Ignorant
Disclaimer
Mystic Messenger © Cheritz
Media © Artist
Story © Panilla Ice Cream
Warning!
OOC, Bad EBI, Typos, dll.
Ini merupakan request dari siapapun (Pani lupa) yang pengen Jumin dijahilin. (Ignorant = Jahil).
•••Enjoy•••
"Aku bosan," gumam (name).
Jemarinya menutup buku yang ia baca dan meletakkannya sembarangan di atas sofa. Melihat buku tersebut sudah buku entah keberapa yang ia baca, helaan napas meluncur dari bibirnya.
Iris kecokelatannya memandang ke sekeliling. Suasana dalam rumah itu sangat sepi. Hanya terdengar suara Elizabeth 3rd yang mengeong, entah di mana. Yang berarti, penghuni rumah ini hanyalah ia dan Elizabeth saja.
"Seven sedang apa, ya?" lirih (name) kemudian.
Tangannya mencari-cari ponsel di antara tumpukan buku yang sudah ia baca tadi. Setelah menemukannya, langsung saja (name) memanggil Seven.
Tuut
Tuut
"Seven! Aku bosan!" seru (name) langsung, tanpa menyapa Seven terlebih dahulu.
"Woa, woa tenanglah, (name). Kau bosan? Kenapa kau tidak ke luar rumah saja."
(Name) mendengus, "Inginnya seperti itu, tapi Jumin pasti marah kalau aku meninggalkan Elizabeth 3rd ...."
Suara tawa Seven terdengar.
"Begini saja, aku akan ke sana dan menyamar sebagai kau, dan kau berjalan-jalan di luar, bagaimana?"
Cengiran lebar terpampang di wajah (name).
"Ide bagus, Seven!"
Tak lama, sambungan telepon itu terputus. (Name) masih dengan senyuman di wajahnya pun menyiapkan beberapa uang dan setelahnya ia mengendap-endap keluar dari rumah itu.
Baru akan menekan tombol lift, seorang petugas keamanan menghampirinya.
"Nyonya? Anda mau ke mana?"
Sebulir keringat dingin nampak di pelipis (name).
"Err ... ke lantai bawah, sebentar saja."
Petugas keamanan itu memperbolehkannya—akhirnya, (name) terbebas dari kebosanan yang mendera.
°°°
"Oh, Anda sudah kembali, Nyonya," ujar seorang petugas keamanan pada Seven yang tengah berdandan seperti (name).
Seven hanya tersenyum, enggan menjawab perkataan sang petugas tadi.
"Ngomong-ngomong, apa yang Anda bawa dalam tas Anda, Nyonya?" tanya si petugas keamanan dengan ramah.
Seven memasang pose manis—dengan menekan jari di dagunya dan memasang raut wajah seperti orang sedang berpikir.
"Uhm? Hanya kamera, kok! Sudah ya, aku masuk dulu!" seru Seven sembari melanjutkan perjalanannya dan melambai ke arah petugas keamanan tadi.
Sang petugas hanya tertegun saat menangkap gerak-gerik majikannya yang tak biasa.
Setibanya di dalam rumah Jumin, Seven mengeluarkan kamera dari tasnya dan meletakkannya di meja yang berada di sudut ruangan.
Setelah mengaktifkan mode perekaman, Seven melambai ke depan kamera.
"Aku sedang di rumah Mr. Trust Fund Kid sekarang. Aku akan menyelamatkan Elly!"
Bukan hari beruntung Seven, tiba-tiba pintu masuk terbuka begitu saja dan menampilkan sang direktur muda perusahaan C&R, Jumin Han.
"Oh, (name)? Sedang apa di sana?" tanya Jumin yang nampak terkejut melihat keberadaan sang istri—Seven yang sedang menyamar—di sudut ruangan.
"Ah, kau sudah pulang, Oppa? Selamat datang!" sambut Seven sembari tersenyum manis.
Jumin mengangguk dan melonggarkan dasinya sejenak.
"Kau sedang apa?" tanya Jumin.
Seven nampak sedikit gugup. Tetapi berkat keahliannya yang sering crossdressing, Seven bisa menanganinya.
"Aku mencari Elizabeth, Oppa ..., ah! Elly—uhm, Elizabeth! Di situ kau rupanya!"
Mata Seven menangkap kucing kesayangan Jumin itu sedang menjilati tangannya di dekat televisi yang ada di ruangan itu.
Sontak saja, Seven menghampiri Elizabeth dan berjongkok di depannya.
Jumin hanya tersenyum melihat keakraban istrinya dan kucing peliharaannya. Tetapi, iris kelabunya memandang ke arah kamera yang ada si sudut ruangan.
Jumin melangkah mendekati kamera tersebut dan melihat-lihat. Seingatnya, dia tak pernah membeli atau membelikan (name) kamera seperti ini.
"(Name)? Ini kameramu?" tanya Jumin.
Seven yang sedang menggendong Elizabeth pun menatap horor ke arah Jumin.
"E-eh? Iya, Oppa—Aw! Elly!"
Elizabeth yang berada di gendongannya memberontak dan menarik wig yang dikenakan Seven. Jumin yang sedang memperhatikan layar pada kamera itu menjadi terkejut saat wig milik Seven jatuh dan menampilkan rambut merah bak tomatnya.
"Luciel?"
Seven meringis dan menggaruk pipinya, "Hai, Jumin."
°°°
Seven tengah mengemudi saat ini. Ekor matanya menangkap Jumin yang nampak gelisah.
"Kau masih marah denganku?" tanya Seven.
Dengusan terdengar dari Jumin.
"Tentu saja, tapi keselamatan istriku lebih penting. Di mana dia, Luciel?"
Seven mengangkat bahunya, "Sudah kukatakan aku tak tahu."
Jumin memijit keningnya.
"Kau bisa melacaknya?" tanya Jumin. Telapak tangannya mencengkram sweater yang dikenakan Seven yang mirip dengan kepunyaan sang istri.
"Oh, kau benar juga. Sebentar—"
Seven memarkirkan mobilnya di tepi jalan dan membuka ponselnya. Tak lama, cengiran lebar tersungging di wajahnya.
"Aku menemukannya, Jumin."
Kini, Jumin bisa bernapas lega.
°°°
"Aku minta maaf, Oppa," lirih (name) yang sedang duduk di sofa dengan Jumin yang berdiri dan memandangnya dengan tajam.
Helaan napas terdengar. Tak lama, (name) merasakan tangan besar Jumin mengusap kepalanya.
"Aku hanya khawatir kalau kau kenapa-kenapa, (name). Aku senang kalau kau sudah menyadari kesalahanmu, sayang."
Jumin mengalihkan pandangannya pada Seven yang sedang memangku Elizabeth.
"Dan kau, Luciel."
Seven dengan cepat menurunkan Elizabeth dari pangkuannya dan menatap temannya itu dengan takut-takut.
"Y-ya, Jumin?"
"Kau adalah cat abuser. Jangan sentuh Elizabeth 3rd dengan tangan jahatmu itu, dan jangan libatkan istriku jika ingin bertemu Elizabeth, mengerti? Kau tidak akan berjumpa dengan Elizabeth lagi," jelas Jumin dengan ketus dan membuat Seven semakin gemetaran.
(Name) tergelak tawa saat mengetahui sang suami sangat marah pada Seven karena Elizabeth.
"Aku bukan cat abuser, Mr. Trust Fund Kid!"
Tak lama kemudian, Jumin memanggil petugas keamanan. Dan sang petugas itu pun menyeret Seven keluar dari kediaman Jumin.
Fin
Yeyeyey bagaimana? Suka? Nggak lucu-lucu amat ya? :''' Kapan-kapan aku bikin yang lebih lucu #dihajarmassa
Terima kasih untuk yang mau membaca book ini dan memberi vote ❤ Pani sayang kaliaaan~
And, jangan lupa untuk vomment chapter kali ini~ ^^
Ditunggu kelanjutan kisah Jumin dan MC selanjutnya, ya~~~
Cheers,
Panilla Ais Krim
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro