Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sayounara Memories (Gakupo x Fem!Reader)

Genre: Angst
Rate: T
Song: Good Bye Memories (Sayounara Memories) - Supercell

Akhirnya buku ini update juga, Ya Lord. Hampir setahun saya gak update ini buku. Maapkeun TvT
Ini request dari arisa_fujiwara
Maaf lagi karena udah membuat dirimu menunggu amat lama. Semoga aja suka ya TwT
Saa, jaa mata, readertachi!

  (Your name) berjalan pelan menuju ke tempat di mana seorang pemuda bersurai ungu panjang biasa menunggunya untuk berangkat bersama menuju ke sekolah. Pagi yang cerah hari itu bertambah indah dengan pemandangan hamparan permadani hijau di sekeliling jalan yang (Your name) lewati. Sawah-sawah yang masih hijau memberikan kesan asri di desa tempat keduanya tinggal.

  Tak butuh waktu lama (Your name) kini telah melihat sosok Gakupo yang berdiri di bawah pohon sakura di pinggir jalan. Paras tampan Gakupo tampak begitu tenang sekaligus bahagia. Bagaimana surai panjang itu berkibar diiringi kelopak sakura yang bermekaran.

  (Your name) tersenyum.

  Tak terasa mereka kini semakin bertambah dewasa.

  Tak terasa kini hampir tiba saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal.

  “Gaku-kun!”

The cherry blossoms are blooming
On the familiar hill road
Ahh  it's almost time to say good-bye

  “(Your name)-chan?” Gakupo menengokkan kepalanya ke belakag tatkala ia tak lagi mendapati (Your name) berjalan di sampingnya.

  (Your name) hanya tertawa. “Gomenne, Gaku-kun!” serunya lalu berlari kecil, menempatkan diri kembali di samping pemuda bersambut ungu itu.

  Gakupo ikut tertawa sembari menggelengkan kepala dan mengusak-asik pucuk kepala (Your name), membuat surai (Hair colour) itu berantakan. “Memangnya apa yang kau pikirkan, (Your name)-chan?”

  “Mengapa aku bisa berteman dengan manusia sepertimu. Bahkan selama hampir enam tahun,” jawab (Your name) ketus setelah merapikan tatanan rambutnya yang tadi sempat diacak-acak pemuda itu.

  Lagi, Gakupo hanya tertawa santai.

  “Benar juga. Tak terasa hampir enam tahun, ya...”

  Kini senyuman tipis terpasang di wajah rupawan Gakupo. (Your name) yang melihatnya ikut tersenyum tanpa sadar. Benar-benar tak mereka sadari. Waktu enam tahun terlewat begitu saja. Padahal rasanya seperti baru kemarin mereka bertemu. Baru kemarin (Your name) melihat Gakupo yang dulu masih berambut pendek. Dan sekarang lihat saja si rambut terung itu, tumbuh menjadi pemuda tampan—meskipun rambutnya panjang.

  ‘Tak terasa juga hampir tiba waktunya kita menempuh jalan yang berbeda’
 
Those days when we laughed and cried together
Feel as if it was only yesterday
This road
Is the road that will take us to the future
Or so I felt

  “(Your name)-chan! Kau tahu?! Tahu tidak?!” Gakupo berlari ke arah (Your name) yang tengah duduk bersantai di depan rumahnya. “Kudengar bunga-bunga sakura akan mekar lebih awal tahun ini!” sambungnya tanpa menunggu reaksi dari si gadis (Hair colour).

  (Your name) mengalihkan pandang ke pemuda yang kini berdiri di hadapannya. Melihat raut yang dihiasi senyum sumringah—jelas-jelas bahagia karena berita yang didengarnya—membuat (Your name) mau tak mau ikut tersenyum.

  “Kau benar,” balasnya masih dengan senyuman. Namun ia tak dapat menyembunyikan rasa sesak di dadanya ketika mengetahui sebentar lagi mereka tak lagi dapat bertemu.

  Bunga yang mekar menjadi pertanda jika pertemuan keduanya sebentar lagi menyambut perpisahan.

You were so happy
When the forecast said the flowers will bloom earlier this year
So I said "That's right"
With a smile on my face
Even though very soon
We can no longer come back here

   “Ano... Gaku-kun.”

  “Ya, (Your name)-chan?”

  Kedua belah bibir itu sudah terbuka. Hari itu ia ingin mengungkapkan perasaannya. Akan tetapi ketika manik (Eyes colour) nya mendapati tatapan Gakupo yang tertuju ke arahnya, semua hal yang ingin ia ucapkan menguap begitu saja. Padahal setelah sibuk mengurusi berbagai hal pascakelulusan ini kali pertama mereka bisa bertemu. Untuk terakhir kalinya juga karena setelah ini Gakupo akan pergi ke kota untuk bekerja. Dan tak lama lagi (Your name) pergi ke luar negeri untuk melanjutkan kuliahnya.

  “T-tidak jadi,” ujar gadis itu lalu tertawa canggung.

  Senyum maklum terpasang di wajah berbingkai surai ungu itu lalu tepukan di kepala dapat (Your name) rasakan setelahnya.

If I were to open up my heart
And tell you about all of my feelings that I can't quite put into words
What should I tell you? 
This will be the first, but also the very last time

  “Tak adakah yang ingin kau ucapkan sebelum aku pergi?”

  Pertanyaan bernada usil itu terlontar dari mulut Gakupo yang mana justru membuat gadis di hadapannya tersenyum.

  “Hari-hari ketika kita pulang sekolah bersama selama ini akan menjadi kenangan istimewa bagiku,” ujar (Your name) lembut. Senyumannya masih terpasang walaupun pandangannya kini terpaku ke jalanan beraspal.

  “Eh? Hanya saat pulang sekolah?” tanya pemuda bersurai ungu itu dengan ekspresi kecewa yang dibuat-buat.

  “Kalau iya kenapa? Kita jarang bertemu di sekolah karena beda kelas, Gaku-kun.”

  “Kau benar,” balasnya lalu tertawa.

  “Aku tak akan pernah lupa!” ujar (Your name) tiba-tiba membuat Gakupo membulatkan kedua bola mata. “Jadi, selamat tinggal, Gaku-kun!” pekiknya dengan senyuman.

  Gakupo tersenyum kemudian memeluk gadis di hadapannya tiba-tiba. Kali ini (Your name) yang membulatkan mata. Rona merah mulai menghiasi wajah manis itu. Begitu pula manik (Eyes colour)nya yang mulai berkaca-kaca.

  “Ya. Selamat tinggal, (Your name)-chan,” lirih Gakupo dengan wajah yang tenggelam di antara leher dan pundak (Your name).

  Pelukan pun semakin erat bersamaan dengan airmata yang mengalir.

  ‘Selamat tinggal. Mulai sekarang kita akan melangkah di jalan yang berbeda, Gaku-kun...’

The way home we walked on together
Back in those days
Will be my special memory
I won't ever forget
So good-bye my memories
We will walk on our separate way

  “Kuharap kita bisa bertemu lagi,” lirih (Your name) tanpa berani menatap lawan bicaranya. Tanpa terasa kini giliran (Your name) untuk meneruskan pendidikannya di luar negeri.

  Pemuda itu tersenyum. Sedetik kemudian membawa gadis di hadapannya ke dalam sebuah pelukan hangat.“Kuharap juga begitu...”

  (Your name) menghentikan kegiatan mengerjakan tugasnya untuk sejenak. Tangannya mulai terasa pegal akibat terlalu lama mengetik laporan mata kuliahnya. Pun matanya yang mulai terasa panas karena menatap layar monitor dalam jangka panjang. Mengalihkan pandangan dari deretan kalimat di depannya, (Your name) menatap ke langit biru yang cerah di siang itu.

  Senyumnya terkembang.

  Langit biru kala itu mengingatkannya pada saat dirinya dan Gakupo mengucapkan salam perpisahan.

  Tanpa sadar kedua manik (Eyes colour) itu berkaca-kaca.

Hoping that we will meet again someday
I said good-bye
In a quiet voice
The sky is still as blue
As it was that day; it made me a little teary

  Ingatan setelah kelulusan dulu kembali muncul di permukaan. Bagaimana (Your name) yang kala itu sengaja mengambil jalan yang jarang mereka lewati sepulang sekolah. Bagaimana dirinya ingin sedikit lebih lama lagi menghabiskan waktu bersama Gakupo. Karena ia tahu dan yakin bahwa setelah ini mereka tak akan memiliki waktu bersama sebanyak yang mereka miliki sebelum kelulusan dulu.

  “Ano, Gaku-kun. Kau tidak keberatan kan jika kita lewat sungai? A-aku tahu jalan itu panjang jadi kalau kau keberatan tak apa.”

  “Eh? Tak masalah, (Your name)-chan. Ayo!”

    Bagaimana Gakupo menggandeng tangannya kala itu, (Your name) masih ingat dengan jelas.

  “Nee, Gaku-kun. Kau tahu tidak?”

  “Tidak?”

  “Kau cantik!”

  “Hah?!”

  Bagaimana ekspresi kesal Gakupo yang mulai jarang terlihat kembali tampak karena (Your name) yang dengan usil menarik rambut panjangnya.

  “Ups! Aku yang salah!”

  “Grrr... (Your name)-chan! Kau...”

  Dan bagaimana geraman jengkel itu berubah menjadi tawa renyah lalu senyuman  lembut yang menawan. Membuat (Your name) yang melihatnya harus memalingkan muka demi menjutupi rona merahnya yang mulai tampak di wajah.

I actually took a detour on purpose
Because I wanted to be with you for just a little longer
I made a silly joke
"Oops, I made a mistake!"
Your smile in response
Was so brilliant that I had to look away

  Memasuki masa liburan, (Your name) memutuskan untuk kembali pulang ke rumahnya. Ia sengaja tidak memberi kabar siapapun supaya menjadi sebuah kejutan bagi orang-orang di rumah. Dengan koper yang ditarik (Your name) berjalan melewati jalanan beraspal yang biasa dilewatinya bersama Gakupo, jalan paling singkat yang biasa mereka lewati untuk ke sekolah dahulu.

  “(Your name)-chan?!”

  Ekspresi terkejut terlihat sesaat ketika suara familiar itu memanggil namanya. Membalikkan badan, (Your name) mendapati sosok Gakupo tengah berlari ke arahnya. Sinar matahari yang mulai terbenam membuat satu sisi wajah pemuda itu tampak lebih gelap dari sisi yang lain. Walaupun begitu (Your name) tetap mengenali sosok berambut panjang tersebut.

  Sosok yang sama yang juga sering memanggil namanya dulu.

  Beberapa saat setelahnya, ekspresi terkejut itu berganti menjadi senyuman lembut dengan hiasan sosot mata kaya akan rasa rindu dan penuh syukur.

  Bersyukur karena ingatan (Your name) tentang Gakupo masih begitu nyata. Dan bersyukur karena mereka dapat bertemu kembali setelah sekian lama.

  “Ohisashiburi, Gaku-kun.”

I used to walk on this road, carrying in my heart
All of my feelings that I can't quite put into words
I still remember  that time
You called out my name
On our way home  in the sunset
I won't ever forget
So good-bye my memories
I'm grateful
That we have met

  Mereka duduk di depan rumah keluarga Kamui, di dekat pohon sakura yang telah berada di sana sejak lama walaupun ukurannya tak sebesar yang berada di pinggir jalan yang sering mereka lewati bersama. Malam itu keduanya memutuskan untuk melepas rindu. Sejak sore (Your name) sudah berada di rumah Gakupo. Sampai sekarang.

  “Kenapa kau tidak memberi kabar?” tanya Gakupo dengan bibir yang sedikit dimajukan—cemberut.

  “Maaf,” (Your name) tertawa kecil. “Handphone-ku hilang. Padahal semua kontakku berada di sana. Sekali lagi maafkan aku.”

  Merasa ditatap, (Your name) mengalihkan pandangannya ke Gakupo—subjek yang sedaritadi (Your name) tahu tengah memandanginya. “Apa?”

  “Tidak, hanya saja tak terasa sudah lama kita tidak bertemu. Pantas saja kau berubah.”

  “Berubah? Dalam konteks negatif atau positif?”

  “Entahlah...” Gakupo mengedikan kedua bahu tak tahu. “Keduanya?” lalu menatap langit malam yang kala itu bertabur bintang.

  (Your name) hanya diam. Masih memandangi pemuda di sampingnya untuk beberapa saat kemudian tersenyum tipis lalu ikut menatap langit malam itu.

  ‘Berubah, ya? Kira-kira seberapa banyak aku berubah sejak pertama kali kita melihat sakura yang mekar dulu?’

From the time we saw the cherry blossoms in full bloom for the first time
I wonder just how much I have changed

  Keduanya duduk berhadapan di salah satu restauran di kota. Hari itu saatnya (Your name) untuk kembali melanjutkan kuliahnya yang belum selesai di luar negeri. Waktu liburannya telah habis. Dan karena hari itu hari terakhir baginya menghabiskan waktu bersama Gakupo, (Your name) memutuskan untuk bermain-main sebentar di kota bersamanya. Berhubung jam keberangkatan (Your name) dari bandara pada sore hari, dari pagi harinya (Your name) menghabiskan waktu di kota bersama si pemuda berambut ungu.

  Dengan dagu yang ditumpu pada sebelah tangan, (Your name) menatap pemuda di hadapannya yang sibuk menikmati hidangan siang itu. Pikirannya mulai melayang ke petemuan mereka dulu. Sewaktu ibunya mengenalkan dirinya ke Gakupo yang kala itu masih duduk di bangku SMP. Karena keluarganya pindahan dari kota, (Your name) bisa melihat jelas raut tidak suka yang pemuda itu berikan.

  Walaupun begitu, (Your name) paham betul kalau dirinya telah menyukai—bahkan cinta—kepada Gakupo sejak awal mereka bertemu. Meskipun jujur (Your name) sendiri tak tahu mengapa.

  “Kenapa, ya?”

  Gumaman (Your name) tanpa sengaja terdengar oleh Gakupo. “Hm? Ada apa, (Your name)-chan?”

  “Oh, tidak. Hanya memikirkan bagaimana bisa dirimu yang dulu ketus—kelihatan sekali kalau benci kepadaku—bisa menjadi seperti sekarang ini.”

  “Memangnya aku sekarang bagaimana?” tanya pemuda itu setelah sebelumnya tertawa.

  (Your name) mengedikkan bahu tak acuh. “Ya seperti ini.”

  Karena dulunya jarang bersosialiasi—dirinya merupakan tipe yang sulit diizinkan keluar oleh kedua orangtuanya—(Your name) tak dapat memungkiri bahwa kehadiran Gakupo benar-benar membuatnya bahagia. Bagaimana pemuda itu selalu berada di sisinya—walaupun dulu selalu dengan gerutuan sana-sini.

  Namun tak dapat (Your name) pungkiri juga kalau semua itu terasa menyakitkan.

  Karena (Your name) tahu pertemuan mereka suatu saat nanti pasti akan berhadapan dengan sebuah perpisahan.

The very first time I met you
I thought  that I might just fall in love with you
I wonder why  I don't know
My every day after that was so much fun
But it was equally painful

  Sore telah tiba. Mereka telah sampai di depan pintu masuk bandara. Untuk beberapa saat tak ada satupun dari keduanya yang angkat suara. Mereka hanya diam, tak tahu harus berkata apa.

  “Um... Jadi, ini perpisahan?” Gakupo bertanya dengan ragu.

  “Begitulah...”

  Hening kembali.

  Dalam hati (Your name) mengutuk dirinya sendiri karena lupa harus berkata apa. Padahal sewaktu perjalanan ia telah menyusun semua yang akan ia ungkapkan. Rangkaian kalimat guna mengucapkan selamat tinggal yang benar hilang entah kemana.

  ‘Aku tidak ingin pergi darimu. Aku tak mau kita hanya sebatas teman lagi seperti selama ini...’

Pada intinya hanya itu yang ingin (Your name) katakan. Namun seolah ada penghalang di tenggorokannya, kalimat itu tak dapat terucap. Lidahnya kelu. Mulutnya masih tertutup rapat.

  “G-Gaku-kun, aku—“

  Seolah keberuntugan sedang tak berpihak padanya, ketika (Your name) berhasil bersuara, ponsel Gakupo berbunyi. (Your name) bisa melihat raut tak enak hati di wajah pemuda itu. Setelah mendapat izin, Gakupo mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya. Hingga tak lama kemudian sambungan diputus dan perhatian Gakupo kembali tertuju ke (Your name).

  “Siapa?” tanya (Your name) tanpa sedikitpun menyembunyikan rasa penasarannya.

  “Ah, benar! Aku belum memberitahumu. Aku sekarang punya kekasih, (Your name)-chan! Dia ada di satu perusahaan denganku. Namanya Megurine Luka. Saat kau kemari lagi, aku berjanji akan mempertemukannya denganmu,” jelas Gakupo dengan ekspresi menggebu penuh bahagia. Tak sedikitpun menyadari ekspresi gadis di hadapannya yang sempat berubah untuk beberapa detik. “Jadi, apa yang mau kau katakan tadi, (Your name)-chan?”

  “Aku...”

  (Your name) merasakan kedua matanya memanas. Bahkan ia yakin manik (Eyes colour) itu telah berkaca-kaca. Tak ingin Gakupo melihat hal tersebut, dia memutuskan untuk memeluk pemuda itu tiba-tiba. “Sejak dulu aku telah jatuh cinta padamu.”

  Sepertinya keberuntungan benar-benar tak lagi berpihak kepada (Your name).

  Karena bersamaan dengan kalimatnya yang terlontar, sebuah pesawat terbang melintas tepat di atas keduanya. Suara dari mesin terbang itu meleburkan kalimat lirih dari kedua belah bibir ranum tersebut.

  “Maaf. Apa? Aku tidak dengar tadi,” ujar Gakupo dengan senyum tak enak—lagi— sambil menatap gadis dalam pelukannya.

  Tawa renyah terdengar. Diikuti senyuman lebar kemudian.

  “Aku... Aku akan kesini lagi!”

  ‘Ah, paling tidak pada akhirnya aku berhasil mengatakannya’

I'm sorry
I can't really say what I think, for some reason
So  you and me, what do they call it?
I don't want to say good-bye to you like this
I don't want to be simply friends anymore
That's what I was trying to say
All this time, all this time
From a long time ago, I've been in love with you

Ahh  I was finally able to say it

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro