05. Fight?
Sekolah, ini yang di lakukan para murid sekarang. Di TK Baby Revengers, lebih tepatnya di kelas B1, Girou, Sera, Zael, Lifina and pren sedang berisik di kelas. Ada yang sedang bermain me ji ku hi bi ni u, ada yang gambar di papan tulis, dan ada yang nyalin PR kaya Girou.
"Girou, udah selesai belum?" tanya Sera menunggu bukunya yang belum di kembalikan Girou.
"Sebentar, ini satu soal lagi" jawab Girou yang sudah keringat dingin karna waktu bel yang sudah mepet.
"Sebentar lagi bel looh, nanti ketahuan Bu Semvak loh"
"Bu Senva yang bener, Sera" ucap Shoka yang duduk di sebelah Sera.
"Eh? Bukan semvak?"
"Emangnya guru kita kancut?"
"Enggak sih..."
"Girou, semalas itukah sampe nyalin PR nya Sera?" Zael bersuara menatap datar Girou dari meja depan. Girou yang mendengar itu terpancing dan menatap Zael tajam.
"Bukan malas, tapi lupa" jelas Girou.
"Beneran? Masih TK udah pikun? Pfft-" mendengae pernyataan Zael, Girou menggebrak meja karna marah.
"Ya ampun... Lifina where are you.." gumam Shoka merasa bahwa akan ada pertengkaran antara Zael dan Girou lagi setelah 5 bulan yang lalu.
"Lifina di kelas sebelah" ucap Sera dengan wajah polosnya.
"Aku tau Ser... Tapi bukan gitu konsepnya-"
"NGAJAK RIBUT HAH?!" Girou menarik merah baju Zael sementara Zael hanya menunjukan seringainya menatap Girou remeh.
"Siapa takut, hm?" ucap Zael itu menarik kerah baju Girou. Keributan di kelas mulai terdengar, dan kedua anak itu sudah bersiap melayangkan tinju tepat di muka mereka, namun sebelum benar benar mengenai wajah satu sama lain suara pintu terbuka membuat tinju mereka berhenti.
"Tuh Bu, yang mau berantem" seorang guru dan anak laki-laki yang diyakini Inui Sheiyo menunjuk Zael dan Girou.
"Cepu" ucap Zael lalu melepas kerah baju Girou begitu pula dengan Girou. Sera yang mendengar suara itu menoleh ke pintu dengan mata berbinar.
"SHEIYOOOO!" dengan cepat Sera berlari, melompat dan memeluk Sheiyo. Mereka hampir saja jatuh jika Sheiyo tak menahannya, dia pun menghela nafas lega.
"Kalian, mau masuk ruang guru atau diamn anteng di kelas?" tanya Guru Senva sembari berkacak pinggang.
"Gelud" ucap keduanya membuat Bu Senva menghela nafas lelah dengan kelakuan dua anak tampan namun nakal ini.
"Ya sudah masuk ruang kepala sekolah ya" ucap Bu Senva dengan senyuman ramah namun tertawa jahat di hati karna merasa senang Zael dan Girou akan di marahi Bu Kepala Sekolah yang terkenal galak meski pada anak-anak itu.
Dengan senyuman lebar Bu Senva menggandeng tangan Zael dan Girou menuju ke kelas. Sementara Shoka menatap malas mereka, dan juga menatap malas Sera yang sibuk memeluk Sheiyo.
"Pengen ke kelas sebelah aja dah-" baru saja berdiri dari kursinya, justru bel berbunyi membuatnya terpaksa kembali duduk di kursi.
"Jadi pengen mukul kepala orang pake tang..." gumam Shoka merenungkan hidupnya.
Baru saja ingin mengerjakan soal, Sera dan Shoka tiba-tiba di panggil ke ruang kepala sekokah dengan keadaan gemetar ketakutan. Pintunya sangat tinggi dan seakan-akan ada hawa hitam keluar dari pintu tersebut. Namun mau tak mau mereka memasuki ruangan tersebut dan melihat Zael juga Girou menunduk di omeli Kepala Sekolah dengan Bu Senva di sebelahnya.
"Bu... Kenapa kita di panggil ya?"
"Oh, kalian harus ceritain kejadian tadi pas mereka bertengkar, mereka nggak mau buka mulut soalnya" ucap Bu Senva, Shoka menoleh ke Girou dan Zael yang menggeleng-geleng pertanda mereka tak mau Kepala Sekolah dan Bu Senva tau.
"Okay!" seru Sera dengan senyuman polosnya membuat Zael, Girou dan Shoka membeku. Sera menceritakan semuanya dengan wajah polos tanpa beban apapun.
"Begitu deeeh" ucap Sera setelah selesai bercerita. Kepala Sekolah dan Bu Senva mengangguk-angguk mengerti.
"Kalau begitu Ibu panggil kedua orang tua kalian" Kepala Sekolah membuka buku yang berisi nomor telphon murid lalu menelphon keluarga Kurokawa dan Sano.
"B-bu jangan..." lirih Girou.
"Kenapa? Takut ketahuan orang tua kamu??" ucap Kepala Sekolah yang berhenti menekan nomor.
"B-bukan..." Girou mendekatkan diri ke Kepala Sekolah lalu meminta agar Kepala sekolah menunduk.
"Zael lagi berantem sama Orang tuanya, kalo Orang tuanya dateng bisa gawat!" bisik Girou di telinga kepala sekolah. Girou dan Kepala sekolah menoleh menatap Zael, sementara ia hanya memasang wajah datar pengen di tampol.
"Hm... Pantesan dari tadi marah-marah" suara lain terdengar membuat atensi mereka beralih ke orang tersebut, Sheiyo.
"Sejak kapan disini?.." Zael yang paling terkejut di sini, karna dia tiba-tiba dia tepat disamping Zael yang sedang termenung.
"Sejak Sera nyuruh kesini" ucap Sheiyo menunjuk Sera yang sedang memeluk lengan lelaki itu.
"Ser, aku tau kamu takut, tapi kenapa bawa bawa Sheiyo?" tanya Shoka menahan kesalnya.
"Aku kira bakal ada barang-barang terkutuk makanya aku minta Sheiyo temenin, ternyata nggak semenakutkan itu heheee" ucap Sera membuat tanda v dengan kedua jarinya sembari menyengir tak ada dosa.
Yang lain hanya menghela nafas dan menepuk dahi, bagaimana dengan Sheiyo? Wajahnya datar, tapi aslinya seneng kok.
*•°•★•°•*
Kembali ke waktu sebelum bel, di kelas B2, tak kalah berisik dengan kelas sebelah. Apalagi dengan keberadaan Lifina dan Areen, mungkin di awal saja terlihat polos, namun aslinya seperti maung yang kesurupan reog.
"AHAHAHHA! LIFINA GAMBAR EEK DI PAPAN TULIS!" seru Areen dengan tawanya yang keras. Lifina melanjutkan menggambarnya dengan spidol, tanpa ia ketahui spidol itu permanen.
"Areen" panggil Lifina berniat menjahili Areen.
"Iyaa?" dengan langkah kecil namun cepat Areen menghampiri Lifina yang menunjukan seringai jahilnya. Chiya dan Ayano yang sudah tau rencana Lifina hanya menatap, mau di cegah juga tak mungkin karna kalau Lifina sudah merencanakan sesuatu pasti segala cara ia akan lakukan agar rencananya berhasil.
"Merem ya!" ucap Lifina dengan senyuman, Areen hanya menatap polos lalu mengikuti kata Lifina. Lifina tertawa kecil lalu menggambar kumis di antara hidung dan mulut Areen, membuat dirinya seperti om-om pedo.
Areen membuka mata, lalu ia disodorkan cermin yang entah dari mana oleh Lifina. Mata Areen berbinar dan berkaca sembari berpose seperti bapak-bapak yang suka ronda di depan rumahnya.
"Sekarang kamu jadu bapak-bapak!" ucap Lifina berkacak pinggang bangga dengan gambar yang ia buat ke Areen. Areen mengambil ciki ring yang sedang temannya makan lalu berlari menuju Hachiro.
"Hachiro!" panggil Areen membuat Hachiro yang sedang membaca jadi terfokus padanya. Areen bertekuk lutut sembari menyodorkan ciki ring di tangannya.
"Mau kah kau menikah denganku?" ucap Areen dengan suara sengaja di beratkan seperti bapak-bapak. Anak-anak lain berteriak menyoraki Areen dan Hachiro, sementara Ayano menatap mereka aneh.
"Pasti di tolak.." ucap Ayano.
"Di terima kok, liat aja muka Hachiro-kun" ucap Chiya di belakang kursi Ayano. Ayano yang mendengar itu memperhatikan wajah Hachiro. Ah, merah, pikir Ayano dengan wajah datar.
"E-ekhem, i-iya" jawab Hachiro mengalihkan pandangannya dengan wajah merah. Areen memasang wajah bahagianya dan memasang ciki ring di jari manis Hachiro, lalu hendak mencuim Hachiro namun di tahan oleh Hachiro sendiri.
"NG-NGGAK USAH CIUM SEGALAA!" ucap Hachiro mendorong wajah Areen.
"Tapi kalau seseorang menikah bukannya mereka akan berciuman?" tanya Areen dengan wajah polos.
"I-iya sih... TAPI KITA MASIH KECIL!" seru Hachiro di akhir karna Areen hendak menciumnya lagi.
"Hee... Ya sudah" Areen berlari kembali menuju Lifina, merebut spidol dan menggambar kumis yang sama seperti di wajahnya.
"Sekarang kamu juga bapak-bapak!" ucap Areen semangat. Lifina mengusap dagunya dengan telunjuk dan jempol, lalu mengambil ciki temannya dan berjalan pergi.
"Ciki ku..." gumam anak itu menatap cikinya yang di pinta Areen dan Lifina tanpa bilang-bilang.
"Wahai pria cantik di hadapanku, maukah anda menikah dengan wanita tamvan seperti diriku?" ucap Lifina bertekuk lutut di depan Ayano yang terkejut. Lifina menaik turunkan alisnya, sementara itu Ayano memasang wajah jijik.
"Ngga-" belum selesai berbicara, Lifina sudah memasangkan ciki ring di jari manis Ayano. Lifina merasa bangga, namun Ayano merasa tertekan dengan keadaannya saat ini.
"Waah, kata-kata Lifina keren!" ucap Areen dengan mata yang lagi-lagi berbinar.
"Ohoho~ tentu saja, aku niru Mama pas main putri-putrian" ucap Lifina masih menyombongkan diri. Keramaian terus terjadi, sampai akhirnya ada anak yang menanyakan PR MTK ke Chiya membuat Lifina dan Areen membeku.
"Hei Sanzu-saaan, kamu sudah belum PR MTK nya? Kalau sudah aku mau lihat yaa" ucap anak itu sembari melambaikan tangan di depan wajah Chiya karna Chiya hanya diam tak berkutik. Akhirnya, Chiya menoleh ke anak tersebut, namun pandangannya sangat dingin menbuat merinding orang-orang di sekitar, bahkan lebih menakutkan lagi karna ia tersenyum di saat seperti itu.
"Berisik, mikir sendiri sana, bodoh"
*•°•Bersambung•°•*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro