Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3 | Vampire

[Name] terdiam. Inikah takdir menuju akhir hidupnya?

Ia hanya diam, tak tahu harus apa. Ia hanya bisa melihat ayahnya dan ibu tirinya melawan empat vampir di depannya dengan mati-matian.

Tiba-tiba Soraru terlintas di benaknya. "Apa ia baik-baik saja?"

Pertarungan dihadapan [name] semakin sengit dan tidak ada yang memperhatikannya. Awalnya ia berniat kabur, tapi kakinya benar benar tidak bisa bergerak sekarang.

"Bodoh! Bantu kami, cepat!" Teriak ibu tirinya.

[Name] yang melamun hanya bisa memandangi mereka berdua, ia sama sekali tak ingin membantu.

Lalu dari belakang, muncul seorang vampir lagi yang hendak menghunuskan pedangnya kearah [name]. Namun tak disangka, ayahnya justru mengorbankan dirinya untuk melindungi 'anak bodohnya'.

"T.. tou-san..." Ucap [name] sambil memegang tangan ayahnya yang sudah terbaring di tanah.

"Maafkan aku..." Ucap ayahnya lalu menutup matanya untuk selamanya.

[Name] menoleh kearah ibu tirinya. Ia juga kalah, darahnya sudah dihisap oleh vampir yang melawannya.

Hanya tinggal ia seorang.

[Name] bergidik ngeri dan menutup matanya kala salah seorang vampir mengangkatnya dari tanah dengan cengkraman di lehernya.

"Kkh..." [Name] kehabisan napas, sebentar lagi ia akan mati.

Namun takdir berkata lain.

Seseorang datang dan memotong tangan vampir tersebut dengan sekali tebasan. Manik biru tuanya menatap kelima vampir lekat lekat. "Ternyata hanya peringkat bawah." Gumamnya.

"S... Siapa kau?!" Tanya salah seorang vampir tersebut.

Orang tersebut membuka tudung kepalanya. Surai raven nya terlihat jelas dibawah sinar rembulan, manik biru tua nya menyala di langit gelap. "Aku Soraru."

"Ap–" belum sempat menjawab, Soraru terlebih dahulu memenggal kepala vampir tersebut. "Sisanya kalian." Ucap Soraru dingin.

Vampir - vampir tersebut bergidik ngeri dan hendak kabur. Namun Soraru terlebih dahulu memenggal kepala mereka semua di saat yang bersamaan dengan pedangnya.

[Name] yang masih mengatur napas hanya bisa memandangi Soraru yang begitu mengerikan. "S... Soraru-san..." Ucapnya lirih.

Soraru berbalik dan mengusap leher bekas cengkraman vampir tadi. "Maaf, aku telat."

Dengan sisa kesadaran yang ada, [name] tersenyum dan kemudian pingsan.

***

Soraru menggendong [name] menuju tempat persembunyiannya. Sebuah goa batu yang cukup dalam dan bercabang, membuat orang sulit menemukannya.

Setelah sampai, Soraru segera membaringkan tubuh mungil [name] ke atas tempat tidur yang hanya beralaskan kapas dari pohon kapas dan ia menyelimuti [name] dengan jubah yang ia kenakan.

Setelah selesai, ia membuat api unggun di dekat [name] agar ia tetap hangat. Ia kemudian mencari beberapa obat-obatan di hutan.

Setelahnya, ia membuat ramuan obat untuk leher [name] dan obat oles untuk luka luka [name].

Soraru sendiri bingung, mengapa ia sangat perhatian kepada gadis yang baru ia temui.

Dua jam menunggu, akhirnya [name] perlahan membuka matanya dan mendapati cahaya api unggun di hadapannya.

"Kau sudah bangun?" Ucap pemuda raven itu dari mulut goa. Ditangannya terdapat banyak kayu bakar.

"Soraru-san... Bagaimana dengan–"

"Orang tuamu? Tenang, aku sudah menguburkan mereka berdua." Ucap Soraru tepat.

"Terima kasih." Ucap [name] pelan.

Soraru hanya memandang [name] sejenak kemudian mengambil obat oles yang ia buat tadi. "Sini aku obati tangan dan kakimu."

[Name] mendekat kearah Soraru yang sedang menyiapkan obat, plester, dan perban.

"Ini akan sakit. Tahan, ya." Sejak kapan Soraru menjadi lembut seperti ini? Entahlah, ia juga bertanya-tanya.

Soraru membuka perban asal yang melilit kaki [name] dengan perlahan, walau perlahan tetap menyakitkan.

"Ah.." [name] meringis. "Sakit..."

Soraru hanya mengangguk. "Tahan, ya. Aku mau membukanya sedikit lagi." Soraru mulai melepas gulungan kain yang terlilit di kaki [name].

"Ukh..." Soraru mundur sedikit. Darah segar keluar dari luka di kaki [name], membuat indra penciumannya bangkit. "Hei, sebentar, ya."

Soraru kemudian berlari keluar meninggalkan [name] yang terdiam kebingungan.

Tak lama, Soraru masuk lagi dengan masker dari kain yang menutupi hidung dan mulutnya. Berusaha tidak terpikat.

"Soraru-san! Kenapa kau pergi?" Tanya [name] bingung.

Soraru sendiri bingung mau bilang apa. "Aku tidak tahan bau darah. Tidak enak."

"Hee? Benarkah?" Tanya [name].

"Ya." Jawab Soraru sambil mengoleskan obat oles tadi di tangan dan kaki [name]. "Maaf kalau sakit."

Entah sudah berapa kali Soraru berkata "maaf" hari ini. Membuat Soraru benar benar bingung sekarang.

Setelah tiga puluh menit, akhirnya pengobatan [name] selesai dan kini Soraru pergi keluar lagi.

[Name] hanya duduk di atas kasur seadanya daritadi. Ia penasaran apa yang dilakukan Soraru diluar, ia akhirnya memutuskan berjalan menemui Soraru.

"Soraru-sa–" [name] langsung membekap mulutnya sendiri melihat pemandangan didepannya —Soraru meminum sebuah cairan berwarna merah di sebuah botol kaca.

[Name] tahu betul aroma cairan tersebut. Itu adalah darah.

"Soraru-san... Kau... Vampir?" Tanya [name] pelan.

Soraru terbelalak kaget melihat [name] yang kini berdiri di hadapannya. "Kalau iya... Lalu kenapa?"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro