berada di kamar. Ah, aku suka bau ini. Entah mengapa aromanya membuatku bersemangat. Berjalan ke kotak kaca di sudut kamar, aku membuka pintunya kemudian menyentuh tubuh dingin (First name)-chan yang membuatku menggigil. Aku menghela nafas bahagia. Sensasi tubuh dingin kekasihku benar-benar kusukai.
"Sekarang aku merasa ingin memakanku, (First name)-chan"
Dengan itu aku mengambil pisau yang tergeletak di lantai lalu menancapkannya ke dada kekasihku. Pisau tersebut kutarik ke bawah, membuat goresan lebar di sana. Cairan merah kehitaman mengalir keluar dari sana namun tak sebanyak kemarin. Kini aku dapat melihat jantung yang sudah tak berdetak lagi. Kuambil jantung itu dari tempatnya, lalu kutaruh di sebuah piring kecil yang sudah kusediakan. Dengan pisau yang tadi kupakai, aku memotong jantung itu lalu mulai melahap satu potongan kecil.
"Nee, sekarang kau tidak bisa mencintai orang lain kecuali aku, (First name)-chan~", senandungku riang. Sisa jantung tadi kukembalikan ke kotak kaca. "Selama aku hidup, tak akan kubiarkan kau pergi. Karena kau adalah gadis percobaanku", tuturku lembut seraya tersenyum.
Surai (Hair colour) itu kubelai pelan. Walau pemiliknya sudah tak bernyawa lagi, namun helaian-helaian (Hair colour) itu tetap terasa lembut. Senyumku semakin mengembang saat kutatap wajahnya.
"Hanya lihatlah diriku. Dari dalam kotak kaca ini. Sampai aku mati", titahku menatapnya. "Ah, bodohnya aku! Bagaimana bisa kau melihat? Kedua bola matamu 'kan sudah kucongkel!", tambahku kemudian tertawa karena kebodohanku sendiri.
Karena kedua kelopak mata kosong milik (First name)-chan, aku segera berjalan menuju nakas, mengambil sebuah kotak sedang yang berisi banyak manik-manik bermacam ukuran di laci. Sudah kuputuskan aku akan memakaikan manik-manik ini ke matanya. Mari membuat mata baru untuk (First name)-chan!
"Tapi warna apa yang sebaiknya kupilih?", tanyaku kepada diri sendiri. "Benar juga! Warna merah seperti darah pasti bagus!"
Dengan itu akupun mengambil dua buah manik-manik sewarna darah lalu memasangkannya ke kelopak mata (First name)-chan. Nah, dengan mata indah itu, lihatlah hanya kepadaku selalu. Aku tak akan membiarkanmu pergi dari sisiku. Tidak akan. Karena sesungguhnya, kau milikku. Mulai sekarang hingga seterusnya milikku. Bahkan sampai tubuh ini membusuk.
Ya, karena secara keseluruhan kau ada gadis percobaanku.
Yes, you are my Specimen Girl.
Only mine.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro