Prolog
"Ini untuk Kakak."
Naruto yang tengah menyiram tanaman pun menoleh pada sumber suara, menatap sang adik yang menyodorkan sebuah celengan kecil.
"Aku tahu, uang Kakak pasti sudah habis karena membeli obat untuk Ibu." Sara berusaha menjelaskan kala melihat raut Naruto yang tampak keheranan. "Jadi, pakai uangku saja untuk keperluan Kakak. Tidak begitu banyak. Tapi, semoga bisa sedikit membantu."
Hati Naruto terenyuh mendengarnya. Dia tersenyum, mengusap pucuk kepala sang adik. "Terima kasih, Sara. Tapi, lebih baik kau simpan uang itu untuk kebutuhanmu."
"Bukankah Kakak lebih membutuhkan?"
"Tidak. Kakak sudah tak ada keperluan apapun." Naruto terdiam sejenak sebelum kembali memberi senyuman meyakinkan. "Lagipula uang Kakak masih ada."
"Benarkah?"
"Hm."
"Baiklah. Tapi, Kakak jangan segan untuk memakai uang ini jika butuh sesuatu."
Naruto tak berucap apapun lagi sedangkan Sara kembali masuk ke dalam rumah.
Beberapa saat setelah Sara beranjak, raut wajah Naruto tak tampak ceria ketika bertatap muka dengan sang adik. Sorot matanya meredup sendu.
Naruto menghela napas, melirik ke arah jendela kamar sang ibu yang sedikit terbuka. Di sana, terlihat berbaring wanita paruh baya yang semakin hari semakin kurus karena tubuh yang terus-menerus digerogoti oleh penyakit.
Sungguh, Naruto tak tahu harus bekerja apa lagi demi bisa membawa sang ibu ke rumah sakit dan mendapat perawatan yang layak. Gajinya yang hanya sekadar pegawai mini market benar-benar tak mencukupi. Sanak keluarga pun tak ada yang bisa dimintai pertolongan, semua anggota keluarganya benar-benar tak ada yang peduli.
Naruto meraih ponsel dalam saku celana, mencari kontak sang teman yang selama ini selalu membantunya.
•
•
•
Malam telah tiba, Naruto berpamit pergi kepada sang ibunda dan sang adik untuk menemui Sakura di tempat yang sudah dijanjikan.
Naruto berusaha melangkah secepat yang dia bisa bersebab khawatir Sakura datang terlebih dahulu dan menunggu. Dia tak mampu untuk menaiki kendaraan umum karena uang yang dimiliki pun benar-benar tidak mencukupi untuk itu.
Namun, semua tidak sesuai harapan. Sakura sudah terlebih dahulu datang.
"Kau jalan kaki?" Sakura mengerutkan dahi ketika Naruto tiba di hadapannya dengan napas yang sedikit terengah. "Dasar, padahal sudah kubilang untuk menunggu sebentar, sopirku akan menjemputmu."
Naruto hanya tersenyum canggung sebelum ikut duduk di salah satu kursi kedai. Mereka berbincang biasa dalam beberapa menit sampai akhirnya Sakura bertanya tentang hal apa yang ingin Naruto bicarakan atau perlukan hingga meminta mereka bertemu malam-malam seperti ini.
"Maaf sebelumnya." Naruto tampak sedikit menunduk sembari mencengkeram ujung meja. "Aku sedang butuh biaya untuk perawatan ibu. Bolehkah aku meminjam uangmu lagi?"
Sebenarnya Naruto segan. Naruto malu karena sudah beberapa kali meminta bantuan Sakura. Tetapi, tak ada lagi orang yang bisa dia andalkan. Hanya Sakura satu-satunya teman yang selalu bersedia mengulurkan tangan.
Sakura masih tak menjawab. Dia terdiam cukup lama hingga membuat Naruto gelisah.
"Tapi, jika kau keberatan tidak apa-apa, aku tidak memaksa. Aku--"
"Bagaimana jika kau bekerja untukku saja?"
Naruto mengerjapkan mata beberapa kali. Tak paham dengan apa yang Sakura katakan. "Bekerja ... untukmu?"
"Hm. Aku akan membayarmu sepuluh kali lipat dari gaji yang biasa kau terima di mini market." Sakura melipat kedua lengan di depan dada. "Ah, tidak! Mungkin bisa lebih dari itu. Dan aku yakin, dengan itu kau pasti mampu membawa ibumu ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif."
Naruto sungguh tergiur pada tawaran Sakura. Karena benar, dengan uang sebanyak itu tentu saja dia pasti bisa membuat ibunya mendapat perawatan rumah sakit dan adiknya pun bisa dibiayai dengan layak. Ya, Naruto yakin, kehidupan mereka akan membaik.
Tanpa berpikir panjang dan banyak bertanya, Naruto pun mengangguk setuju, dia percaya pada Sakura.
"Tapi, ada syarat yang benar-benar harus kau penuhi." Raut wajah Sakura terlihat lebih serius. Dia mencondongkan tubuh, berbisik tegas pada Naruto. "Kau harus menjadi istri kedua untuk suamiku."
•
•
•
TBC ...
28/Mei/22
Semoga bisa update dengan lancar, hehe. ^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro