Personality Complex (Nero x Fem!Reader)
Genre: Friendship, Hurt/Comfort (?)
Rate: T
Song: Personality Complex - Hatsune Miku
It’s annoying, it’s so annoying
Not the lies and truth
Can even gasp your speech, your actions,
Or your expressions.
Dulu sewaktu SMP, Akita Nero memiliki seorang sahabat yang sangat lembut, baik sikap maupun sifatnya. Ia merupakan seorang gadis manis yang terlahir dari keluarga sederhana. Berbeda dengan dirinya yang lahir sebagai putra salah satu keluarga ternama.
Dulu mereka sangat dekat. Bahkan bisa dibilang tak terpisahkan, hingga tak sedikit yang mengira mereka sebagai sepasang kekasih. Sayangnya semua tak lagi sama saat memasuki bangku SMA. Nero berada di sekolah yang berbeda dengan (Your name), sang sahabat. Sekolah Nero merupakan salah satu SMA elite di tempatnya tinggal. Sedangkan (Your name), Nero bahkan tak tahu dimana gadis itu berada sekarang.
"Jadi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru. Ia merupakan murid beasiswa tahun ini. Ibu harap kalian bisa berteman baik dengannya. Nah, (Your name)-san, silahkan masuk."
Ketika mendengar kata "(Your name)" yang diucapkan oleh sang guru, seketika Nero mengalihkan pandangannya ke depan kelas. Padahal sejak tadi ia sibuk memandang langit lewat jendela kelasnya, sama sekali tak berniat untuk fokus pada pelajaran hari itu.
"A-aku (Full name). Salam kenal, semuanya." Ucap gadis bersurai (Hair colour) itu dengan lembut kemudian membungkukkan badan.
Setelah perkenalan singkat dari (Your name), suara kegaduhan mulai mengisi kelas. Berbagai reaksi dari murid mulai tampak. Ada yang senang karena mendapat teman baru, namun ada juga yang merasa tak suka. Salah satunya beberapa murid yang duduk di sekitar bangku Nero.
"Bagaimana kalau kita beri sedikit 'sambutan' untuk kawan baru kita ini?" Ujar seorang pemuda berambut pirang dengan jepitan di poninya disusul tanggapan setuju dari beberapa temannya yang lain.
"Nero-kun, kau ikut 'kan?" Tanya seorang siswi berambut twintail kepada Nero yang duduk di depannya.
Nero diam sejenak sebelum kemudian mengangguk, menerima tawaran sang gadis.
Dance, dance, dancing now.
What was the next line to say?
My speech, my actions, my expressions.
Don’t look at them
Pelajaran hari ini telah selesai saat sore menjelang. Ketika (Your name) tengah berkemas-kemas untuk pulang, tiba-tiba saja seorang pemuda berjalan kearahnya lalu mendorong tas miliknya yang berada di meja sehingga membuat seluruh barang-barang gadis itu jatuh berserakan di lantai. Si pemuda blonde bernama Rinto itu hanya tersenyum meremehkan dan terus berdiri di hadapannya tanpa sedikitpun berniat untuk menolong.
(Your name) hanya diam saja. Ia cukup tahu diri untuk tidak melawan seseorang, tidak, mungkin sekelompok orang yang jelas-jelas berada di kasta yang lebih tinggi darinya. Bahkan mungkin jauh lebih tinggi.
Gadis manis itu hanya memunguti barang-barangnya masuk kembali ke tas dalam diam. Tidak mengeluh, tak juga marah.
"Hei, anak baru. Hari ini kau piket sendirian, ok? Beginilah sambutan hangat dari kami khusus untuk murid baru sepertimu." Ucap Rinto sembari melemparkan sebuah sapu ke ke arah (Your name).
Melihat hal itu, teman satu kelompok Rinto langsung tertawa. Sedangkan murid yang lain hanya bisa menatap (Your name) iba. Ingin rasanya mereka membantu, akan tetapi perlakuan Rinto tadi membuat mereka tak berkutik. Takut karena jika ada yang menolong (Your name), bisa dipastikan orang itu juga akan menjadi bahan bullying Rinto dan kawan-kawannya.
"Kau dengar tidak?!"
"I-iya! A-aku mendengarnya." Jawab (Your name) gugup.
Setelah mendapat jawaban, Rinto dan gerombolannya pergi dari kelas. Nero pun ikut melangkah keluar. Namun sebelum itu, pandangannya sempat bertemu dengan manik (Eyes colour) milik (Your name). Dan tak sampai beberapa detik, ia sudah mengalihkan pandangannya kembali ke depan.
The night comes to an end,
And brings another day where I become a fool.
I blend in with the atmosphere, I feel it.
Something’s strange.
Keesokan harinya, (Your name) berjalan menuju kelasnya dengan pelan. Sesampainya di kelas, beberapa murid sudah ada yang datang. Bahkan kelompok yang kemarin mengganggunya juga sudah tiba.
(Your name) dengan hati-hati berjalan melewati gerombolan itu. Sayangnya, ketika gadis itu berjalan, kaki Rinto sengaja ia julurkan, membuat (Your name) seketika terjatuh. Seketika itu gelak tawa bermunculan.
"Hahaha... Dia terlihat sangat konyol 'kan?" Seru Rinto sambil menunjuk-nunjuk (Your name).
"Tentu saja. Dia tampak bodoh." Sahut Nero sambil bertopang dagu menatap (Your name). Sebuah senyuman meremehkan terpasang di wajahnya yang tampan.
Dan gelak tawa pun kembali terdengar.
(Your name) yang tadinya menatap lantai kelas dengan sendu seketika membulatkan mata tak percaya. Nero, sahabatnya dulu, mengatakan hal seperti itu kepadanya?
Hidden within a mask
Are the emotion I’m giving up on,
saying “It’s a play”
Running along my cheeks,
are the remains of my cold fallen feelings
Where did the true me go?
Sewaktu istirahat tadi, (Your name) kembali mendapat perlakuan tak menyenangkan dari teman-teman Nero. Hal itu membuat si surai (Hair colour) enggan untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Alhasil ia pun memilih untuk absen di pelajaran seusai istirahat.
Satu jam pelajaran sudah terlewati dan (Your name) tak kunjung masuk ke kelas. Nero yang mengetahui hal itu mulai merasa gelisah.
'Apa yang terjadi dengan (Your name)?'
'Dia tidak apa-apa 'kan?'
'Kenapa sampai sekarang belum juga masuk?'
'Sekarang dia di mana?'
Benak Nero tak kunjung berhenti bertanya. Akhirnya karena tak tahan dengan kegelisahannya, ia pun memutuskan untuk mencari (Your name). Nero keluar dengan alasan ingin pergi ke kamar mandi. Namun saat sudah di luar kelas, ia segera berkeliling untuk mencari keberadaan (Your name).
"Tunggu." Nero menghentikan langkahnya. "Kenapa aku repot-repot mencarinya?" Tanyanya kepada diri sendiri kemudian tertawa. "Astaga... Bodohnya aku."
Setelah itu Nero memutuskan untuk benar-benar ke kamar mandi. Di depan wastafel, ia mencuci tangan sambil melamun. Tanpa sadar ia kembali memikirkan keadaan (Your name).
"Bodoh! Kenapa aku peduli? Ini hanya permainan. Aku 'kan hanya bercanda." Ucap Nero sambil menatap pantulan dirinya si cermin. Tanpa dikehendaki, airmata perlahan mengalir di pipinya.
"Nah. Apa yang terjadi padaku? Aku terlalu berlebihan." Ucapnya sambil menyeka airmata. Setelah itu ia memutuskan untuk kembali ke kelas.
'Kenapa aku jadi seperti ini? Kemana perginya diriku yang sebenarnya?'
It’s annoying, it’s so annoying
Making the same face as everybody else.
Isolating my true feelings, it’s futile, it’s a puppet show
A personality complex.
I’ve even become bad at breathing
Through this transparent wall,
I can’t touch you
Hari berganti hari namun perlakuan tidak enak terus saja (Your name) dapatkan. Dan setiap gadis itu dibully, Nero hanya melihatnya dengan tatapan seolah-olah menikmati pemandangan di mana gadis itu disakiti.
Padahal yang sebenarnya, batin Nero tengah bergelut. Wajahnya memang terlihat senang dengan apa ga terjadi. Namun sejujurnya ia ingin sekali menolong (Your name). Sayang, ia tak bisa melakukan hal itu. Tembok tembus pandang yang membatasi antara hati nurani dengan gengsinya menjadi penghalang perbuatan mulianya tersebut.
Evil intentions gather
In a whirlpool in the sides of the stage.
Affecting the victims,
Random speech and random talk.
I told empty lies.
"Dia benar-benar menyedihkan! Iya 'kan?" Tanya Rinto sewaktu kelompoknya tengah berjalan menuju kantin. Ucapannya tadi sontak disambut tawa dari teman-temannya.
"Dia sangat menyedihkan!" Balas Nero ikut tertawa. 'Bagi kalian.' Tambahnya dalam hati dengan sendu.
"Aku kasihan denganmu yang pernah berteman dengannya." Ujar Rinto lagi
Nero menghela nafas berat. "Memiliki teman sepertinya memang merepotkan." Timpal Nero tampak menyesal. 'Tapi aku sangat bersyukur memilikinya.' Ucapnya dalam hati, sangat kontras dengan apa yang mulutnya katakan.
"Kau pasti malu mengenalnya!" Seru seorang siswi berambut tosca kepada Nero.
"Tentu saja."
'Dia yang seharusnya malu mengenalku.'
Snatched away deep in inside the mask,
are emotions delivered mismatchedly.
Running along your cheeks,
are the remains of your cold fallen feelings.
At last, I know I’ve hurt you.
Saatnya pulang sekolah. Nero sudah mengemasi barangnya dan telah berjalan keluar kelas. Ia terus melangkahkan kaki hingga sampai di gerbang sekolah ia baru sadar bahwa salah satu buku tugasnya tertinggal di laci. Mau tak mau Nero pun berjalan kembali ke kelasnya.
Dengan langkah malas pemuda bermarga Akita itupun kembali ke kelas. Sesampainya di depan kelas, pergerakannya terhenti. Saat ini ia tengah melihat (Your name) yang duduk sendirian di bangkunya. Dalam diam Nero terus mengamati gadis (Hair colour) itu dari celah pintu.
'Apa yang dia lakukan?' Tanya Nero penasaran.
Dan sekarang Nero tahu apa yang sedang terjadi. (Your name) menangis. Tampak dari bahunya yang bergetar serta isakan pelan yang didengar oleh pemuda itu. Tak lupa kalimat-kalimat entah apa itu yang keluar dari mulut (Your name) dengan lirih.
I compared and contrasted
My fragile self-respect
And our weakened friendship, and felt my weakness.
Continuing to escape along the beltline,
Setelah kejadian kemarin, Nero terus saja diam setiap teman-temannya membully (Your name). Ketika ditanya, ia selalu menjawab sedang tidak mood. Dan saat ditanya keadaannya, ia selalu bilang bahwa dirinya baik-baik saja.
Nero mulai mengingat tentang persahabatannya dengan (Your name) sewaktu SMP dulu. Jika dibandingkan dengan keadaan yang sekarang, jelas sekali bahwa hubungan mereka dulu jauh lebih baik. Dan seandainya jika disuruh memilih, Nero ingin sekali memilih persahabatannya dengan (Your name). Namun rasa gengsi dan takut dijauhi teman-temannya yang sekarang membuatnya menjadi pribadi lain. Nero yang ramah dan perhatian menjadi seorang siswa yang bahagia diatas penderitaan orang lain.
To whom have I inferred responsibility?
Where did the dream I had go?
Having seen your crying face,
I can no longer see furthermore.
Nero juga ingat akan mimpinya yang dulu pernah ia beritahukan ke (Your name). Ia dulu bermimpi supaya bisa membahagiakan (Your name) sampai kapanpun. Mengingat hal itu membuat Nero tersenyum miris.
Ia sudah pernah melihat (Your name) menangis. Dan parahnya, salah satu penyebab tangisan gadis itu adalah dirinya. Hal itu membuat Nero serba salah serta tak enak hati.
See, my mask is cracking,
Each time you whisper
“You’re a liar.”
Running along my cheeks,
Is my hesitation
That’s strangling me around the neck.
Suatu hari Nero tengah bersantai di rumahnya. Saat sedang asyik menatap langit-langit kamarnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan masuk.
Pembohong.
Begitulah isi pesan tadi. Pengirimnya adalah (Your name). Setelah membacanya membuat Nero tertegun. Dulu (Your name) juga pernah mengiriminya pesan seperti itu. Saat itu ia tengah menyembunyikan sesuatu, dan karena pesan itulah Nero pada akhirnya mau jujur.
Dan sekarang, pesan itu ia terima lagi. Kali ini membuatnya sadar. Ia salah karena lebih memilih untuk mengikuti teman-temannya yang sekarang daripada sahabat sejatinya dulu. Tanpa sadar airmata terjatuh dari kedua kelopak matanya. Dadanya terasa sesak hanya karena isi pesan tadi.
The true me
Is loved.
Break the mask,
Even if it’s scary.
Even if my racing emotions
Are too late,
I think they’ll make it in time
And I wonder,
If you’ll still forgive me.
Keesokan harinya, Nero berangkat pagi-pagi sekali. Semalam ia sudah merenung dan kini tekadnya sudah bulat. Ia akan meminta maaf kepada (Your name) hari ini juga. Dia ingin kembali menjadi dirinya yang dulu. Seorang Nero yang ramah dan disayangi banyak orang. Bukan Nero yang memiliki teman karena ia ditakuti.
Nero tak lagi peduli jika meminta maaf kepada (Your name) akan membuatnya dikeluarkan dari kelompok dan ikut menjadi bahan bullying mereka. Walaupun mungkin sudah terlambat untuk meminta maaf, ia tetap akan melakukannya. Dan dirinya berharap, semoga (Your name) masih mau memaafkannya kali ini.
.
Omake:
Nero sibuk dengan pikirannya sendiri kemudian pintu kelas terbuka. Sontak perhatian pemuda itu teralihkan ke pintu, dimana sekarang tampak (Your name) yang hanya berdiri di sana. Nero yang melihatnya langsung bangkit dan berjalan cepat ke arah gadis itu. Tanpa aba-aba apapun ia langsung memeluk (Your name) erat.
"(Your name)! Maaf! Maafkan aku! Aku tahu aku salah!" Seru Nero sembari mengeratkan pelukannya. "Jangan jauhi aku! Maafkan semua perbuatanku selama ini!"
(Your name) hanya diam. Agaknya ia bingung dengan kelakuan Nero pagi itu. Setelah beberapa saat, ia pun akhirnya buka suara.
"Aku memaafkanmu. Tapi, tolong jangan ulangi lagi. Aku memang memaafkanmu tapi aku juga tak bisa mengelak kalau perlakuan kalian menyakitiku." Ucap (Your name) lembut sambil tersenyum.
Nero langsung menatap (Your name) tidak percaya. "Benarkah?! Baiklah! Aku janji tidak akan mengulanginya! Masa bodoh tentang apa yang akan mereka perbuat padaku nanti! Yang jelas bagiku kau lebih berharga dari mereka!"
(Your name) hanya tertawa kecil. "Iya. Aku paham." Balasnya lembut. "Um... Jadi, sampai kapan kau akan terus memegangi kedua pundakku?"
Nero seketika menurunkan kedua tangannya dengan salah tingkah. "M-maaf!" Serunya tak enak hati dengan muka memerah.
(Your name) hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Kemudian gadis itu langsung berjalan menuju bangkunya. Nero mengikutinya dari belakang. Yah, sebenarnya ia ingin menjadi 'lebih-dari-sahabat' bagi (Your name). Namun dimaafkan dan bisa berteman dengan gadis itu seperti dulu lagi saja sudah lebih dari cukup baginya.
.
A/N:
Yey! Ohisashiburi, readertachi~! Ini request dari tanaya_shiroibara! Bagaimana? Maaf kalau gaje dan tidak memuaskan. Dan maaf juga kalau terlalu panjang. Ehehe...
Saa, jaa mata, readertachi!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro