꒰𖠔꒱ Tanpa Jawaban Dan Persiapan
Dax berkeringat. Matanya melirik Kalyan takut. Aura sang kaisar sangat dingin sejak Dax menjemputnya di rooftop beberapa waktu lalu. Entah apa yang Kalyan bicarakan dengan Chloe hingga saat Dax datang bersama teman Chloe—Lili—membuat kedua orang itu berhenti bicara, dan Dax mendapat tatapan tajam dari Kalyan.
"Yang Mulia ...," panggil Dax. "Apa salah saya?"
"Kau bodoh, tidak peka, dasar pengganggu," balas Kalyan tajam.
Dax menghela napas. Ia tidak mau lagi bicara sopan. "Oh, apa yang sebenarnya kau bicarakan dengan Nona Chloe sampai kau seperti ini?" Dax hanya ingin menjahili Kalyan.
Kalyan menghela napas. Ia benar-benar kesal pada Dax. Beberapa menit tadi, di saat ia hendak menjawab pertanyaan Chloe tentang mate. Dax datang bersama teman sang gadis. Kalyan jadi tidak sempat menjawab pertanyaan Chloe. Padahal, itu kesempatan yang sangat bagus. "Cih, kau benar-benar bodoh!" Kalyan menendang meja hingga benda itu bergetar, tapi tidak sampai jatuh dan rusak.
Dax mengatup bibir. "Maaf, aku mana tahu?" Ia senang karena setelah sekian lama, dia bisa membuat Kalyan jengkel seperti ini.
"Keluar kau dari ruanganku!" Kalyan menunjuk pintu.
"Baik, Yang Mulia!" Dax membungkuk singkat dan segera berlari menuju pintu sambil tertawa. "HAHAHAHA!"
Pada sisi lain, tepatnya Chloe yang sedang menuju ruang guru bersama Lili—yang saat ini memeluk lengannya. Chloe mendengarkan cerita Lili sambil memikirkan kejadian beberapa menit lalu.
"Chloe? Dari tadi kau diam saja. Kenapa?" tanya Lili.
Chloe tersenyum. "Aku tadi bisa mendapatkan jawaban yang kumau, Lili. Sebelum kalian datang mengganggu." Chloe menghela napas. Bagaimana Dax dan Lili bisa bersama ke atas rooftop? Datang mengganggu pembicaraan pentingnya dengan Kalyan. Tadi aku melihat Kalyan marah pada Dax. Semoga Dax tidak dihukum, batin Chloe. Yah, Chloe memang sedikit kecewa, tapi pembicaraan itu bisa diulang kapan pun.
°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡
Hari kelima menuju festival.
Chloe disibukkan dengan mengawasi lapangan terbuka yang menjadi tempat pertandingan basket. Pertandingan ini untuk menambah hiburan para pengunjung dan akan dimainkan oleh klub basket melawan beberapa kelas yang bersedia main.
"Miss Chloe! Kami sudah selesai mengecat kembali lapangannya!" teriak salah satu murid yang wajahnya penuh cat begitupun dengan pakaian olahraganya.
Chloe berjalan mendekat. Ia meminta anak-anak itu mundur karena Chloe akan mengeringkan lapangan ini menggunakan sihir. "Pastikan kalian berada agak jauh dari lapangan." Setelah para anak-anak itu sudah agak berjarak dari lapangan. Chloe merentangkan kedua tangan yang sudah berapi, lalu menepuk tangan hingga api kecil itu jatuh dan menyebar kemudian menjalar dari ujung lapangan hingga ke ujung lainnya, lalu menghilang setelah menyebar di seluruh permukaan.
"Nah, sudah selesai." Chloe dapat mendengar tepukan tangan anak-anak yang dilayangkan untuknya, juga beberapa pujian lucu dari murid laki-laki.
"Wah, Nona Chloe disukai dengan anak-anak di sini, ya." Dax memperhatikan Chloe dari dalam gedung, di salah satu lorong. Rasanya meriah sekali melihat anak-anak remaja itu kagum dengan sihir. Ia menoleh dan melihat Kalyan menatap fokus pada Chloe. "Kau tidak mau menghampirinya?"
"Suasana meriah itu akan berubah kalau aku datang," balas Kalyan. Dia berbalik lantas melangkah diikuti Dax.
°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡
Hari keempat menuju festival.
"Kalyan, aku membawakan laporan dari guru seni. Mereka memintamu untuk ikut menyeleksi karya anak-anak. Mereka ingin pendapat darimu." Chloe membawa masuk berkas agak tebal, lalu diserahkan kepada Kalyan.
"Kapan?" tanya Kalyan menerima berkas itu.
"Sekarang. Mereka menunggu di aula."
"Baiklah." Kalyan berdiri. "Ikut denganku, Chloe."
Mereka berjalan menuju aula. Chloe beberapa langkah di belakang sang kaisar, mengikuti dalam diam. Ia jadi memikirkan percakapan mereka tempo hari. Sejak saat itu, Kalyan dan Chloe tidak memiliki waktu untuk mengobrol. Festival tidak lama lagi akan dimulai, tinggal menghitung hari. Jadi, keduanya sibuk mengurus urusan masing-masing.
Mereka sampai di aula kedua sekolah Deux. Chloe dan Kalyan disambut beberapa guru yang membantu guru seni mengawasi perkembangan aula yang akan jadi tempat pameran karya.
"Selamat datang, Yang Mulia," sapa mereka sambil membungkuk.
Kalyan mengangguk sebagai jawaban, lalu dia dipersilakan menuju ke arah karya-karya yang sudah diseleksi Miss Reyna dan Chloe. Kalyan memperhatikan karya-karya itu sekilas, lalu menjelaskan detil-detil karya, makna, dan bagaimana lukisan tangan anak-anak akan memotivasi banyak orang.
Chloe melongo. Ia tidak percaya Kalyan tahu tentang seni sampai seperti itu. Chloe pikir, Kalyan cocok jadi kritikus seni. Bagaimana dia mempelajari tentang itu? Chloe langsung sadar. Ah, Kalyan adalah seorang kaisar dan seseorang yang punya gelar tertinggi di dunia tentu dituntut sempurna dalam segala bidang. Dia ini mengerikan sekaligus mengagumkan, ya, batin Chloe.
"Ah, karya ini dipilih langsung oleh Miss Chloe," kata Miss Reyna ramah. Dia memperhatikan lukisan wanita yang berdiri di padang rumput sambil memeluk awan berbentuk pria. "Miss Chloe punya selera yang bagus, bahkan Anda pun sampai menyukai lukisan ini."
Kalyan melirik Chloe yang bengong di belakangnya. Gadis itu memperhatikan sekitar dan tiba-tiba tersenyum, membalas sapaan anak murid, lalu diam lagi. Oh? Kalyan baru melihat sisi Chloe yang seperti itu. Selama ini, Chloe selalu bersikap tenang dan ramah, bahkan jika dihadapkan dengan masalah. Kalyan tanpa sadar tersenyum tipis, lalu memasang wajah dingin lagi.
°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡
Hari kedua menuju festival.
"Semua kedai sudah selesai dibangun. Dekorasinya juga sudah selesai di lokasi pertama dan kedua, lokasi ketiga tinggal dibersihkan," ucap Chloe yang melaporkan persiapan pada Kalyan. Ia berada di halaman depan sekolah bersama Kalyan. Memperhatikan banyak kedai beserta orang yang akan menempatinya—tengah merapikan tempat jualan.
"Begitu, ya. Selesaikan semuanya hari ini. Besok biarkan anak-anak itu beristirahat," balas Kalyan. Ia menatap Chloe. "Aku akan memimpin rapat yang diadakan para guru nanti pukul dua siang. Minta anak-anak itu untuk menyelesaikan pekerjaan mereka sebelum pukul dua agar bisa pulang cepat, aku sudah memberi tahu Kepala Sekolah dan dia setuju."
Chloe mengangguk. "Baik, Yang Mulia. Kalau begitu, saya pamit undur diri."
"Pergilah."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro