✨Spesial Telat Ramadhan Prat 3✨
"STOP WOY! STOOP! KELEWAAAT!" seru Olifia sembari memukul-mukul bahu suaminya itu.
"OH IYA!" dengan cepat Keisuke membalikan badannya, memeluk Olifia dan Lifina lalu lompat. Mendatar dengan selamat di depan rumah Rashya, namun motornya sudah melaju entah kemana dan menabrak dimana.
"Anjay, suami gua keren banget" ucap Olifia memberikan jempol dan juga di balas jempol oleh Keisuke.
"Lelahnya punya orangtua nggak waras..." gumam Lifina.
"Lifi-chaan!" suara gadis kecil yang berteriak membuat mereka menoleh, dan terlihat Chiya sedang melambai ke arah mereka.
"Oh, Chiyaaa! Eh, ada Rika juga?"
"Hu'um" Chiya menarik Rika yang bersembunyi di belakangnya. Entah karna apa, mungkin karna malu bertemu orangtua Lifina.
"ASYAAAAAA!" teriak Olifia lalu masuk ke dalam kediaman Sanzu.
"Oh no-"
"ASEK KUEEE!" seru Olifia lalu merebut toples berisi kue dari tangan Rashya.
"Hah.... Wa'alaikumsalam" Rashya memasang wajah datarnya, sudah pasrah jika dalam hitungan detik toples itu tak akan berisi lagi.
"Assalamualaikum" ucap Olifia dengan senyuman entah polos atau bodoh.
"Mohon maaf lahir dan batin, semoga suami lu jadi waras" ucap Keisuke bersalaman dengan Rashya.
"Amiiin, btw, sini dah" Rashya memneri tanda bahwa Keisuke haru mendekat, dan ia mendekat, namun yang di daoatkan justru jambakan dari wanita itu.
"Gua capek liat lu gondrong" ucap Rashya dengan senyuman lebar dan gunting di tangan.
"L-LAH NGGAK BISA GITU LAH!" ucao Keisuke, tanpa basa basi, Rashya dengan cepat memotong rambut Keisuke menjadi pendek. Dan Keisuke pun tercengang karna rambut yang sudah ia urus seperti anak sendiri terpotong begitu saja.
"YA ALLAH! JAHAT BANGET! MENDING POTONG RAMBUT SUAMI LU AJA SONO!" seru Keisuke sembari memeluk rambutnya dengan tangisan.
"Udah kok, makanya suami gua jsdi ganteng" ucap Rashya dengan senyuman lebar.
"Apa-apa?! Tadi kamu bilang apa?!" secara tiba-tiba Haruchiyo muncul membuat Rashya panik seketika, ia berdehem dan memasang wajah datarnya.
"Kamu jelek" ucap Rashya dengan senyuman.
"Bohong kali, aku denger loooh" ucap Haruchiyo menarik-narik pipi Rashya.
"Kalo denger ngapain tanya?"
"Mau denger dari bibir manis kamu aja" jawab Haruchiyo membuat Rashya berekspresi aneh, jijik? Mual? Kesal? Pokoknya sejenis itu.
"Idih najis, idih si najis" ucap Rashya lalu kabur ke dapur menjauhi pria dengan marga yang sama dengannya.
".... Perasaan gua ganteng dah... Banyak cewe yang demen..." gumam Haruchiyo.
"LAH?! RAMBUT LU BERDUA KEMANA?!" saat sedang di landa kepundungan, suara teriakan Olifia membuat mereka sadar.
Terlihat Olifia sedang memakan kue lebaran dengan mulut penuh juga belepotan, Keisuke yang melihat itu pun gemas ingin geplak. Nggak. Maksudnya pengen bersihin.
"Makan yang bener sayangkuu" ucap Keisuke.
"Kalo gua bakal di geplak sih" batin Haruchiyo mengingat dulu pernah seperti itu.
"Hehe makasih Keisukeee!"
"Olip-" saat Olifia merentangkan tangannya ke atas, Rashya mendekat ke arahnya, sehingga saat Olifia menurunkan tangannya kepala Rashya tersikut kencang hingga wanita itu terjatuh ke lantai.
Semuanya menatap terkejut, begitu pula sang korban. Jilbab yang ia kenakan copot dan jatuh ke lantai, ciput yang ia gunakan tergeser hingga menutup mata karna sikut Olifia.
"A-asya... Sorry..."
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Haruchiyo. Rashya berdiri dengan senyumannya, membuat yang lain merinding.
"Ahahaha, daijobu desho, datte kimi... Bangsad" dengan senyuman dan mata yang tertutup, Rashya dapat menggeplak kepala Olifia dengan tepat.
"Sini lo, bantuin gua bikin kue" ucap Rashya membenarkan jilbabnya lalu menyeret Olifia yang kepalanya terdaoat benjolan.
"Galak ye"
"Iya, sampe heran bisa-bisanya gua jatuh cinta sama cewe galak kaya dia"
"Najis bucin"
Saat mereka sudah sampai dapur, terlihat manusia manusia yang sedang mengatur tata letak makanan serapih mungkin. Kenapa begitu? Karna akan ada keributan.
Di sana ada Arda, Kaede, Areen, Rika, Chiya, dan Lifina. Arda dan Kaede membawa makanan yang berisi sayur atau berat, dan yang bocil-bocil bawa yang enteng.
"Bantuin ye" ucap Rashya, Olifia mengangguk lalu menbantu sebisanya. Semuanya tenang hingga tiba-tiba saja Arda berteriak kencang membuat yang lain terkejut juga panik.
"Kenapa?!" teriak yang lain. Dan lagi-lagi mereka mendengar teriakan dari Areen membuat mereka semakin panik.
"PAPA GANTENG BANGET!"
"RIN MASYA'ALLAH GANTENGNYA BUKAN MAEN!"
"SEPERTI PANGERAN SURGA YA KAN, MA?!"
"RAJA DI ANTARA PANGERAN SURGA SIH"
"KYAAAAA" teriak keduanya membuat kuping orang-orang di sekitarnya menyemburkan cairan merah lewat telinga.
"Apa sih? Berisik, Papa cuma pake baju koko, sarung, sama peci kaya biasa pas sholat" ucap Rindou.
"Tapi kilaunya lebih cerah dari biasanya, inikah keajaiban bulan Ramadhan?" ucap Arda.
"NGGAK!" seru Rindou lalu menutup mulut Arda.
"Haha, kamu imut" ucap Arda lalu tersenyum di balik tangan Rindou, dan wajah pria itu pun bersemu merah.
"Papa kaya tomat"
"Nggak."
"Ciak elah, kalo malu bilang aja kaliii" ucap Arda membuat wajah Rindou semakin memerah.
"BERISIK!" ucap Rindou salah tingkah membuat Arda dan Areen tertawa lepas.
"Harmonis ya" ucao Olifia.
"Iya" ucap Kaede dengan senyuman lembut.
"Kamu senyum-senyum gitu nanti ada yang jatuh cinta loh" secara tiba-tiba kepala Takashi muncul dari samping Kaede, dan wanita itu terkejut hampir saja memukul suaminya itu.
"Eh? Maaf!" ucap Kaede dengan panik saat tangannya hampir mengenai hidung Takashi.
"Nggak apa-apa" ucap Takashi memegang tangan Kaede dan menariknya kepelukan.
"Cantiknya istriku~" ucap Takashi mengelus-ngelus kepala Kaede dan mengecup pucuk kepalanya.
"Liat mereka uwu uwu an" ucap Rashya dengan wajah datar di sampibg Olifia yang kembali memakan kue nastar rasa sapi panggang dan ayam krispi.
"Minta sama suami lu sono" ucap Olifia dengan mulut penuh dengan remah nastar.
"Hm... Mau sih, tapi nggak mau bilang" ucap Rashya dengan cengiran dengan jari membentuk v.
Olifia memandangnya datar, lalu pergi begitu saja membuat Rashya kebingungan.
"Mau hm?"
"AARG WA DE PAK?!" mendengar suara di dekat telinga, sontak Rashya terkejut dan membalikkan badan.
"Mau?" melihat suaminya yang sedang menyeringai, wajah Rashya seketika memerah.
"NGGAAAAAAK!" teriak Rashya memukul wajah Haruchiyo dan berlari pergi meninggalkan pria itu terjatuh di lantai dengan tidak estetiknya.
"Kasian" ucap Takashi yang sedang memeluk Kaede dari belakang. Haruchiyo menatapnya tajam ketika Takashi menjulurkan lidahnya meledek, ingin marah tapi suara gebrakan kencang terdengar dari depan rumah.
Oke sudah di pastikan, sumber kerusuhan sudah tiba. Keluarga Sano, Kurokawa, Hanemiya, dan Matsuno.
Acara yang penuh keramaian pun di mulai, lebih tepatnya keributan. Ada yang hanya terus terusan makan opor, ada yang teriak-teriak karna ketampanan suaminya, ada yang ngegosip, ada yang duduk kalem (baca: tertekan).
Oh, dan jangan lupa kan Olifia yang berdiri di atas meja dan menyebar uang seperti kertas lembar tak berharga.
Dari pagi, hingga malam perayaan itu berlanjut. Bagaimana dengan anak-anak mereka? Sedari sore sudah tertidur dan sudah di kumpulkan di kamar tamu keluarga Sanzu.
Para wanita sedang duduk di lantai mengobrol entah tentang pekerjaan atau pun tetangga komplek kang bo'ong, sementara itu di sisi lain Keisuke sedang berdiri di meja sama seperti yang istrinya lakukan.
"Kalian tau apa artinya ini teman teman?!" seru Keisuke mengangkat gelas berisi fanta. Para pria menatapnya heran, namun seyelah beberapa lama mulai mengerti dan ikut mengangkat gelas berisi fanta.
"Setelah sepakat sebulan tak melakukannya, malam ini kita bisa lakukan! AYO SERAAAANG!"
"YOOOO!"
"SEBUUU!"
"ORAAAAAAAAAAAAA"
Para Wanita yang sedang berdiam kalem tenang karna lelah, tiba-tiba di kepung oleh para pria. Ada yang melawan karna di bawa seperti karung oleh suaminya untuk pulang, ada yang mengajak dengan sopan, ada yang mengikat istrinya dan menyeretnya, ada yang menggulung istrinya dengan karpet dan membawanya pergi.
Jangan lupakan orang yang dengan sukarela memeluk suaminya seperti koala. Siapa itu? Udah pasti Melani.
"Dadaaaah, anak-anak kalian aman sama kamiii, selanat menikmati malam berduaaa" teriak Rashya tersenyum pada teman-temannya yang mulai berpergian ke rumahnya masing masing.
"Ekhem, itu-"
"Mau kena banting?"
"Tapi-"
"Banyak bocil jangan macem-macem."
"Kan-"
"Dadah mau bobo, kamu tidur di sofa" dengan langkah cepat Rashya berlari ke dalam kamar dan menguncinya. Haruchiyo terdiam seperti patung tak bernyawa, sial sekali nasibnya.
Namun karna ingin menagih janji yang di buat istrinya itu, ia mendobrak pintu kamarnya kencang.
"Udah di bilabg jangan macem-macem!" suara pentungan panci terdengar nyaring saat mengenai kepala Haruchiyo. Pria itu langsung terkapar di lantai dengan kepala benjolnya, Rashya menaruh pancinya dan tersenyum puas lalu menidurkan dirinya di kasur.
"Alhamdulillah saya bisa tenang."
*•°•★•°•*
Telat? Banget, tapi tak apa, yang penting spesial kan UwU
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro