06. New student?
"PAGI ANAK-ANAK PUNGUD! KALI INI KITA AKAN BELAJAR MENGANU DENGAN BENAR!" suara dobrakan pintu terdengar membuat kelas B2 yang berisik menjadi sunyi.
Pandangan mereka tertuju pada guru yang sedang menyipitkan mata untuk menatap lebih jelas ke anak muridnya.
"Nak, ada pornografi kah? Kok di sensor semuanya?" ucap guru itu dengan wajah bodoh membuat anak muridnya menghela nafas tertekan.
"Bu Bol jadi bodoh kalo nggak pake kacamata ya..." gumam Areen yang bisa di dengar Chiya karna mereka teman sebangku, serta Lifina dan Ayano yang duduk di bangku sebelah mereka.
"Bu Bon, Reen..." ujar Lifina menghela nafas sembari menggeleng-gelengkan kepala.
"Bon? Bukannya itu tulang?" tanya Ayano.
"Itu Bone" jawab Lifina.
"Bon?"
"Bone"
"Pengucapannya sama, ya udah bu Bon"
"Terserah kamu dah" Lifina yang sudah malah berurusan dengan kedua teman polosnya itu menghela nafas dan berseringai seolah-olah dia yang paling pintar disini hanya karna benar mengucapkan nama sang guru.
"Kalian bodohnya udah to the bone, ya. Namanya tuh Bu Bongika, di panggil Bu Bong" Chiya menatap datar ketiga temannya yang menatapnya cengo. Mereka hanya diam, dan dari situ Chiya tau bahwa otak mereka sedang loading.
"Nak, kok kalian ngeblur? Betewe kacamata ibu kemana ya?" guru kelas B2 yang biasa di panggil Bu Bong itu berjalan ke meja gurunya, lalu terjatuh.
"Bu, mending pake kacamata ibu dulu deh" ucap Ayano mulai iba dengan kebodohan sang guru.
"T-t-t-tapi i-i-i-ibu nggak t-t-tau d-dimana k-kacamata i-ibu"
"Rasanya tak asing..." gumam Lifina.
"Yeen banget ye kan" ucap Areen.
"Yeen the gagu girl" ucap Chiya menimpali.
"Di kepala ibu loh itu" Ayano menunjuk kepala Bu Bong dengan pandangan lelah, letih, lesu, lunglai, loyo, letoy.
"Oh iya! Makasih nak ayang!"
"Ayano bu..."
"Ayang?"
"A-ya-no."
"Yanto?"
"A-y-a-n-o"
"Yato dari noragami anime sebelah?"
Meski sudah berkali-kali membenarkan nama yang diucapkan sang guru, namun ia tak pernah benar mungucapkan hal yang sangat mudah. Bahkan anak umur 3 tahun pun bisa mengucapkannya. Ayano hanya bisa terdiam dengan wajah datar, ingin cepat-cepat lulus dari TK sesad ini.
"Ucok bu" ucap Ayano yang sudah kesal to the bone.
"Oooh! Ayanooo~" seketika ruangan sepi, apakah harus di salahkan agar guru itu berbicara dengan benar? Ya.. Setidaknya saat guru itu memakai kacamatanya ia akan serius seperti guru killer matematika.
"Bentar yaa, ibu pakai kacamata dulu" baru saja Bu Bong menggunakan kacamatanya, seketika hawa ruangan tersebut jadi berat.
"Oke anak-anak, sekarang kita mendapat murid baru, silahkan masuk" setelah pengumuman dengan nada dingin dari Bu Bong, seorang gadis kecil masuk dengan langkah imutnya. Surai biru tua dengan manik ungu yang bulat dan besar itu menambah kesan imut sang gadis.
"Halo semuanyaa, nama saya Mitsuya Rika" ucapnya dengan senyum lebar.
"Eeeh? Rika?" suara lain terdengar membuat orang-orang mengalihkan perhatian ke sumbernya, Chiya.
"Sanzu-san?"
"Chiya aja"
"Eh, baiklah, lama tak bertemu, Chiya-san" Rika sedikit membungkukan badannya, masih dengan senyum yang sama.
"Kalian saling kenal?" tanya Lifina, sementara Areen hanya terdiam cengo.
"Hm, dia tetangga baruku" jawab Chiya.
"Kamu bisa duduk di sebelah Kokonoi Hachiro" ucap Bu Bong menunjuk salah satu siswa dengan rambut hitam legam.
"Baik bu" ucap Rika lalu berjalan dengan langkah kecilnya menuju kursi belakang di sebelah Hachiro. Areen masih cengo, hanya menatap Rika tanpa ekspresi dengan mulut sedikit terbuka.
"Rika-chan, kamu hari ini lucu yaaa" Chiya membalikan badannya menghadap Rika yang duduk di belakangnya.
"Hehe, terimakasih, Chiya-san"
"Chiya ajaaa"
"Chiya-san"
"Kamu terlalu sopan tau..."
Areen hanya menatap teman sebangku dan anak baru di kelasnya. Lalu kembali menatap anak baru itu mengobrol dengan ATM berja- ralat, teman laki-lakinya 'tersayang' nya.
"Rereen-chan... Kenapa wajah kamu begitu?" ucap Chiya melihat Areen yang menggembungkan pipinya kesal.
"Yang ini, sama yang ini punyaku!" Areen merangkul Chiya dan Hachiro dengan wajah sebal menatap Rika. Yang di tatap justru menatap sebaliknya dengan tatapan bingung, kepalanya sedikit ia miringkan sedang satu alis yang terangkat.
"Aku nggak akan rebut kook~" ucap Rika setelah mengerti maksud dari Areen. Areen menatap curiga Rika sebentar lalu melepas rangkulannya dari Chiya dan Hachiro yang kehabisan nafas.
"Oke! Kalau gitu kamu jadi teman aku juga!!" ucap Areen lalu memeluk Rika dan menggesekan pipinya di pipi Rika.
"Hehe, oke!" seru Rika yang ikut memeluknya. Lifina yang melihat itu hanya memandang datar, tiba-tiba sebuah rencana jahanam pun terlintas membuatnya menyunggingkan seringaian.
"Jangan ngehasut anak polos lagi, cukup Areen aja sama aku" ucap Ayano menatap datar Lifina yang duduk di sebelahnya.
"Eh... Kamu sadar aku hasut mulu?"
"Aku nggak sebodoh itu"
"Owh.."
"Anak-anak, keluarkan PR kalian!" seru Bu Bong membuat para murid berdiri dan menyerahkan PR mereka kecuali Rika dan Chiya.
"Harachiya, kenapa tidak mengumpulkan PR?" tanya Bu Bong dengan tatapan mengintimidasi yang hanya di jawab tatapan datar dari Chiya.
"PRnya di makan Papa saya"
*•°•★•°•*
"AM BEEEEK!!!" seruan seorang gadis mungil pun terdengar memenuhi kelas B1. Sera yang berteriak, ia dengan segera duduk di kursinya de sebelah Shoka dan mendekat ke arah Shoka.
"Eh eh tau nggak!"
"Enggak" jawab Shoka.
"Oke" ucap Sera lalu menulis acak di buku tulisnya.
"Kalian kenapa sih?..." tanya Sheiyo yang berada di meja belakang mereka.
"Kan Shoka nya nggak tau ya udah aku diem"
"Kamu bilang gitu buat kasih tau informasi kan?"
"Hu'um"
"Kalo gitu wajar kalo dia nggak tau, kamu kasih tau lah" Sheiyo menghela nafasnya setelah melihat Sera yang menatapnya polos.
"Iya juga!" seru Sera lalu mendekat ke Shoka lagi.
"Tadi kan ada murid baru di kelas sebelah!" ucap Sera berbisik, namun masih terdengar sampai beberapa meja di sebelahnya. Bahkan Sheiyo mendengarnya.
"Eh? Gimana penampilannya?" tanya Shoka yang mulai semangat mendengarkan, lumayan dapet bahan percobaan ide jail, pikirnya.
"Imut!" seru Sera dengan mata berbinarnya.
"Wah, mantap, kalo polos lebih mantap lagi mwehehehe" ucap Shoka mengeluarkan tawa jahatnya.
"Hmm, Sera jadi takut nii-chan berpaling"
"Kan dia kakakmu... Bukan pacar Sera binti Shinichiroooooo" Shoka mencubit pipi Sera antara gemas dan kesal.
"Tapi waktu ketemu sama kamu sama Areen dia berpaliing! Aku di lupain hikd" dengan dramatisnya Sera berucap.
"Ya elah, cuma gara-gara es krim kamu di colong guguk terus Keta-nii suruh pasrah doang" ucap Shoka menatap Sera datar sedatar husbumu, JIAAAKH.
"Anjing" dengan polosnya Sera berucap.
".... Guguk"
"Anjing"
"Guguk"
"Tapi kata Bu Semvak, namanya tuh anjing"
"Nggak salah sih... Tapi guguk"
"Tapi kata kamu juga namanya anjing"
"..... Separah itukah saya meracuni dirimu wahai maemunah binti jumaedab?" setelah mendengar pertanyaan Shoka, Sera hanya menjawab dengan bahunya yang di angkat. Melihat hal itu, Shoka pun sedikit menyesali perbuatannya dan melanggar apa yang disuruh Keta.
"Oh, kalian di hukum apaa?" tanya Sera saat melihat Girou dan Zael yang sudah masuk ke dalam kelas.
"Ck, bersihin kelas" jawab Girou dengan wajah kesal, dia terlalu malas untuk pulang terlalu siang. Mereka seharusnya pulang jam 10 tapi karna harus bersih-bersih kelas yang kotornya astagfirullah luar biasa bisa memakan waktu 1 jam atau 2, apalagi ia harus berjalan di tengah teriknya matahari bersama orang yang menyebabkan ia masuk ke ruangan kepala sekolah.
"Ya nggak apa apa kali, palingan nanti bareng sama ortu kalian, mereka di panggil ke sekolah kan?" setelah Shoka berbicara, seketika baik Girou maupun Zael membeku. Mereka membayangkan betapa menyeramkan kedua orang tuanya saat marah, terutama ibu mereka.
Baru saja membayangkan panci melayang saja sudah merinding, apalagi jika ibu mereka mengacak seisi rumah mereka. Karna terlalu lama membayangkan, tanpa di duga bel pulang sudah berbunyi.
Semua anak mulai merapihkan buku yang sama sekali tak tertulis apapun untuk hari ini. Di karnakan guru mereka tak hadir, mereka hanya berlalu-lalang tak beraturan keluar kelas meninggalkan Girou dan Zael sendirian.
Disisi lain, Sera dapat melihat anak anak ternyata di jemput orangtua mereka. Dan Sera pun baru ingat, bahwa baru saja terjadi penculikan anak di sekitar daerah TK ini. Mungkin orangtua mereka khawatir, seperti Kazutora yang menjeput sang anak contohnya.
"Shoka!" panggil Kazutora lalu tersenyum lembut ke arah anaknya yang berlari kencang ke arahnya.
"Ayo pulang"
"Bareng Ayano ya!"
"Palingan nanti di jemput bapaknya, walaupun bakal lama sih" ucap Kazutora dengan suara kexil di akhir agar Shoka tak mendengarnya.
"Ya udah Shoka nggak mau pulang"
"Hah... Iya iya" usai setuju dengan permintaan Shoka, gadis itu berlari ke arah Ayano dan menggenggam tangannya erat.
"E-eh?" kaget Ayano, tanpa sepatah kata pun hanya dengan senyuman Shoka menarik Ayano dan mendahului ayahnya yang sudah tercengang hingga mulut terbuka menatap tak percaya anaknya yang sangat frontal.
"CHIRO-KUUUN! AYO BARENG AKU SAMA PAPA NAIK MOBIL!!" seru Areen setelah membuka pintu kaca mobilnya dan mendapati Hachiro yang berjalan bersama Sheiyu.
"Tapi aku-"
"Duluan aja, aku bisa sendiri kok" ucap Sheiyu sembari mendorong punggung Hachiro untuk mendekati mobil Areen. Dengan ceoat Areen keluar dari mobil dan menarik Hachiro masuk ke dalam mobil hingga membuat Rindou terdiam membeku.
"Sheiyu mau ikut?" tanya Areen namun di balas gelengan. Areen berlari masuk ke dalam mobil baris belakang yang di tempati oleh Hachiro, mobil pun mulai berjalan menjauhi kawasan sekolah.
Baru saja ingin melangkahkan kakinya, Sera sudah menarik tangan Sheiyu dan tersenyum lebar padanya.
"Kenapa?" tanya Sheiyu.
"Bareng aja, kita juga jalan soalnya rumah deket kok, boleh kan, nii-chan?" tanya Sera pada Keta yang baru saja sampai untuk menjemput adik tersayang.
"Boleh" jawab Keta dengan wajah datar, baru saja hendak berjalan pergi, pamdangannya menangkap sesuatu, lebih tepatnya seseorang.
"Itu murid baru ya?" tanya Keta menunjuk gadis dengan surai birunya.
"Hm? Oh iya, kok nii-chan tau?"
"Murid disini dikit, cuma ada 3 kelas. Kelas A isinya 15 orang, kelas B1 10, kelas B2 9. Dia masuk kelas B2 berarti biar anak di kelas sana jadi genap" ucap Keta membuat Sera dan Sheiyo sedikit tercengang. Melihat adiknya tercengang hingga sedikit membuka mulut, Keta tertawa dan mengelus kepalanya.
"Udah yo pulang" Keta menarik Sera, dan Sera menarik Sheiyo. Keta menatap datar adiknya yang menggenggam tangan Sheiyo erat, namun tanpa ia sadari, matanya curi pandang pada sang gadis bersurai biru.
"Hah... Kemana tuh anak coba?" gumam seorang pria tinggi yang sedang bersender di gerbang menunggu anaknya pulang. Namun sang anak tak kunjung keluar, ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam sekolah dan mencari anaknya di dalam kelas.
Tadinya berniat begitu, tapi tak disangka justru ada tiga pria sedang mengintip di balik jendela kelas B2.
"Woy, pada ngapain lu? Beralih jadi pedo?"
"Matamu, mending sini liat anak lu, san"
"Ha?"saat ia menoleh, terlihat Chiya sedang membantu Girou mengangkat bangku dengan senyuman lebar.
"ANAK GU-" baru saja ingin beeteriak, tangannya justru di tarik oleh pria bersurai putih itu.
"Diem, gua pengen liat anak gua nih, bisa jadi penerus gua apa enggak ya?" ucap sang pria yang di ketahui adalah Izana. Mengingat dulu ia dan seorang pemain hati, jadi tak heran jika Zael mengikuti jejaknya
"Gua gorok kalo sampe dia mainin hati anak gua" ucap pria dengan surai hitam yang dapat di ketahui adalah Keisuke. Menatap tajam Zael yang sedang mengelus kepala Lifina lembut, semakin membuat hatinya berkoar-koar, namun ia hanya bisa diam tak berkutik.
"Anak gua tsundere kayanya nih" gumam lelaki bersurai pirang menatap Girou yang sedang bersikeras menolak permintaan Chiya namun pada akhirnya pasrah. Yup, pria itu Mikey.
"Tsundere?" gumam pria bernama Haruchiyo itu, ia menatap kedua anak yang sedang bercengkerama meski Chiya yang paling banyak bicara. Ia sedikit berpikir, apakah Chiya bisa tahan dengan orang tsundere? Tapi lumayan lah bisa berbesan sama boss, pikir Haruchiyo.
".... Mereka lucu" dari luar sana, gadis bersurai birunya menatap keempat orangtua murid yang sedang mengintip dari jendela seperti seseorang mencurigakan.
"Ish... Papa kemana sih?" gumam gadis itu sembari meremas roknya.
"Rika!" suara bariton lain terdengar bersamaan dengan sura motor yang berjalan menujunya. Senyuman Rika pun mengembang saat melihat seseorang yang ia tunggu selama ini, saat motor itu berhenti tepat di depannya, ia dengan segera melompat menaiki motor dan memeluk Papanya erat dari belakang.
"Lama" ucap Rika dengan bibir yang cemberut.
"Lain kali jemput tepat waktu ya, Papa Mitsuya Takashi" lanjut Rika, motor di lajukan dengan kecepatan sedang seiring dengan tawa yang cukup menggelegar, lalu ia pun menjawab.
"Siap Bos Mitsuya Rika, haha"
*•°•Bersambung•°•*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro