1. 2
Naya Ayani. Nama gadis berambut pirang yang saat ini berada di kantor penerbit komiknya. Mengerjakan revisian komik buatannya yang telah dikejar deadline akan terbit dalam tahun ini. Sekaligus komik perdananya.
Dikarenankan sebagai komik perdana, Naya merasa itu hanyalah cerita komik uji coba, yang tidak sengaja mendapatkan bonus di versi cetak.
Raya, masih dikatan sebagai editornya saat ini. Meski gadis itu telah mengajuhkan surat pengunduran diri belum di konfrimasi. Sayangnya, surat pengunduran itu dapat diterima setelah Naya mendapatkan editor baru.
"Lo beneran undur diri, Ray? Terus siapa dong yang mau editor baru gue?"
"Kalau gue dapat gak sesabar, lo gimana?"
Ah. Berapa banyak pertanyaan yang Naya ajukan.
Raya hanya terkekeh kecil berfokus dengan coffee maker lalu menghirup aroma kopi buatannya.
"Bentar deh, Nay. Kenapa gue masih di gantung, nunguin elo dapet editor baru?" Raya bertanya-tanya. Selama dua bulan ini surat pengunduran dirinya barusaja belum jua dikonfirmasi, selagi memberikan surel kepada pihak managment mengenai persyaratan tersebut.
"Kan tangung jawab lo," jawab Naya asal.
Sudahlah mereka juga tidak mengerti. Raya memberikan satu cangkir kopi kepada Naya selagi mengobrol bersama. Mengingat dua komik buatan Naya dibantu oleh Raya sekaligus menjadi teman dekatnya, membuat kedua gadis itu terlalu sulit untuk mengatakan perpisahan.
Dulu, Naya kecil tertarik dengan menjadi komikus. Secara tidak sengaja, gadis kecil itu menemukan banner perlombaan komikus, penulis komik di salah satu plamfet dekat taman.
Saat itu, Naya kecil yang berumur enam tahun tidak mengerti apa itu cita-cita seperti yang bapak gurunya selalu pertanyakan. Yang Naya tahu hanyalah mengambar digital atau virtual sesuai dengan hobinya.
Berawal dari sana, Naya mengembangkan gambar ilustrasi dan membuat karangan plot cerita. Semenjak saat itu, Naya mempunyai cita-cita sebagai komikus, penulis komik.
Mengingat masa kecilnya itu membuatnya tersenyum. Bagaimana ia berada di titik sekarang. Jika mengingat-ingat lagi.
Naya kembali berfokus pada layar tablet melakukan pekerjaannya ilustrasi komiknya mengenakan pen staylus dengan cermat.
Dengan langkah tegesa-gesa dari balik arah, Fatim, perempuan berambut sebahu dengan penampilan tomboy, berasal dari tim produksi itu langsung saja menyeruput minuman Naya, yang sama sekali diusik oleh si pemilik.
"Nay. Ra. Gue punya kabar bagus, nih!" Fatim berseru siap dengan kabar super ter-hot yang selalu para tim selalu nantikan.
Mulai dari voucher diskon pembelian, komikus buatan salah satu dari karyawan mereka segera naik daun, bahkan kucing si pemilik pernerbit, tempat mereka bekerja ini mempunyai dua kucing anggora yang segera mempunyai keturunan pun menyebar luas.
"Ya! Ya! Ya! Minum gue," decak Naya kesal. Mimuman kopinya kini terteguk habis oleh Fatim.
"Gue buatin lagi," ajuh Raya bangkit dari posisinya berniat membuatkan mereka secangkir kopi. Dengan melanjutkan pembicaraanya tertuju ke arah Fatim, "Apa? Gue pingin dengar nih! Awas aja kalau hoax," ancamnya was-was.
"Mana pernah Fatim, nyebar berita hoax?" Fatim menaikan alis kemuduan berfikir sejenak lalu menyipitkan mata menatap Raya, seolah sedang mengocok kartu domino. Entah kartu domino apa yang keluar jika berhubungan dengan lawan bicaranya yang saat ini di tatapnya.
Naya tetap befokus pada posisinya. Menghiraukan dua perempuan itu yang akan heboh kabar layang yang belum divertifikasi kebenarnya. Apalagi dari Fatim? Belum tentu terdektesi kebenarannya.
"Gue denger lo mau memundurkan diri. Tapi belum di terima?" Nah, Fatim telah menemukan kartu domino untuk Raya.
Ya, kan! Mana bisa dipercaya? Fatim juga menerima pernyatan itu dari mulut ke mulut. Begitu dengan Naya, tidak bisa menutup keduanya telinganya dengan gosip yang setiap hari bermuculan dari akar ke permukaan.
Ponsel Raya sedari tadi berada di saku itu pun kini berbunyi, menandakan panggilan masuk. Si pemilik pun segera mengeser tombol hijau.
"Gue duluan, ya! Lupa kalau ada janji," cengir Naya setelah mengakhiri panggilan telepon. Menegaruk kepalanya yang tidak gatal.
Naya mendongak bagaimana keadaan minuman kopi yang sebelumnya gadis itu janjikan. Sedikit prihatin, karena Raya meninggalkan kopinya belum tersaji di dalam cangkir.
"Biar gue yang urus tuh kopi." Beruntungnya, Fatim, mengetahui situasi. Gadis itu menempati posisi sebelum kepergian Raya. Kebetulan juga, pekerjaannya hari ini tidak terlalu menunpuk.
"Makasih. Bang Fatim."
Sebenarnya, Fatim tidak menyukai panggilan 'Bang' seolah dipelesetkan menjadi 'Bangkrut' a.k.a. Bang-krut. Ntaaps. Perihal penampilan gadis tomboy itu, bagi Naya cocok-cocok saja jika dengan sebutan 'Bang'
Karena merasa bosan, Naya meninggalkan cerita komiknya beralih membuka aplikasi instagram mengunduh feeds terbaru. Sudah lama sekali, Naya tidak mengungah drawing art, ciptaannya membagikan ke para followers.
"Nay. Nay. Gue dengar lo butuh editor baru?" awalnya Fatim bertanya-tanya. Ketika lawan bicaranya mengabaikannya, gadis tomboy itu melanjutkan pembicaraanya, "Gue dengar sekarang dia lagi di ruangan bu manager."
"Arkgh! Kenapa lo selalu bilang dengan awalan 'gue denger-denger ... blabla'. Gak ada kata lain? Gimana gue mau percaya?" Naya berdecak menutup telinganya rapat-rapat.
"Tapi ini fiks! No hoax. com khusus buat Naya!"
"Bodo amat, Bang!" tangkis Naya kesal mengakhiri perdebatannya dengan Fatim. Lama-lama ia kesal dengan gosip yang selalu beredar dimana-mana narasumber itu.
Naya kembali fokus dengan aktivitas semulanya. Menghiraukan ocehan Fatim yang masih berkicau panjang lebar.
Seusai Naya mengambar drawing art. Kelopak bunga yang belahan bermekaran menjadi objek drawing art-nya. Di tambah seorang gadis kecil seolah menunggu kelopak bunga itu bermekaran indah. Dengan nuansa hayati. Tidak lupa dengan nama pena @notbyeme.
Ohya! Naya hampir saja menghilang dari peradapan dunia komik. Kini gadis itu kembali menyapa para folowersnya kembali. Notifikasi like dan beberapa orang mengomentari feeds terbarunya kini bermuculan di atas notifikasi.
Orang-orang yang mengenalnya dengan nama pena @notbyme. Bukan sebagai Naya, yang saat ini mengunduh feeds terbaru sekaligus komikus dengan nama pena @notbyme. Ya! Gadis itu mudah mengubah situasi dimana ia berpinjak sesuai dengan nama akunnya.
"Nay. Nay. Lo di panggil ke ruangan bu manager," bisik salah satu dari mereka tiba-tiba berbisik dari belakang arahnya.
Naya segera menutup semua gadget. Di mulai dari laptop, tablet maupun ponsel.
"G-gue? Kenapa?" Gadis itu bertanya balik menunjuk dirinya sendiri. Kemudian lawan bicaranya itu mengangguk.
"Editor baru lo udah nunggu, Nay."
Entah siapa mengatakan itu, membuat respon Naya membulatkan mata terkejut. "Secepat itu?" tanyanya balik. Beralih ke sekitarnya. Teman-teman lainnya kini berada di meja sama. Termasuk Fatim dengan tampang kemimut andalannya.
selamat Idul Adha,
bagi yang merayakan💛
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro