Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. Janji.

"Namaku..."

"Lontwe?"

"MAKSUD LO?!"

Karna Rashya menyebutnya lontwe, tanpa sadar wanita itu berteriak, ia mulai kembali tenang dan menghela nafas pelan.

"Ekhem, Namaku Xiaxia, di panggil Ica"

".... Orang cina?"

"Bukan"

"Oh, orang gila"

"Ngajak ribut?"

Wanita itu, Xiaxia, kembali merasa kesal karna sikap Rashya yang kurang sopan, namun Rashya hanya berwajah datar karna sudah malas berurusan dengan makhluk makhluk seperti mereka. Dah biasa.

"Gua nggak mau manggil lu ica, eneg, lontwe lebih cocok" ucap Rashya dan berjalan pergi.

"Oh iya, minimal rok jangan penuh darah, nanti di sangka orang abis di perawanin loh! Haha!" Rashya pergi begitu saja meninggalkan Xiaxia yang terdiam kesal, sungguh, ia sangat ingin menghancurkan orang bernama Rashya itu.

Ia nenggeram kesal, dan pergi ke kamar mandi untuk berganti baju.

*•°•*•°•*

"Kahiri, ayo pulang?" Ucap Chifuyu dengan wajah memelasnya, namun sang istri hanya menghiraukan ucapan tersebut karna tak dengar.

Niatnya mau ke kafe, malah jadi ke tempat karaoke. Ini saran Toji sendiri, karna ia tak mau ketahuan oleh wartawan, akhirnya mereka menyewa tempat yang privat.

Chifuyu sedari tadi sudah mati kebosanan, ia lelah, ia ingin pulang, dan ia sangat lapar. Sedari tadi ia sudah memohon pada Kahiri, namun istrinya tidak berkutik sama sekali karna di rangkul Toji yang sedang menyanyi.

"Kamu nggak mau nyanyi hm?" Tanya Toji mendekat ke Kahiri.

"Ah, enggak dulu hehe" ucap Kahiri dengan wajah watadosnya.

Karna sudah sangat muak, akhirnya Chifuyu berdiri dan keluar dari ruangan tersebut. Kahiri yang melihatnya kebingungan, lalu ia juga ikut berdiri.

"Maaf toji, aku mau samper dia dulu boleh?"

"Boleh, jangan lama lama bujuk temen kamu ya"

"Ahaha.. i-iya" ucap Kahiri dan langsung berlari menyusul Chifuyu.

Ia mencekal pergelangan tangan Chifuyu dan menarik suaminya itu.

"Kamu kenapa sih? Mau kemana?"

"Menurut kamu? Pulang lah. Ngapain aku ngeliatin istri sendiri mesra mesraan sama cowo lain padahal lagi kelaperan." Ucap Chifuyu melepas tangan Kahiri perlahan.

".... Pfft- kamu cemburu ya?" Ucap Kahiri yang mulai tertawa.

"Haha?! Ngapain ketawa?!" Teriak Chifuyu semakin kesal.

"Ahaha! Abisnya lucu! Tenang aja sayangkuu, cintaku hanyalah padamu" ucap Kahiri dan memeluk Chifuyu erat.

"Tenang aja... Aku nggak akan ninggalin kamu demi Toji kok" ucap Kahiri, ia mendongak ke atas untuk melihat wajah suaminya, dan tersenyum cerah.

Chifuyu yang melihat hal tersebut hanya terdiam.

"Janji?"

"Janji." Kahiri kembali memeluk erat sang suami dan menenggelamkan wajahnya ke dada suaminya itu. Chifuyu tersenyum hangat dan juga memeluk wanitanya.

"Kalo gitu ayo pu-"

"Nah! Aku pergi dulu ya!" Kahiri melepas pelukan mereka dan berjalan pergi.

"Kamu pulang duluan nggak apa apa! Jangan lupa temenin Ayano! Bye byee!" Kini wanita itu mulai berlari menjauh, kembali ke ruangan dimana Toji berada. Chifuyu kembali terdiam, raut wajah sudah menggambarkan seluruh perasaannya saat ini.

"Janji?..."

•°•*•°•*•

Arda saat ini sangat bersemangat, sudah lama mereka tidak kencan berdua, setelah berbincang lewat chat, mereka memutuskan untuk kencan saja di restoran.

"Hm~ hm~" Arda bersenandung seraya berdandan agar dirinya terlihat cantik saat kencan. Areen yang menyadari hal tersebut mulai bertanya.

"Mama mau kemana?" Tanya Areen dengan wajah polosnya.

"Hehe~ mama mau kencan sama papaaa!"

"Heee! Areen mau ikuuuut!" Ucap Areen dengan wajah memelas.

"Kan kamu udah pernah kencan berdua sama papa, sekarang giliran mama dong, udah bertahun tahun kita nggak berduaan" ucap Arda sembari pura pura mengelap air mata.

"Iye deeeh" ucap Areen mengalah demi mamak tercinta.

"Mama udah cantik belum?" Tanya Arda menoleh ke anaknya.

"Cantiiik! Coba mama pake anting pernikahan mama! Pasti serasi sama bajunya!" Ucap Areen semangat. Mendengar hal itu, Arda merasa setuju, ia membuka peti harta Karun yang sudah lama ia tak buka, mengambil anting anting, dan memakainya.

"Gimana?"

"Cocok banget!" Ucap Areen bertepuk tangan. Arda tersenyum senang sama seperti anaknya, lalu ia melihat jam.

"Ah, udah jam segini, mama telphon papa dulu ya" ucap Arda

"Okee!"

Areen duduk dengan teman sembari memperhatikan mamanya sedang menelpon Arda dengan senyuman terbahagianya, bahkan Areen seperti sedang melihat mamanya saat di foto pernikahan, bahagia.

"Ah! Rin! Kita jadi makan kan?" Tanya Arda ketika telephon sudah tersambung ke suaminya.

Areen masih memperhatikan, dan di depan matanya, senyuman Arda sepenuhnya menghilang dalam sekejap.

"Maaf, aku nggak bisa, tiba-tiba kasus yang aku tanganin ada keadaan darurat. Maaf ya"

"Iya nggak apa apa..." Arda memaksakan senyumnya, meskipun Rindou tak melihatnya, ia tetap memaksakan senyumnya. Setidaknya, untuk dirinya sendiri.

"Makasih ya"

"Iya, jaga diri baik baik ya"

"Iya tenang aja-"

"Rin! Ayo kita pergi!"

Suara wanita terdengar dari telpon, dan Arda sangat tau suara siapa itu. Wanita tadi. Ah, hati Arda kini sangat sakit, tapi ia tak bisa menangis karna di depannya ada Areen sedang menatap Lamat Lamat.

"Udah dulu ya!"

"I-iya, jangan pulang malem ma-"

Telphon di tutup secara sepihak. Bahkan, Arda belum selesai berbicara. Ia menghela nafas panjang, dan tersenyum kembali. Anaknya masih penuh binar binar di matanya, kenapa jadi anaknya sangat menantikan hal itu?

Karna tak mau membuat anaknya kecewa, ia pun memutuskan untuk berpura pura.

"Nah, mama mau pergi dulu ya!"

"Eh? Papa nggak jemput?"

"Papa ada kerjaan, jadi mama mau langsung ke sana" ucap Arda. Ia mengelus kepala Areen dan pergi.

Ia berjalan kaki tanpa tau mau kemana, ia hanya menunduk dengan tatapan kosong. Lalu sekarang bagaimana? Ia tak tau harus melakukan apa, kemana, ke siapa.

Ia menghentikan langkahnya yang penuh suara high heels itu. Ia menatap kakinya.

"Ah, udah lama nggak pake ini" gumamnya, ia menatap luka lecet itu lagi lagi dengan tatapan kosong. Sungguh, hatinya seperti ada lubang kosong di dalamnya, sangat, aneh.

Hatinya kini mulai merasa sesak, karna tak kuat lagi, ia terjongkok. Ia menutupi wajahnya dengan lengan, dan air mata mulai menetes.

"Ah.. nggak boleh! Nanti riasannya hancur!" Ucap Arda, ia menepuk pipinya berkali-kali agar menahan tangis, ia mengusap pelan air matanya dan melihat ke cermin.

".... Padahal cuma beberapa tetes, tapi udah luntur" ucapnya, ia merapihkan makeup nya dengan serius.

Saat ia sedang bercermin, di depannya ada seseorang yang ikut berjongkok. Ia terdiam, lelaki itu memakai jas, ia menyingkirkan cerminnya dan menatap ke lelaki di depannya itu.

"Abis nangis ya? Haha, jelek banget"

"Dih! Ngapain lu di sini?"

"Gua nyamperin cewe yang jongkok di tengah jalan, gua kira bocil, ternyata Tante Tante Haha!"

"Apaan sih Ran!"

Arda memandang kesal ke Ran, sementara itu RAN hanya bisa terkekeh kecil. Ia bisa menerka-nerka apa yang terjadi pada gadis di depannya ini, ia membantu Arda berdiri dan tersenyum hangat.

"Mau makan bareng?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro