1
'Buat apa gue hidup normal, kalo yang kayak gini aja masih nggak bisa bahagia?'
***
Beberapa tahun kemudian....
Seorang gadis cantik tengah mematut dirinya didepan cermin, rambut ombre black, blue, grey nya jatuh dengan indah. Ia menambahkan sedikit bedak diwajahnya yang putih tanpa cacat sedikitpun.
Di rasa siap, ia mengambil sepatu di raknya dan memakainya dengan cepat. Setelah itu ia mengambil tasnya dan menyampirkannya di bahu kirinya, dan segera turun menuju lantai dasar. Ia melihat keluarganya sudah berkumpul, menghela nafas ia melengos begitu saja.
Tidak ada sapaan, tidak ada ucapan selamat pagi, juga tidak ada panggilan sekiranya untuk membuatnya berhenti dan kembali kesana. Keadaan sudah sepenuhnya berbeda. Dan ia harus menerimanya.
"Gitu aja terus sampe sukses! Kalo bisa sih sampe gue mati", cibirnya saat akan keluar dari rumah megahnya.
Ia segera keluar dan melihat mobilnya sudah siap dikendarai dan sudah dipanasi juga, gesit ia memasuki mobilnya dan menyalakannya. Saat akan menginjak pedal gas...
Ting!
Ia merogoh saku jasnya dan mengambil iphonennya.
Kyle Maxellan : Woi, Zee kutu kebo, lo dimana?
Zee mendengus dan membalas chat sahabatnya itu.
Zee Mcqueen : Mau jalan
nyet, nape?
Kyle Maxellan : Bo, jemput gue dongs, mobil lagi masuk bengkel
Zee Mcqueen : Males, naik taksi aja sana, gue mau berangkat bye!
Kyle Maxellan : Eh Bo! Lo kok jahat sih
Kyle Maxellan : Elah Bo! Jemput nape!
Kyle Maxellan : Anjerr gue dikacangin kebo!
Kyle Maxellan : Kacangin aja terus sampe sukses! Sampe ntar ada telurnya!
Zee hanya tersenyum tipis melihat chat dari sahabatnya itu. Setelah menyimpan kembali iphonennya, Zee melajukan mobilnya kearah sekolahnya. SMA Bina Jaya.
Zee memasuki pekarangan sekolahnya, mematikan mesin dan keluar dari mobil. Gadis dengan penampilan berandalan nya yang begitu kental itu menatap lapangan yang tumben ramai. Banyak mata yang mengarah padanya, menilai penampilannya hari ini.
Hari ini Zee mengenakan seragam kotak-kotak hitam-putih, dengan sepatu vans maroon-nya, dan jangan lupakan rambut ombrenya yang badai. Banyak anak-anak perempuan yang menatap kagum juga iri padanya, tak salah mereka seperti itu, karena pada dasarnya sekolah ini cukup ketat di peraturan.
Tapi, tentu saja Zee melanggarnya. Karena baginya 'Peraturan ada untuk dilanggar' , entah sudah berapa puluh kali ia masuk ruang bk dengan alasan yang sama.
"Tu mata pen gue colok ada juga", ucap Zee dan mendengus kesal.
Saat Zee akan melangkahkan kaki jenjangnya, 4 mobil sport datang dan berhenti dikanan-kiri mobilnya, Zee yang tau siapa pemilik mobil itu hanya memutar bola matanya dan memilih duduk diatas kap mobilnya.
"Piwiwit", siul salah satu orang itu.
"Wih, bebep gue nunggui bray", katanya pada teman-temannya dan tersenyum jahil pada Zee.
"Ih, najisun pergi sana lo jauh-jauh, muak gue liat lo", ucap Zee.
"Jangan gitu dong beb, ntar kangen lagi lo sama gue", katanya dan mengerling.
"Amit-amit. Udah ah sana! Enyah dari hadapan gue, Juan!", ucap Zee jengkel.
Juan, atau yang bernama lengkap Jurio Andalas. Lelaki yang selalu menganggu pagi Zee, lelaki yang tidak pernah absen membuat Zee kesal. Entahlah apa motif Juan menganggu setiap paginya.
Juan sebenarnya masuk dalam jajaran most wanted di sekolah ini, tapi ya itu Zee tidak tertarik dengannya. Juan juga kakak kelasnya, ketos juga, tapi itu tidak membuat Zee bersikap ramah padanya.
"Lo mah, nggak bisa apa ya menganggap kehadira....",
"Nggak bisa! Dan nggak akan pernah bisa", potong Zee cepat.
"WOI! JUAN", pekik suara yang sudah sangat mereka kenali.
"Mati Ju, buru ah. 4 macan betina datang bro", ucap Romy.
"Mereka ganggu aja! Yaudah gue pamit ya, jan kangen loh", kata Juan dan mengedipkan sebelah matanya dan Zee hanya bergedik jijik.
"Sumpah ya! Itu anak nggak bosen apa gangguin lo mulu!", ucap Jean jengkel.
"Yaudah sih, biarin aja", Kata Zee santai.
Zee meneliti penampilan ke-4 temannya, ia beserta teman-temannya mendapat skors 3 hari karena kebanyakan membolos dan membuat onar, merekapun memilih merombak penampilan selam masa skorsing.
"Kayaknya cuma lo yang paling nyentrik Kyle", ucap Zee.
"Yep, dan cuma lo, Jean, and Sesil yang nggak mencolok", kata Kyle dan mendengus jengkel.
"Yaudah, gimana kalo minggu depan kita samaan aja?", usul Kina.
"Boleh juga", kata Sesil.
"Gimana kalo warna rainbow? Biar tambah riweh ini sekolah?", tanya Jean dengan smirk-nya itu.
"Ah! Pinter lo Jean. Mingdep kita ke salon mama Sesil", kata Kyle heboh.
"Eh nyet, lo naik apa kesini?", tanya Zee pada Kyle.
"Nebeng Kina", katanya nyengir.
Zee hanya memutar malas kedua bola matanya. Zee memberi instruksi pada teman-temannya untuk segera ke kelas. Saat berjalan menuju kelas banyak tatapan yang menghujam mereka ber-5.
Mereka dengan cueknya berjalan angkuh dan sengaja beberapa kali melempar rambutnya kebelakang--kecuali Zee--. Rambut Kyle yang sudah seperti gulali yang paling banyak menyita perhatian, sedangkan Zee dengan rambutnya yang lebih kalem, black to grey to blue-nya.
Setelah sampai ke kelas, mereka hanya meletakkan tas dan berjalan kearah lapangan basket. Kalau biasanya kebanyakan orang, bolos kekantin lain lagi cerita dengan ke-5 most wanted girls itu. Mereka memilih duduk dibangku para penonton.
"Eh, kalian udah nonton filmnya Tom Cruise? ", tanya Kyle heboh.
"Yang mana?", tanya Sesil menanggapi.
"Mission Impossible: Gosht Protocol", katanya seru.
Zee, Kina, Sesil, dan Jean serempak menepuk kening mereka. Film yang umurnya sudah 15 tahun baru booming di Kyle sekarang? Astaga rasanya Zee ingin menggeplak kepala Kyle.
"Gosht, itu film udah dari jaman bahula! Lo malah ngomonginnya sekarang!", kata Jean kesal.
"Tau nih Kyle! Orang mah yang dibahas Resident Evil yang the final chapter dodol! Itu kan baru, eh nggak baru banget juga", kata Sesil dongkol.
"Hooh, ato nggak fast and farious 8 kek. Keki gue lama-lama sama lo", ucap Kina gemas.
"Ih! Gue juga tau kali! Cuma ya gue tu suka bingung pas nonton tu film", kata Kyle.
"Kenapa?",
"Coba lo liat baik-baik tu film. Kan ceritanya mereka di Dubai tuh, nah pas Ethan mau ngambil apa gitu gue lupa, nah kan dia ke parkiran mobil tuh. Parkiran mobil yang otomatis, bisa naik turun sendiri, nah itu kan adanya di Jerman, gimana bisa ke Dubai!!",
"Elah si lemot, apa sih yang nggak mereka bisa? Semua bisa odong!", kata Sesil.
"Iya, juga sih", kata Kyle dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lemot jangan dipelihara!", kata Zee dan menyeringai membuat Kyle mengerucutkan bibirnya.
Saat ke-5 nya asik bercanda, eh ralat cuma ber-4. Karena Zee sibuk dengan iphonennya, kepala sekolah menghampiri. Kyle, Kina, Sesil, dan Jean nyengir saat melihat kepsek sudah dihadapan mereka. Lain dengan Zee yang hanya cuek.
"Kalian! Ini baru masuk kenapa sudah membolos lagi?! Cepat masuk kelas!", kata kepsek itu galak.
Seperti di komando, mereka berempat serentak ngacir ke kelas masing-masing meninggalkan Zee yang hanya cuek di tatap begitu tajamnya oleh kepsek itu.
"Zee, ikut keruangan!", perintahnya dengan nada yang tidak bisa ditolak.
Zee berjalan dengan malas mendahului kepseknya. Zee tau banyak pandangan yang menuju padanya, dan saat ia menoleh ia melihat Juan yang sedang menatapnya intens. Tapi Zee tidak ingin ambil pusing, karena ia sudah terbiasa.
Setelah sampai, Zee juga masuk duluan dan langsung duduk dengan watados-nya. Sang kepsek pun hanya bisa menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepalanya dan duduk dikursi kebesarannya.
"Sampai kapan mau kayak gitu? Om tau kamu pintar, sehingga kalau kamu ketinggalan pelajaran kamu dapat menyusulnya dengan mudah", ada jeda sebelum kalimat selanjutnya.
"Kenzy, kita hidup dalam lingkungan saling menghargai, lalu kenapa kamu tidak bisa menghar...", ucapan Adrian. Kepsek sekaligus Om Zee terpotong.
"Buat apa Zee menghargai, kalau mereka aja nggak bisa menghargai Zee. Dan sejak kapan Zee berada dalam lingkup yang Om sebutkan tadi?", tanyanya datar. "Om, udah deh. Nggak usah urus Zee! Cukup Om urus anak dan keponakan kebanggaan mereka itu", lanjutnya sinis.
Adrian menghela nafas, ia bangkit memutar kursi Zee dan berjongkok disana. "Kamu dulu nggak kayak gini Zy. Kenzy yang Om kenal dulu ramah, banyak senyum, ceria dan pastinya cantik. Cantik memang masih melekat sama kamu, tapi mana cerianya kamu dulu? Mana senyum yang selalu kamu tabur? Mana keramahan kamu?", Kata Adrian dan menatap dalam mata biru laut Zee.
"Inget Om, semua didasari kata dulu, kan? Berarti itu cuma masa lalu yang nggak berharga sama sekali. Masa lalu yang pengen semua orang hapus", ucap Zee datar. Wajahnya sulit diartikan.
Adrian kalah telak, ia tidak bisa membalas ucapan Zee. Zee yang melihat itupun tersenyum sinis, matanya tertutupi kilat kebencian. "Aku cuma beban, kan? Dan dari awal emang gitu kan?",
"Kenzy! Mereka cuma salah paham, biarin waktu yang ngungkapin semuanya!", kata Adrian tegas.
"Aku nggak peduli! Di keluarga yang peduli sama aku cuma Om! Oma! Sama Opa! Mereka enggak!", ucap Zee marah. "Cukup! Aku nggak mau ngebahas ini, aku permisi", lanjut nya dan pergi meninggalkan kantor Adrian.
Zee keluar dari kantor Adrian dan langsung menuju taman belakang sekolah. Taman ini sangat terawat dan tertata rapi, Zee tersenyum tipis melihatnya. Zee memilih duduk direrumputan ia juga tidak peduli jika nanti bajunya akan kotor.
"Kapan sih lo mau berubah?", ujar suara dibelakang Zee. Zee tentu saja mengenali suara siapa itu.
"Apa urusannya sama lo?", tanya Zee tanpa membalikkan badannya.
"Ada. Karena nama lo dan ke-4 temen-temen lo menuhin buku catatan murid bandel. Dan nama lo yang paling banyak", katanya santai.
Zee hanya mendengus menanggapinya. "Lo kenapa sih nggak hidup kayak remaja umumnya aja, yang taat peraturan. Lo hidup dibilang normal, enggak. Dibilang nggak normal juga, enggak. Bingung gue ", katanya jengkel.
"Yaudah sih nggak usah ikut campur! Buat apa gue hidup normal, kalo yang kayak gini aja nggak bisa bahagia?", gumam Zee yang masih dapat di dengarnya.
"Ya, terserah lo sih", gumamnya balik.
"Plis deh Ju, gue kesini karena pengen nenangin diri, dengan adanya lo disini percuma", kata Zee datar.
"Lo nggak bisa apa ya manggil gue 'kakak' harus banget manggil nama?"
"Ogah, males gue manggil lo kakak"
"Ya,ya.. Terserah lo aja. Btw, baru 3 lo nggak masuk, rambut lo udah berubah aja", sindirnya. Dan Zee hanya mendengus mendengarnya. "Kayaknya semua hukuman yang gue kasih nggak mempan ya? Capek gue", katanya jengkel.
"Yaudah, nggak usah kasih gue hukuman, nggak bakal gue kerjain juga", ucap Zee santai.
"Au ah serah lo. Udah bel lo nggak mau kantin?", tanya Juan yang hanya dibalas Zee dengan mengangkat bahunya. "Gue duluan", kata Juan dan mengusap puncak kepala Zee.
Setelah kepergian Juan, tiba-tiba saja iphonennya bergetar hebat, tanda banyak spam chat yang masuk. Zee pun mengambil iphonennya yang berada didalam saku jasnya dan membuka room chat bersama para sahabatnya.
The Beautiful Angel
Kinanda.Josh : Woi Zee lo dimana nyet?! @Zee McQueen
Sesil Anggita : Susul kantin Zee
Kyle Maxellan : Lo tadi kemana nyet? Dicari Bu Betty noh, kangen kali sama lo 😄😄
Sesil Anggita : Hooh Zee, dia nanya mulu, kan gue kesel jadinya. Gue bilang berisik eh kelas langsung hening *krik.. Krik. Gitu ada suara jangkriknya! 😑😤_- kan nyebelin
Kinanda.Josh : Gila lo Sil! Dikeluarin nggak? 😁
Kyle Maxellan : Nggak di keluarin lagi! Langsung disuruh bersihin wc 😂😂😂
Zee McQueen : Mampus!
Kyle Maxellan : Woi! Buru kekantin Zee!
Kinanda.Josh : Hooh, gue dah pesen makanan kesukaan lo nih!
Sesil Anggita : Perlu gue jemput?
Zee Mcqueen : nggak, gue otw
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro