Day 2
Kamu menengok ke arah jam dinding di kelasmu. Istirahat kapan, sih? benakmu. Kamu merasa bosan dengan materi yang dibawakan oleh Mamat-sensei. Tentu saja kamu bosan karena materi yang dibawakan oleh Mamat-sensei adalah pengulangan materi kelas 10, kamu sudah mengerti dengan materi tersebut.
Kamu menghela nafas dan menengok ke arah sampingmu. Kamu langsung face palm melihat kelakuan Tamayo. Lihatlah, dia sudah menempelkan gambar mata di kelopak matanya dan ia tidur. Walaupun Tamayo sudah sering melakukannya, kamu tetap saja tidak terbiasa dengan hal tersebut.
Kemudian kamu melihat ke arah gadis yang berada di depan Tamayo, Izumi Iori. Walaupun ini pengulangan materi, ia tetap saja mencatat apa yang Mamat-sensei jelaskan serta memerhatikannya dengan saksama. Dia murid teladan sih ya... Waktu kelas 10 aja dia ranking satu untuk satu angkatan, benakmu.
Lalu kamu menengok ke arah depan, tempat dimana Riku duduk. Karena ia duduk membelakangimu jadi kamu tidak dapat mengetahui ia memerhatikan atau tidak. Yang pasti, sih ia sibuk memainkan bangkunya bagaikan kursi goyang. Entahlah, materi yang disampaikan masuk ke dalam otaknya atau hanya numpang lewat.
"Oke, ada yang bisa jawab soal yang satu ini dalam sepuluh detik?" tanya Mamat-sensei setelah menuliskan soal mengenai segitiga trigonometri di papan tulis.
Murid-murid langsung sibuk mencari jawaban soal tersebut tidak terkecuali dirimu. Sekitar lima detik berlalu, Riku mengangkat tangannya. "Yak, Riku," Mamat-sensei menunjuk ke arah Riku.
"Panjang AC 10 cm, Mamat-sensei!" seru Riku.
Mamat-sensei langsung menjawab dengan santuynya, "Tetot. Salah."
Kamu langsung bingung dengan jawabannya karena kamu juga menemukan hasil yang sama seperti Riku. Tak hanya kamu, seluruh murid juga bingung kecuali Iori. Iori menghela nafas sebelum akhirnya ia mengangkat tangannya.
"Yak, Ichi," Mamat-sensei menunjuk ke arah Iori.
"Panjang AC 10 cm, Yamato-sensei!" kata Iori.
"Betul sekali!" seru Mamat-sensei yag ternyata namanya Yamato-sensei, "Iori dapat poin tambahan dari sensei!"
Lantas, penghuni kelas bingung. Tak terkecuali Riku. "Lah, kok punya Saya disalahin, sih? Kan jawaban Saya sama persis seperti Iori!" keluh Riku.
"Jadi, manggil guru lu sendiri Mamat-sensei itu patut dibenerin?" tanya Yamato-sensei dengan wajah datar.
"Ya elah, sensei. Mulut Saya cuma sedikit kepleset jadi keluarnya 'Mamat-sensei' bukan 'Yamato-sensei'," Riku ngeles.
Yamato-sensei menghela nafas. Kemudian, ia menyadari bahwa Tamayo tidur. Ia langsung melempar spidol papan tulis ke arah jidat Tamayo. Yang punya jidat langsung bangun dan meringis kesakitan. Penghuni kelas menahan ketawa setelah melihat hal tersebut termasuk dirimu dan Riku. Hanya Iori yang memeberi tatapan aneh terhadap Tamayo.
"Jaga perpus, ya, Tama," Yamato-sensei langsung menyebutkan hukuman untuk Tamayo.
Muka Tamayo langsung mengkerut. Kamu tahu apa yang ada dipikirannya. Pasti dia tidak suka karena ada Sogo di sana pikirmu dalam hati.
Beberapa menit kemudian pelajaran Matematika selesai, digantikan dengan pelajaran Fisika. Gaku-sensei langsung memasuki ruangan. Setelah memberi salam sebagai formalitas, Gaku-sensei langsung menjelaskan materi Fisika.
Satu jam berlalu, sebentar lagi istirahat. Kamu agak senang mengetahui kenyataan itu.
"Gagak-sensei! Masih bucinin Tsumugi-sensei?" tanya Riku tiba-tiba. Mungkin ia sudah terlalu lelah mendengarkan penjelasan Gaku-sensei yang membuat otaknya panas.
'Pletak!'
Spidol papan tulis melayang tepat ke arah jidat Riku. Ini adalah headshot yang kamu lihat untuk kedua kalinya pada hari ini. Yang punya jidat langsung jatuh ke lantai, tak hanya dirinya, kursinya juga ikutan.
"Serik, pulsek bersihin toilet laki-laki, ya," Gaku-sensei langsung memberi hukuman padanya.
"Yah, Sensei... Saya punya urusan. Kucing Saya di rumah nanti gak ada yang ngasih makan gimana?" Riku mencari² alasan agar dirinya tidak dihukum.
"Kan ada si Seten!"
"Tenn-nii kan juga sensei hukum buat bersihin kamar mandi karena kabur dari hukuman yang kemarin. Jadi, gimana dong? Orang tua Saya kerja, nanti kucing Saya gimana nasibnya?"
Gaku-sensei berpikir sejenak. Sebelum ia dapat membuka mulutnya, Iori membersihkan tenggorokannya dan mengangkat tangannya, "Nanase-san bohong, sensei. Dia saja gak tahan deket² kucing, alergi soalnya."
Meskipun yang dikatakan Iori itu bukan penyebab sebenarnya (kalian pasti tahu lah kenapa), Riku langsung tersentak dan komplain ke gadis yang berada di sebelahnya, "Chotto, Iori!"
Kamu dan Tamayo langsung menahan ketawa. Tidak hanya kalian berdua, murid laki-laki berambut pirang di depan Riku ikut-ikutan nahan ketawa. Iya, dia juga termasuk salah satu teman terdekatmu di sekolah, tak lain dan tak bukan ialah Rokuya Nagi, si murid hasil pertukaran pelajar antara negaramu dan Northmarea.
Gaku-sensei berkata, "Serik hukumanmu berlaku sampai besok ya."
"EHHHH....??"
*timeskip
Kini kamu sedang berada di kelasmu bersama Riku, Tenn, Nagi dan Iori. Kalian terlalu malas untuk pergi ke kantin sekolah karena tempat iti selalu ramai ketika jam istirahat. Tamayo? Tidak perlu ditanya ia sedang berada di mana, sudah tentu sedang menjalani hukumannya yang diberikan Yamato-sensei.
Kalian berlima berbincang-bincang banyak hal, lebih tepatnya kalian bertiga sih, karena Riku asyik menggoda Iori. Ia senang menggodanya karena wajah si tsundere Iori begitu imut ketika ia sedang tersipu. Biasanya, bila Iori menggembungkan pipinya, Riku pasti menusuk-nusuk jarinya ke pipi Iori. Satu lagi, tekadang dalam keadaan tertentu, posisi mereka dapat berubah. Jadi tidak selalu Riku yang berperan sebagai penggoda. Sekian penjelasan mengenai 'hubungan' mereka berdua.
Kamu tersenyum ketika kamu melihat tingkah mereka berdua. Seperti pasutri yang berbahagia, pikirmu.
Tenn berdehem dan hal itu memecah lamunanmu. "(N/P)-san, kau mau digoda seperti Iori?"
Kamu menengok ke arah yang bertanya dan mengkerutkan wajahmu,"Siapa juga yang mau digoda."
Tenn tersenyum iseng, "Hehh..?? Yakin? Aku juga bisa loh menggoda perempuan seperti Riku, malah aku lebih jago."
"Ohh...?" kamu tersenyum menantang.
Kamu dan Tenn saling tatap menatap dengan tatapan yang menantang. Nagi yang berdiri di tengah-tengah kalian langsung melerai kalian. "No, no," Nagi berbicara dengan aksen asingnya, "Kalau soal itu, pastilah aku jagonya."
Nagi memegang tanganmu dan bersedia untuk mencium punggung tanganmu sebelum itu, ia melakukan wink kepadamu, "Hello, my girl~ You look beautiful today. Just like me."
Kamu dan Tenn langsung face palm. "Lu mau ngegoda? Atau muji diri sendiri?" tanya Tenn.
Sebelum Nagi dapat menjawab, suara familiar pun datang mendekatimu. Teriakannya begitu menggelegar. "(N/P)-CHANN!!!!" sang pemilik suara berlari menghampirimu dan langsung memeluk lehermu dari belakang serta tak lupa melingkarkan kakinya di pinggangmu.
"Eh... Eh... Tamayo...?!" kamu berusaha menyeimbangkan tubuhmu karena Tamayo berat. Untungnya usahamu berhasil. "Turun woe!!!" teriakmu.
"GAK MAU!!! GAK MAU!!!" Tamayo malah menguatkan pelukannya padamu.
"KENAPA SIHH??!!" kamu meninggikan nada bicaramu.
Kamu melihat ke arah Tamayo yang mulai menangis. Kamu agak terkejut melihat hal itu. Sangat langka melihatnya menangis. Kamu merencahkan nada bicaramu, "Ke-Kenapa, Tamayo?"
Dia tampak enggan berbicara. "What's wrong, Mayo?" tanya Nagi.
Riku dan Iori yang asyik sendiri mengalihkan perhatiannya ke Tamayo yang sedang nemplok di badanmu.
"Yotsuba-san, ada apa?" kini Iori ikut bertanya.
Tiba-tiba, seseorang memanggil nama Tamayo dengan nada yang agak menyeramkan. Tamayo langsung menyembunyikan kepalanya di punggungmu. "S-So-c-chan..." katanya pelan.
Orang yang disebut Tamayo muncul di depan pintu kelasmu. "Aku sudah bilang jangan mengacau di perpus kan, Tamayo-chan?! Kenapa kamu tidak mengerti juga?!" bentaknya.
Tamayo mengangkat kepalanya dan mengencangkan pegangannya padamu, "A-Abisnya... Aku bosan... Terus, aku tidak suka membaca buku... Aku tidak memiliki HP... Aku sedang dihukum... Jadi, aku memutuskan untuk makan si perpus. Yang penting aku tidak berisik atau mengotori ruangan, kan?!"
"Jangan banyak alasan! Itu sudah peraturan di perpustakaan! Kau harus mematuhinya! Dan... Berhentilah bergelantungan di tubuh (N/P)-chan, Tamayo-chan! Kau kan jauh lebih tinggi daripadanya!" seru Sogo.
"Tidak!"
"Lepas!"
"TIDAK! (N/P)-chan sahabatku! Ia tidak masalah aku melakukan ini!"
Sogo menghela nafas. Dia lelah mengurusi gadis macam Tamayo. Akhirnya setelah perdebatan yang agak lama, Sogo memutuskan untuk menarik tangan Tamayo dari lehermu. Tapi, hal tersebut malah membuatmu kehilangan keseimbangan dan dirimu serta Tamayo terjatuh ke lantai.
Hal yang tidak terbayangkan terjadi.
Tamayo jatuh terduduk. Kepalamu selamat berkat paha Tamayo. Dan...
Mungkin, karena tangan Sogo tadi tidak sengaja ketarik Tamayo, Sogo ikutan jatuh dan ia jatuh tepat di atasmu. Juga...
Bibirmu menyentuh bibirnya.
Iori langsung melongo melihat hal tersebut dan tak lupa disertai pipi merah meronanya. Nagi meletakkan ledua tangannya di sisi kiri kanan pipinya dan berkata, "OH MY GOD!" Tenn langsung tersenyum iseng. Riku memotret kejadian tersebut dengan telepon genggamnya. Tamayo? Jangan ditanya? Wajahnya adalah yang paling pucat dari semuanya. Iyalah, siapa yang tidak akan pucat dan terdiam seribu bahasa ketika dua orang pasang laki-laki dan perempuan berciuman di pahamu.
Sogo mengangkat wajahnya dari wajahmu. Kamu melihat wajahnya merah padam. Ia berdiri kemudian berkata, "G-Gomen," dan ia kabur.
Wajahmu juga tak kalah merah. Kamu mengangkat kepalamu dari paha Tamayo. Tamayo masih terdiam.
"Fufufu..." Tenn dan Riku langsung tertawa iseng.
"Tak kusangka, si Osaka Sogo yang alim dengan berani melakukan hal tersebut di depan kita semua," kata Tenn, "Riku, lihat fotonya."
Riku mengangguk dan menghampiri saudara kembarnya, "Nih, Tenn-nii."
"Kalau ku post di akun sosmedku, viral kali, yak," kata Tenn.
Nagi menggelengkan kepalanya pelan, "Oh, kamu kejam sekali, Tenn-shi."
Tenn tertawa. Kemudian ia mengalihkan pandangannya padamu yang masih diam. "Jadi?"
"HUUAAAA!!!!" pertanyaan Tenn malah dibalas oleh teriakan Tamayo, "IORIN!!!", ia berlari menghampiri Iori dan memeluk leher Iori dari belakang dan menyembunyikan wajahnya di punggungnya.
"A-Apa, Yotsuba-san?!!" tanya Iori sambil berusaha untuk melepas pelukkan Tamayo.
"Menyeramkan!!! HUAAAA!!!" teriaknya.
Iori menghela nafas pasrah.
Nagi membantumu berdiri dan bertanya, "Bagaimana rasanya, (N/P)-shi?"
Kamu menjawabnya dengan pertanyaan, "Ada air gak?"
"Kenapa emangnya?" Nagi memiringkan kepalanya.
"PEDAS!!!" kamu berteriak dan berlari di tempat. Kemudian dengan cepat kamu mengambil botol minum dari tasmu.
Tenn dan Riku langsung tertawa terbahak-bahak melihat tingkahmu. "Itu semua karena Sogo maniak tabasco!" kata Riku di sela-sela sesi tertawanya. "Humorku..." Tenn mengusap air yang keluar dari pucuk matanya.
Setelah kamu minum banyak air, akhirnya rasa pedasnya hilang. Kamu mengatur nafasmu. Kemudian berkata, "DASAR, PARA NANASETAN!!!"
"Fufufu..."
Iori menatapmu penuh selidik. Kamu menyadarinya setelah memberi tatapan kesal ke para Nanasetan tadi. Kamu bertanya, "Kenapa, Iori?"
Iori menjawab dengan pertanyaan, "Apakah ciuman dengan seseorang selalu terasa pedas?"
Setelah Tenn berhenti tertawa, ia membalas, "Kenapa? Kau mau mencobanya?"
"Eh?" Iori terkejut.
"Nih, Rikumu siap kok," kata Tenn sambil menepuk pundak kembarannya yang berada di sebelah kirinya.
Wajah Riku memerah, "A-Apa?"
Wajah Iori merah padam, "T-TIDAK! AKU TIDAK MAU!!!"
Tamayo mengangkat wajahnya dan berkata sambil gemetaran, "K-Kalau kamu mau melakukannya dengan Rikkun, jangan melakukannya di pahaku ya, Iorin."
"SIAPA JUGA YANG MAU MENCIUM NANASE-SAN?!" bentak Iori.
Nagi sekali lagi memiringkan kepalanya, "Nanase? Yang mana maksudmu?"
"Sudah tentu dengan adikku tercinta ini," Tenn meletakkan tangannya di belakang kepala Riku—Tangannya sudah siap untuk menjatuhkan Riku ke arah Iori yang sedang duduk di kursinya.
Wajah Riku menjadi merah semerah rambutnya, "Te-Tenn-nii, kau serius?"
"Kenapa kau gugup? Kau tidak pernah gugup ketika menggodanya."
"Itu lain cerita, Tenn-nii... Aku tidak bermaksud untuk melakukan hal-hal seperti itu terhadap Iori."
"Oh? Nanti kamu nyesel, loh... Nanti first kissnya bukan denganmu."
"T-Tenn-nii..."
Kamu tertawa terpaksa dan mulai merasa simpati terhadap Riku yang terus diledek oleh Tenn, "Tenn, kasihan Rikunya..."
Mendengar percakapan Nanase Twins yang berada di depannya, wajah Iori makin memerah.
Kamu menghela nafas. Kemudian, kamu teringat kejadian yang tadi. Tak kusangka baru kemarin aku mengenalnya... Aku sudah berciuman dengannya. Aaa... First kissku..., kamu menutup wajahmu yang memerah dengan kedua tanganmu.
---------------------(^з^)-☆Chu!!-----------------
Genderbend Iori sudah aku cantolkan di chapter ini ya~
Kuharap kalian suka dengan chapter ini😁
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro