Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Photo

Disclaimer
Mystic Messenger © Cheritz
Media © Orangesekaii
Story © Panilla Ice Cream

Warning!
OOC, Typos, Bad EBI, Absurd, dll.

•••Enjoy•••

Jumin membuka pintu penthouse-nya dengan perlahan. Sedikit terheran dikarenakan keadaan dalam rumahnya yang sepi, seakan tak berpenghuni. Padahal, sang surya belum lama tenggelam.

Baru saja Jumin membuka bibirnya, hendak memanggil sang istri, dia dikejutkan dengan derap langkah di belakangnya.

"Oppa, kau sudah pulang? Selamat datang!" Suara tersebut merupakan suara dari (name), seseorang yang dinanti Jumin tadi.

Jumin pun membalikkan badannya dan mengusap rambut (name) dengan penuh kasih sayang. Mata Jumin yang biasa memandang rekan bisnisnya dengan tajam, berubah menjadi lembut jika dihadapkan dengan istrinya itu.

"Dari mana?" tanya Jumin dengan lembut.

Seulas senyum tipis muncul di wajah direktur muda tersebut saat iris abu-abunya melihat sekantong buku di pelukan sang istri.

"Buku lagi?"

(Name) mengangguk lemah, disertai dengan pandangan yang sedikit sendu.

"Ada apa?" tanya Jumin saat mengetahui gelagat tak biasa dari sang istri.

"Aku hanya merindukanmu," ujar (name) disertai dengan senyuman pahitnya, "aku juga bosan di rumah, jadi aku membeli beberapa buku baru."

Sambil terkekeh, Jumin merangkul bahu (name) dan membawa (name) masuk setelah dia menutup pintu penthouse mereka.

"Kau tahu, (name)? Kau sangat cantik dengan pakaian bergaris itu. Tetapi, jangan tunjukannya pada orang lain," jelas Jumin.

Suara tawa favorit Jumin meluncur dari bibir (name).

"Bilang saja kau merindukanku, Oppa."

Jumin meminta (name) duduk di sofa dengan bahasa tangan. Setelah (name) menurutinya dan meletakkan kantong berisi buku itu di sampingnya, pria berambut gelap itu kemudian berjongkok di hadapan (name) dan mengecup dahinya.

"Aku merindukanmu, sweetheart."

Rona merah perlahan muncul di wajah (name).

"Kau senang sekali menggodaku, ya?" gumam (name), kemudian direspon oleh kekehan dari Jumin.

"Hanya kau, dear. Oh, kau mau membacakan salah satu buku untukku?" pinta Jumin.

Pria itu kini mendaratkan kepalanya di atas pangkuan (name) yang tengah duduk di sofa itu.

"Bacakan satu cerita saja. Kau membeli buku cerita, bukan?" tanya Jumin.

(Name) menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, Oppa."

Jumin merilekskan tubuhnya dan memfokuskan indra pendengarannya yang akan senantiasa merekam apa yang akan diucapkan (name) nanti.

"Apa judulnya?" bisik Jumin.

"Swan Lake, Oppa."

°°°

"... Penyihir itu kemudian—"

(Name) asyik bercerita, sampai ia memotong ceritanya sendiri karena mendengar dengkuran halus yang berasal dari Jumin yang tengah berbaring pangkuannya itu.

(Name) tersenyum dan meletakkan buku cerita itu dengan perlahan ke sampingnya.

Iris cokelatnya merekam pemandangan yang ia lihat kini; Jumin dengan pakaian kerjanya, tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka, serta dengkuran halus yang menyapa indra pendengaran (name).

Bagi (name), pemandangan itu sangat indah. Ia benar-benar ingin mengabadikan momen itu, tetapi ia takut suaminya terbangun.

Keberuntungan berada di pihak (name), karena seorang maid tiba-tiba lewat. (Name) memanggil pelayannya itu dengan cara berbisik, agar tak menginterupsi tidur sang suami.

Maid tersebut mendengarnya dan menghampiri majikannya itu.

"Ada apa, Nyonya?" tanyanya dengan suara yang menyerupai bisikan, mengerti bahwa tuannya sedang tertidur saat ini.

"Tolong ambilkan ponselku, kemudian fotokan kami berdua," balas (name) dengan bisikan pula.

°°°

"Mr. Han," panggil Jaehee pada sang atasan yang tengah berkutat dengan tumpukan kertas di atas meja.

"Ada apa, Assistant Kang?" balas Jumin.

"Ada surat untuk Anda."

Sedikit menautkan alisnya, Jumin kembali bertanya,

"Dari siapa?"

"Dari (name), Mr. Han."

Jumin memandang amplop berwarna cokelat itu dengan pandangan penuh kebingungan.

"Kau boleh pergi, Assistant Kang."

Suara pintu terbuka dan kemudian tertutup kembali menandakan asistennya itu telah meninggalkan ruangannya.

Setelah sedikit merobek amplop tersebut, telunjuk serta ibu jari Jumin menarik selembar kertas, tidak, selembar foto di dalamnya.

Senyuman hangat nampak di wajah Jumin melihat foto tersebut, yang menurutnya diambil sehari yang lalu saat (name) membacakan dongeng untuknya.

Tak hanya wajah tidurnya saja yang nampak, di rambutnya terdapat telinga kucing yang Jumin yakini merupakan hasil editan dan tak lupa juga kumis kucing di pipinya.

"Kau benar-benar wanita yang menarik, (name)."

End of Chapter

Hualo! Maaf Pani lama apdet~~~ xD
#dihajarmassa

Hal itu dikarenakan kondisi Pani yang ngedrop beberapa hari ini, mohon maklum, ya? #dilemparkacang

Well, semoga suka dengan ficlet kali ini! ^^

Mind to vomment? Thank you!

Cheers,
Panilla Ais Krim

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro