#00
Ersyifa Salsabila.
"Salsa, ayo keluar. Dia udah beres ijab kabul, kamu sekarang udah sah jadi istri dia."
Aku memejamkan mata beberapa detik sekadar untuk mengumpulkan tenaga yang telah hilang ditelan rasa gelisah.
Kegelisahanku beralasan, karena baru saja dinikahi pria yang sama sekali tidak kukenal. Yang menjadi alasan terbesar gelisah adalah, aku takut laki-laki yang menikahiku tidak bisa membimbing di jalan yang seharusnya.
Mungkin itu ketakutan yang sedikit berlebihan. Mengingat kedua orang tuaku sangat selektif dalam memilih laki-laki untuk putri-putrinya. Apalagi laki-laki yang ingin menikahi anak bungsu mereka. Tapi, kekhawatiran itu tetap saja ada.
"Bismillah...," ucapku, dengan suara pelan.
Segera aku berdiri dan dengan perlahan mulai berjalan menghampiri ibu dan kakak perempuaku, Kak Sesilia. Gaun muslim berwarna putih yang senada dengan hijab lebar dengan sempurna menutupi seluruh badan mungilku.
Aku memang tidak memakai gaun pengantin seperti pengantin pada umumnya. Bukan tanpa alasan aku tidak memakai gaun pengatin, itu adalah keinginan dariku. Pernikahan yang dilaksanakan hari ini pun tidak di rayakan dengan besar-besaran, hanya acara ijab kabul dan sukuran kecil-kecilan saja. Itu memang pernikahan impianku. Sederhana dan tidak menghambur-hamburkan uang.
"Gugup ya," tanya Kak Sesilia Nadiva, kakak perempuanku.
Aku meliriknya sekilas. Menggelengkan kepala dengan pelan, lalu kembali fokus berjalan ke depan, diapit oleh ibu dan kakakku.
Bisa kudengar dengusan sebal darinya saat melihat responku. "Gak usah bohong, keliatan kok," kata Kak Sesil, dengan jutek.
Aku hanya menaikan kedua bahu, pertanda tidak peduli dengan omongannya. Memang benar aku tidak merasa gugup, hanya saja aku merasa takut. Takut, kalau laki-laki yang kini berstatus sebagai suamiku, bukanlah imam yang baik.
'Semoga itu hanya sekadar ketakutan hamba saja Ya Rabb,' rapalku dalam hati.
Menghela napas panjang, aku menggelengkan kepala mencoba mengenyahkan semua pikiran buruk tentang suamiku.
Kak Sesil terkekeh geli melihat respon yang kuberi. "Itu suami kamu, Sa." Ia menunjuk pria yang sedang duduk di ruang keluarga rumah kami.
Manik mataku langsung melihat arah telunjuk Kak Sesil. Aku melihatnya hanya saja tidak bisa dengan jelas melihat laki-laki itu, karena dia sedang membelakangiku, hanya bisa melihat dari belakang, dan itu tidak terlalu jelas. Tapi, kalau boleh bersuara, bentuk tubuh laki-laki itu mirip seseorang di masa laluku. Ya, hanya mirip.
Senyumku terukir saat melihat Ayda, sahabat semasa sekolahku yang duduk di dekat para kerabat sambil melambaikan tangan padaku.
"Mama gak ngundang Fariza sama Indri?"
Fariza dan Indri adalah sahabatku dan juga Ayda. Kami sudah bersama sejak kami sekolah di SMP yang sama dulu.
"Mereka... lagi ada acara... di luar kota." Kak Sesil yang menjawab pertanyaanku.
Acara di luar kota? Kenapa Fariza dan Indri tidak memberi kabar jika mereka tidak bisa hadir?
Hanya membutuhkan lima langkah lagi untukku agar bisa sampai dan duduk di samping dia, suamiku. Tapi, aku langsung menghentikan langkah, saat laki-laki itu berbalik untuk melihat ke arahku.
Aku membatu di tempat berdiri dengan senyum yang perlahan memudar. Untuk beberapa detik tubuhku serasa kaku sebelum akhinya bergetar hebat, kaki ini melemas. Aku hampir saja terjatuh mencium dinginnya ubin ruang tamu, jika tidak di tahan Kak Sesil dan Bunda
Untuk beberapa detik, Aku hanya mampu terpaku di tempat. Menatap satu orang yang kini sangat tidak kuharapkan kehadirannya di sini.
Lama aku tak bereaksi dan membuat yang lain tegang, akhinya aku bisa menguasi diri kembali. Mataku menatap nyalang pria di depan sana. Lalu tanpa bisa kucegah tertawa pahit keluar dari apitan bibir.
Orang tuaku tidak salah memilih ternyata. Lihatlah pria di depan itu. Yang aku tahu, dia pria sholeh, seorang penghafal Al-Qur'an, dia tampan dan juga mapan diusianya yang masih terbilang muda. Kurang apa lagi pria itu?
'Selamat datang di kehidupan baru yang akan dipenuhi dengan rasa bersalah, Salsa!' ucapku, dalam hati.
Aku mengenal pria di depan itu. Sangat mengenalnya. Dia Ridho Chairul Imam. Lelaki yang telah lama hilang dari hidupku untuk mengejar mimpinya dan kembali beberapa bulan lalu dengan membawa kabar pernikahannya dengan sahabatku....
Fariza Aisyah.
Dan hari ini pria itu telah resmi menjadi suamiku juga.
Oh Tuhan... kenapa? Kenapa harus pria beristri yang mempersuntingku?
*
Kak Zaa farizaaisyah, Dedeeek Indys Aayyy CatatanHati961 aku udah izin menjem nama kalian 'kan. Nah, di cerita ini nama kalian aku pake wkwk. Makasih ya, guys 😘😘
Imamnya gak boleh ditag wkwk.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro