8. Kerja
Di kediaman Mitsuya, di mana tak ada sang kepala keluarga maupun sang anak, sang punggung keluarga sedang mengundang teman-temannya yang meresahkan. Kenapa meresahkan? Ya karna meresahkan aja, ada yang akhlakless, ada yang tukang ngamuk, ada yang masya'allah absurt, dan ada yang astagfirullah mesumnya minta ampun.
Jangan lupakan, mereka baru saja membuat salah satu teman mereka sekarat karna tertindih oleh 8 wanita dewasa. Siapa korbannya? Matsuno Kahiri orangnya.
"Wah, tadi ada bisikan 'man robbuka' nggak, Ri?" tanya Rashya menatap temannya yang sudah pucat dengan nafas berat.
"Asek komok gratis" Melani yang menatap wajah setengah mokad Kahiri pun memotret untuk di jadikan kenangan, sementara yang lain hanya mengelilingi Kahiri dan menatap polos seakan tak berdosa sama sekali.
"Woy, jangan mati di rumah gua dong, kan kalo di omelin ayang Takashi bisa repot" ucap Kaede mencolek-colek pipi Kahiri.
"Ayang bukannya hewan bertelur yang punya bulu terus menggonggong?" dengan polosnya Arda berucap.
"Ha?... Maksud lu ayam?" tanya Agistha.
"Tapi ayam emangnya menggonggong?..." tanya Sella dan seketika mereka berdua ngelag.
"Bukannya kalo ayam itu yang suaranya blublublup ya?" tanya Ami.
"Itu mah suara burung" sahut Olifia.
"Burung mah, TATAKAE! Gitu" ucap Kahiri yang sudah kembali dari permainan UNO sama malaikat maut. Untungnya, saat nyawanya akan di cabut ia mengeluarkan kartu reverse jadi yang kecabut bukan nyawa dia tapi nyawa malaikat mau itu sendiri. Sungguh epic.
"Betewe De, lu mau kerja sama kita nggak?" tanya Kahiri mendekat ke Kaede.
"Kerja apaan?"
"Jadi kita buat satu perusahaan tapi jual berbagai macam hal, jual-jual makanan kaya Olif sama gua sama Arda, jual-jual pakaian kaya Melani sama Gistha, jual-jual buku novel kaya Sella sama Ami" ucap Kahiri menunjuk orangnya satu persatu.
"Lah, si Rashya ngapain?" ucap Kaede yang membuat si pemilik nama menoleh.
"Oh, dia mah jual anak" ucap Olifia yang justru di hadiahi jitakkan.
"Matamu katarak" ucap Rashya dengan sinis.
"Curang njir!" dengan cepat Olifia membalas sehingga terjadinya perang jitak-jitakkan.
"Jangan dengerin Olif, Rashya tuh bendahara" ucap Kahiri, Rashya pun memakai kacamata hitam dan mengipaskan wajahnya dengan uang.
"Dih, duid ngepet ye lu?" tanya Agistha.
"Ini duit hasil kerja keras kita bodoh" tamparan uang pun berhasil mengenai pipi Agistha dari Rashya.
"Ya udah gua ikut, tapi gua jadi boss nya" dengan enteng Kaede berucap membuat yang mendengarnya mengkesal.
"Mana ada, gua boss nya" ucap Olifia menunjuk dirinya sendiri.
"Gua sih yang bener" ucap Kahiri.
"Bukannya gua ya?" ucap Melani.
"Ah, Gua kaliiii" ucap Agistha.
"Malah pada ngaku-ngaku... Yang bener kan gua" ucap Sella.
"Hus" dengan segera Ami menutup mulut Sella dengan wajah datar.
"MAMAAAAAAAAA" seruan anak kecil terdengar dari luar dan pintu pun terdobrak dengan kencang.
"Rika pulang!" seru gadis itu dengan wajah riang.
"KYAAA ANAK GUAAA" Kaede berdiri dan berlari menuju Rika, namun terhenti seketika karna ada sosok laki-laki yang tak lama muncul setelah Rika.
"Oh... Halo tante...." ucapnya sedikit mununduk ke arah Kaede yang mematung di tempat.
"Eh? Keta?" ucap Ami menghampiri kedua anak kecil itu.
"Baa! Sera juga hadir!" seru Sera dari belakang Keta dengan senyuman lebar seperti biasa.
"Mama? Kok cosplay jadi batu?" Rika menghampiri Kaede setelah melepas sepatunya, dan saat ia menggoyangkan tubuh ibunya justru Kaede melemas dan terduduk di lantai.
"Rika, kamu masih kecil" ucap Kaede dengan wajah serius sembari memegang kedua bahu Rika erat.
"Iya Rika tau"
"Kamu.... Nggak main cinta-cintaan kan?...." tanya Kaede.
"Cinta cintaan? Apa tuh?" ujar Rika dengan polos, dan tentu saja hal itu membuat Kaede bernafas lega. Namun tiba-tiba mereka di kagetkan dengan kehadiran Lifina yang tiba-tiba muncul di antara mereka.
"Cinta-cintaan tuh kaya Papa kamu sama Mama kamu *******************************-" dengan panjang lebar Lifina menjelaskan, lalu dengan cepat mulutnya di tutup oleh Zael dengan wajah panik. Hancur sudah kepolosan Rika.
"Oh... Di ********** terus ********* itu namanya cinta-cintaan?" tanya Rika ke Lifina, dan di jawab anggukan bangga oleh Lifina.
"Jangan di kasih tau bodoh!" ujar Zael mencubit hidung Lifina kencang.
"AAWW EH JANGAN SAKIT! JANGAN DI CUBIT HUWEEE!!" mendengar suara sang anak, Olifia pun melompat dan berlari ke pintu depan setelah puas meracuni teman-temannya dengan segala resep makanan yang ia punya.
"Mama akan menyelamatkanmu!!!" teriak Olifia berlari ke arah Lifina yang sudah tersenyum bahagia karna ingin di selamatkan, sementara Zael hanya memasang wajah datarnya.
Hampir sajaa sampai, namun Olifia sudah terlebih dahulu jatuh di depan mereka dengan tidak estetiknya.
"MAMA JATUH AHAHAHAHA" tawa Lifina pun pecah melihat Mamanya yang jatuh dengan muka yang langsung bersentuhan dengan lantai.
"Dasar anak pungot, bukan bantuin malah ngetawain" ucap Olifia menatap tajam Lifina.
"Mama?" sementara itu Rika masih mencoba untuk menyadarkan Kaede yang masih mematung karna ucapan Lifina dan Rika. Kalau kepolosan Rika hilang, pasti Takashi akan marah dan mendiamkannya selama beberapa hari, bahkan bisa sampai beberapa minggu.
"Pinko, tampar mama!" ucap Rika yang menggendong Pinko hewan peliharaan Kaede dan Pinko si pinguin pun menampar Kaede dengan lengannya.
"Anjir, awet banget nih pinguin" ucap Kahiri memencet-mencet perut Pinko. Meski Kaede sudah di tampar berkali-kali oleh Pinko, ia tetap saja tak sadar dan membatu.
"Yang lain kemana?" tanya Sella pada Keta dan Sera yang sedang asik memakan es krim.
"Masih di jalan, tadi Keta ngeliat Sera sama Rika doang yang di luar, makanya bareng" ucap Keta.
"Yang lain masih ngerjain tugas dari bu guru, kalo Sera sama Rika bisa keluar lebih cepet soalnya kita sogok guru hehe" ucap Sera mengacungkan jempolnya. Ami terdiam sebentar, lalu berjongkok agar menyamakan tinggi dengan Sera.
"Sera..."
"Iyaaa?"
"Bagus."
"Hehehehe"
"Gini amat punya keluarga..." gumam Keta mengalihkan pandangan dari kedua ibu dan anak itu.
"Zael sayangkuuuu~" ujar Melani berlari ke arah Zael dan memeluknya erat.
"Pulang yuuuk, kangen Papa nih" ucap Melani yang di jawab helaan nafas panjang dari Zael.
"Ya udah ayo" ucap Zael.
"GEEEEES KITA PULANG DULUAN YAA, BYE BYEEE" dengan cepat Melani memakai sandalnya lalu pergi sembari menggandeng Zael.
Merasa ada telephon, ia pun menganggkatnya dengan tangan kanan dan tangan kiri yang menggenggam tangan Zael.
"Halo? Ooh, pesenan baju ya? Oke oke, nanti di kirim secepatnya" ucap Melani yang sedang menelphon, melihat lampu yang sudah berubah jadi merah, ia pun menyebrang bersama dengan Zael.
Saat sudah hampir sampai di pinggir jalan, Zael justru tersandung membuat pegangan tangannya dengan Melani terlepas.
"Lah? Zael, ayo bangun cepet!" ucap Melani dari pinggir jalanan. Melihat jangka waktu lampu merah masih lama, Melani membiarkan Zael berdiri sendiri dan merapihkan pakaiannya, saat Zael baru selangkah maju tiba-tiba suara klakson mobil terdengar sangat kencang membuatnya menoleh.
"ZAEL!" Melani berusaha untuk menghampiri Zael namun dirinya di tarik oleh seseorang agar tak tertabrak mobil tersebut. Dan karna itu, ia tak bisa menggapai Zael lalu Zael pun tertabrak mobil dengan sangat kencang.
Melihat tubuh Zael yang terpental dan darah mengalir dari beberapa bagian tubuh anak itu terutama kepala, membuat Melani terdiam tak bisa berkata-kata dengan nafas memburu dan air mata yang mulai mengalir tanpa ia sadari.
Telephon genggamnya jatuh karna badannya yang sudah melemas, meski begitu, ia pun berlari kencang menghampiri tubuh Zael yang sudah terkulai lemas.
Ia tak bisa berkata-kata, air mata yang mengalir deras menetes ke pipi Zael saat berada di pelukannya. Hatinya hancur, mentalnya terguncang, dan pada akhirnya ia hanya bisa menangis kencang sembari merengkuh tubuh sang anak yang penuh akan darah.
*•°•Bersambung•°•*
Yeeey, btw saya mau ulangan nich. Jadi kalo ngegantung jangan salahin saya yaa MWAHAHAHAHAHA
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro