Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

꒰𖠔꒱ Kemarahan Sang Kaisar

Dax melangkah keluar dari hotel. Ia mendongak. Menatap langit malam berhias bulan. Kemarin, jam begini, Chloe datang mencari Kalyan. Berarti sudah satu hari sang gadis tiba di hotel ini. Bukankah artinya tidak lama lagi Chloe akan bangun?

"Semoga Nona Chloe cepat sadar agar Lian bisa tenang," gumam Dax dengan wajah sedih.

Pada sisi lain, mata Chloe tiba-tiba bergerak, tak lama kemudian terbuka. Pemandangan yang menyambutnya gelap. Apa karena listrik mati? Ia mencoba bangun. Tubuhnya sakit dan pegal karena berbaring dalam waktu agak lama. Chloe baru sadar bahwa ia berada di ranjang empuk, beraroma maskulin, dan tidak mati listrik, melainkan karena ranjang ini memiliki tirai. Chloe menghela napas. Mundur untuk bersandar pada kepala ranjang. Chloe sedikit membuka tirai untuk mendapatkan cahaya. Lantas memperhatikan pakaiannya yang sama seperti kemarin, hanya saja tidak memakai mantel.

Ini bukan kamarku. Apa Kalyan memesan kamar hotel untukku? batin Chloe. Menarik tirai lagi ke sisi kepala ranjang. Menemukan nakas. Ada ponselnya di atas permukaan meja kecil. Chloe mengambil benda pipih itu dan membuka aplikasi pesan. Mendapati pesan yang tidak pernah Chloe ketik untuk ayahnya. Apa ini ulah Kalyan? Tentu pria itu tidak bisa membawanya pulang begitu saja. Bisa bahaya jika sang ayah tahu keadaannya.

Tiba-tiba ada pesan dari ayah Chloe yang bertuliskan kapan dia pulang. Sang gadis membalas pesan itu bahwa dia akan pulang sekarang. Lalu mematikan ponsel. Chloe menyibak selimut, lantas turun dari ranjang dan melihat seisi kamar. Untuk kamar hotel, tempat ini terlalu mewah dan mirip kamar apartemen mahal yang sangat luas. Chloe mencari mantelnya. Menemukan benda itu di sofa dekat jendela, lalu memakainya. Sang gadis menengok kanan kiri mencari sesuatu. Ia harus pulang sekarang dan tidak mungkin dia pergi mencari Kalyan- yang entah berada di mana. Chloe berjalan ke arah nakas dan menarik laci. Menemukan kertas dan pensil. Lalu menuliskan sesuatu dan meletakkannya di nakas. Kemudian segera teleportasi, meninggalkan beberapa kelopak bunga cherry blossoms.

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

"Akhirnya putriku pulang!" Saviero memeluk Chloe sambil mengelus kepala anak gadisnya. Ia khawatir sekali meskipun sudah mendapat pesan dari Chloe.

Di aplikasi pesan, Kalyan beralasan bahwa aku harus kerja pagi dan pulang lembur bersamanya untuk memeriksa laporan persiapan festival, batin Chloe. Ia tersenyum menikmati pelukan sang ayah.

"Nah, ayo masuk. Di luar dingin. Chloe bisa sakit." Saviero menarik tangan anaknya untuk masuk.

"Oh? Kau sudah pulang?"

Chloe menatap pria berambut cokelat gelap dengan mata hijau jernih yang sedang berdiri sambil memegang segelas air putih. Itu saudara Chloe. Gavin Marva Lamont. Chloe mendekati sang kakak dan segera mengambil gelas dari tangannya.

"Hei?" Gavin mengangkat sebelah alis melihat Chloe minum dengan rakus.

"Aku tadi haus sekali. Terima kasih, ya, Kak." Chloe tersenyum pada sang kakak yang tampak pasrah dan memberikan gelas itu padanya. "Aku ke atas, ya, Ayah, Kakak. Aku mau istirahat, besok harus ke sekolah lagi untuk membantu Baginda Kaisar."

"Chloe tidak mau makan dulu? Gavin tadi sudah memasak makanan," kata Saviero khawatir.

Chloe menggeleng. "Aku sudah makan tadi. Aku ke atas, ya." Ia segera menaiki tangga menuju lantai dua, di mana kamarnya berada. Dia berlari menuju pintu berwarna putih dengan ukiran abstrak warna biru. Lalu segera masuk ke kamar. Chloe menghela napas, lantas melangkah ke ranjang. Membaringkan diri dan menatap langit-langit ruangan. Ia jadi merasa tidak enak hati pada Kalyan karena telah pergi begitu saja tanpa pamit. Namun, ia tak bisa tinggal lama agar ayahnya tidak terlalu khawatir.

Chloe menghela napas panjang. Sebenarnya, kenapa dia melakukan ini pada Kalyan? Mengapa juga Kalyan bersikap perhatian dan memberi afeksi berlebihan padanya? Apakah itu bentuk perhatian sang kaisar kepada Chloe yang merupakan asisten Kalyan? Mana ada atasan yang suka menyentuh bawahan? Tidak ada alasan yan masuk akal di pikiran Chloe, kecuali satu.

" ... Apa aku mate-nya? Aku tidak menghirup aroma harum dan tidak merasakan gelenyar asing saat bersentuhan dengannya, kecuali rasa nyaman," gumam Chloe. Ia bingung dengan situasi ini. Dia sendiri selalu bicara menolak sentuhan pria itu, tapi tidak berusaha keras untuk lepas dari sang pria. Ia ragu bahwa mereka adalah pasangan mate karena Chloe tidak merasakan ciri-ciri apa pun, juga tidak mungkin Chloe menjadi pasang sang penguasa. Chloe mengatup bibir. Menutup mata. Sekarang, ia tidak mau terlalu memikirkan soal ini. Lebih baik istirahat, memikirkan masalah esok hari pun mempersiapkan diri untuk minta maaf pada sang kaisar besok.

... Aku tidak akan dihukum mati karena pergi tanpa pamit, bukan? batin Chloe.

°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡

Chloe menghela napas. Melangkah menyusuri lorong di mana ruangan Kalyan berada. Dia merasa sangat bersalah. Tentu harus minta maaf. Chloe berdiri di depan pintu ruangan Kalyan. Mengatur detak jantung yang berdebar tidak berdasar. Ia mengetuk pintu sebanyak tiga kali, lalu bergeming saat mendengar suara dingin Kalyan dari dalam. Yang terdengar menahan emosi.

Suasana hatinya tidak bagus, bahkan aku belum minta maaf, batin Chloe makin merasa bersalah. Apakah karena dia pergi tanpa izin? Namun, Chloe sudah menyimpan surat yang berisi ucapan terima kasih. Yah, bagaimanapun pergi tanpa pamit sangat tidak sopan, apalagi untuk seorang kaisar. Ia membuka pintu ruangan sambil menunduk. Tidak berani menatap wajah Kalyan. Namun, Chloe dapat merasakan tatapan tajam pria itu , juga aura dingin yang membuat orang lain tidak nyaman. Chloe menelan ludah, merasa takut. Ia menarik napas. "Selamat pagi, Baginda," sapa Chloe. Tetap bersikap tenang.

"Apa kau tahu pergi begitu saja dan membuatku khawatir itu sangat tidak sopan?" tanya Kalyan. Nadanya terdengar menahan amarah. Dia berusaha untuk tidak mendekati Chloe dan menyalurkan emosi yang akan meluap pada gadis itu. Chloe baru saja pulih, dia tak mau membuatnya sakit lagi.

"Maafkan saya, Baginda. Ayah saya mengirimkan pesan bahwa dia akan menjemput saya jika tidak langsung pulang." Chloe menutup mata. "Dia akan tahu bahwa saya telah mengeluarkan energi yang membuat saya harus memulihkan diri selama satu hari."

Kalyan memukul meja. "Bukan berarti kau bisa pergi begitu saja! Apa susahnya mencariku atau menungguku lalu pamit, huh?"

Chloe sedikit kaget dengan sikap Kalyan, juga suara pukulan meja yang terlalu keras. Namun, dia harus tetap tenang. Memang ini salahnya. Hanya saja, dia tidak menyangka Kalyan akan semarah ini. "Maafkan saya, Baginda."

"Jangan bicara formal padaku."

"Maafkan aku, Kalyan."

Kalyan jengkel. Dia berdecak dan mengusap surai putihnya hingga berantakan. Ia menaikkan kedua kaki ke meja dan bersandar malas. "Kenapa kau melakukan itu?" Keningnya berkerut, menatap tajam Chloe yang sedang menunduk. "Angkat kepalamu."

Chloe mengangkat wajah. Diam sejenak, lalu menjawab, "Aku mengkhawatirkanmu."

"Lalu? Kau pikir aku tidak cemas? Aku juga khawatir padamu! Menurutmu bagaimana perasaanku saat melihatmu terbaring sekarat begitu?!" Kalyan berdiri, melangkah mendekati Chloe. Mencengkeram kedua lengannya. "Aku juga kesal karena kau pergi begitu saja. Kau sangat bersikap lancang pada pemimpin dunia ini."

Chloe bungkam. Menyimpan pertanyaan atas sikap Kalyan. "Aku minta maaf karena bersikap lancang,  tapi aku juga punya alasan. Situasinya akan memburuk jika ayahku tahu aku pergi menemuimu." Ia menggigit bibir, lalu berkata. "Terima kasih karena telah menjagaku selama aku memulihkan diri." 

Kalyan mendesah jengkel. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan perasaan yang meluap-luap ini. Ingin rasanya menghancurkan sesuatu  untuk melampiaskan amarah, tapi tidak mungkin dia melakukan itu di depan Chloe. "Kau sangat menyebalkan."

"Maafkan aku." 

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Kalyan-yang hendak membalas perkataan Chloe. Pria itu menghela napas jengkel, lalu beranjak ke kursi sambil merapikan rambut. Ia mempersilakan siapa pun itu untuk masuk.

"Ini saya, Yang Mulia." Kepala Sekolah melangkah masuk setelah membuka pintu.

Chloe tersenyum sebagai sapaan kepada Kepala Sekolah. Ia memperhatikan pria paru baya itu berbincang sedikit serius dengan Kalyan perihal festival musim, lalu menanyakan keadaan Chloe. Setelah itu, Kepala Sekolah keluar dari ruangan. Meninggalkan Chloe bersama Kalyan.

"Chloe, pergi dan awasi pekerjaan anak-anak di lokasi ketiga festival. Aku tidak bisa ikut ke sana karena harus memeriksa laporan dari para guru," pintah Kalyan dengan nada datar. 

"Baik, Kalyan."

"Jangan datang ke ruanganku sebelum jam makan siang berakhir."

Chloe bergeming. Melirik wajah Kalyan. Menilik ekspresi pria itu. Kalyan tampak tenang, raut mukanya terlihat dingin. Sang gadis mengangguk, lalu membungkuk pamit. "Aku pergi dulu." 

"Hm."

Chloe keluar dari ruangan sang penguasa. Lantas berjalan menyusuri lorong dengan perasaan campur aduk. Dia memang tenang, tapi tetap merasa takut. Namun, dia tentu tak bisa mengeluh karena ialah penyebab amarah sang kaisar muncul. Chloe menghela napas. Menatap ke depan. Lalu terkejut melihat pekerja kantin—seorang pria muda—datang sambil membawa nampan gelas kopi-Chloe tahu lelaki itu karena dia sudah lama bekerja di sini.

Chloe tersenyum sebagai sapaan saat melewati lelaki muda itu dan dibalas anggukan singkat oleh si pria. Namun, Chloe merasa aneh setelah orang itu lewat. Ia merasakan sesuatu yang kuat dan gelap. Sihir hitam, bukan, sihir gelap terang. Chloe berbalik sambil membelalak, memperhatikan punggung pekerja kantin yang perlahan menjauh. Ia yakin pria itu adalah manusia biasa, lantas dari mana asal aura sihir itu?

Firasatku tiba-tiba jadi buruk, batin Chloe. Kopi itu untuk Kalyan, bukan? Chloe mengejar, menepuk pundak pria muda itu singkat. "Maaf mengganggu waktu Anda sebentar. Apa saya boleh menanyakan sesuatu?"

Pekerja itu tersentak. Berbalik dengan wajah takut dan ragu. "Ada apa, Miss Chloe?"

Chloe melirik kopi itu sejenak. "Kopi ini milik Baginda Kaisar, bukan?"

"Anda benar. Saya diminta untuk mengantarnya." Pria itu makin takut. Dia berkeringat dingin.

"Begitu." Chloe sedikit mengernyit. Aura aneh itu jelas dari kopi ini. Namun, bagaimana cara agar pekerja itu tidak jadi membawanya ke ruangan kaisar? Chloe menghela napas. Jika aku menumpahkan kopi itu, dia pasti akan membawa minuman dengan aura yang sama pada Kalyan. Kalau aku mengikutinya ke ruangan kaisar ... aku yang akan dimarahi. Aku tak mau menambah masalah. Di sisi lain ... kenapa pria ini terlihat begitu takut? batin Chloe sambil melirik sang pekerja.

Pria itu menelan ludah. Lalu membungkuk singkat pada sang gadis. "Kalau begitu, saya pergi dulu! Saya tak mau membuat Baginda Kaisar menunggu. Anda ... pasti paham." Dia beranjak pergi dengan langkah buru-buru.

Chloe bungkam. Menatap kepergian sang pekerja. Menghela napas. Ia segera meninggalkan  tempat ketika ponselnya berbunyi, dari Kepala Sekolah untuk secepatnya pergi ke lokasi ketiga festival. Aku harap Kalyan menyadari kopi aneh itu dan tidak meminumnya ..., batin Chloe.

Adegan awal Chloe berpaspasan dengan pekerja kantin itu ... Chloe enggak mengajak si pekerja berbincang, cuma curiga saja, tapi adegan final jadi seperti yang kalian baca barusan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro