꒰𖠔꒱ Hari Terakhir Mengajar
"Hmm, aku jadi penasaran lagi. Kenapa Yang Mulia Kaisar datang ke sini, ya?" tanya Lili. Menatap Chloe yang bersedekap di hadapan. "Aku baru ingat pesta ulang tahun kerajaan tak lama lagi akan digelar. Benua Sorcery sudah disibukkan dengan persiapan sejak berbulan-bulan lalu, di sini juga jalanan mulai didekorasi. Lantas Kaisar Gavier malah datang ke tempat ini."
Chloe menggeleng. "Dia orang yang punya banyak bawahan. Beliau pasti meminta salah satu dari mereka untuk mengurus persiapan pesta itu." Mata melirik ke kiri. Memperhatikan asisten Kepala Sekolah melangkah mendekat. Pria muda yang dijanjikan akan menjabat sebagai Kepala Sekolah berikutnya.
Pria berambut hitam ini tersenyum ramah. "Miss Lamont, Anda dipanggil oleh Kaisar Gavier ke ruangannya."
"Ah, baik, Pak. Terima kasih informasinya." Chloe tersenyum dan sedikit membungkuk, lantas segera berpamitan pada pria itu dan Lili untuk memenuhi panggilan.
Chloe keluar dari aula. Berlari menuju ruangan khusus para petinggi yang menjadi ruang kerja sang penguasa selama berada di sekolah. Setelah beberapa menit, Chloe tiba di tempat tujuan. Mengatur napas dengan cepat, lalu merapikan rambut yang agak berantakan. Lantas mengetuk pintu cokelat dua gagang berukiran abstrak.
Chloe berharap tidak terjadi hal buruk ketika dia membuka pintu ini nanti. Dia berharap sang kaisar tidak melakukan apa pun padanya saat masuk ke dalam ruangan ini. Chloe menghela napas ketika mendengar jawaban dari dalam untuk menyuruhnya masuk. Ia menyentuh gagang pintu, lalu mendorongnya.
"Miss Lamont," sapa Kepala Sekolah ramah.
Chloe menghela napas lega saat menemukan Kepala Sekolah berada di ruangan ini. Berarti Chloe aman. Ia tersenyum sangat lebar sebagai balasan sapaan Kepala Sekolah, lalu memberi hormat pada Kaisar Gavier yang tengah duduk di kursi kerja. "Salam, Yang Mulia."
"Saya langsung saja," kata Kaisar Gavier dengan nada dingin. Ia melirik Kepala Sekolah.
"Ah, Miss Lamont," panggil Kepala Sekolah. "Hari ini akan jadi hari terakhir Anda mengajar karena mulai besok Anda harus fokus mendampingi Yang Mulia Kaisar selama seminggu lebih. Untuk seleksi karya seni dan pelatihan menari sudah saya serahkan pada Miss Reyna, dia akan dibantu oleh guru lain."
Chloe mengerjap. Dia tidak menyangka waktu mengajarnya pun berkurang hanya untuk mendampingi Sang Kaisar. Ia melirik Kaisar Gavier dan mendapatinya tersenyum miring membuat Chloe sedikit terkesiap. Ia segera tersenyum kepada Kepala Sekolah dan mengangguk. "Baik, Kepala Sekolah."
"Hanya itu yang ingin saya sampaikan. Anda bisa menyelesaikan jadwal Anda hari ini."
"Terima kasih. Kalau begitu, saya pamit." Chloe membungkuk sebentar dan segera keluar dari ruangan. Setelah ia menutup pintu, Chloe menghela napas panjang. Ia tidak menyangka mendampingi Kaisar sepenting itu sampai jam mengajarnya ditiadakan selama persiapan festival. Berarti ia tidak mengajar selama seminggu tiga hari karena tiga hari itu adalah waktu festival.
Ini makin gawat. Bagaimana kalau dia menyentuhku lagi? batin Chloe. Namun, ia kembali merasa aneh. Kenapa dia merasa baik-baik saja? Justru merasa nyaman dan sedikit ... senang? Chloe menggeleng. Itu tidak mungkin. Apanya yang senang setelah disentuh seenak jidat seperti itu? Chloe menghela napas lagi. Lalu melihat jam tangan. Tidak lama lagi jadwalnya mengajar di kelas tiga. Ia harus bergegas.
°˖ ⊹ ꒰𖠔꒱ ♡
Chloe membuka pintu kelas bersamaan bel masuk berbunyi. Suasana kelas yang awalnya ricuh berubah hening. Ia tersenyum pada anak-anak yang menyapa sambil melangkah ke meja guru. "Selamat siang, Anak-anak," sapa Chloe dengan ramah.
"Selamat siang, Miss Chloe," kata mereka serempak.
"Hari ini Miss akan melihat hasil kerja kalian untuk sumbangan ke pameran festival musim semi satu minggu lagi, tapi sebelum itu, Miss mau absen dulu, ya." Chloe mengambil buku absensi para siswa, lalu menyebut nama mereka satu per satu. Setelah itu, dia menjentikkan jari lalu muncullah meja panjang berwarna putih di sampingnya. Itu sihir. Chloe meminta anak-anak untuk membawa lukisan ataupun proyek kecil yang menarik karya mereka untuk dia bawa ke ruang seni agar diseleksi Miss Reyna nanti.
Pelajaran seni kelas tiga dipegang olehku. Aku hanya perlu mengumpulkan karya anak-anak ini dan memperlihatkannya pada Miss Reyna, batin Chloe sambil memperhatikan anak-anak muda itu maju meletakkan karya mereka di meja.
"Kalian ada 35 orang dan yang mengumpulkan baru 34 orang," kata Chloe. Dia berdeham panjang sambil melirik empat anak gadis yang make-up-nya menor dan berpenampilan seksi. Chloe menghela napas dan bertanya, "Caterina, Miss sadar kamu tidak membawa karya kamu ke meja ini. Apa kamu sudah mengerjakan tugas itu?"
Anak ini ... setelah membuat keributan di kantin, dia malah sibuk memperhatikan kukunya, batin Chloe sambil menggeleng. Dia makin tidak percaya jika gadis muda itu akan jadi calon ratu.
Caterina menoleh menatap Chloe, melempar tatapan cuek sejenak, lalu melihat kukunya yang sudah dicat warna merah senada dengan warna bibirnya. "Saya sudah mengumpulkannya, Miss Chloe. Ada di salah satu karya itu."
"Begitu? Bisa tunjukkan yang mana punya kamu, Caterina?" Chloe bersedekap. Ia tidak suka anak ini karena Caterina punya kasus dengan Chloe dulu, kasus yang bersangkutan dengan Lili dan sampai sekarang Caterina tidak memperlihatkan perubahan yang menunjukkan gadis muda itu menyesal. Kini, dia tidak mengumpulkan tugas—karena hanya Caterina yang tidak maju untuk meletakkan karyanya di meja panjang yang sudah disediakan.
Caterina berdecak. Ia melirik teman-temannya yang bergeming dan menatap Caterina dengan tatapan tanya. Apa yang akan Caterina lakukan? Para gadis itu melempar tatapan khawatir, terlebih Caterina telah berbohong pada Chloe. Caterina tersenyum. "Baiklah. Saya akan tunjukkan pada Miss." Ia berdiri. Rok yang sangat pendek itu bergoyang mengikuti irama pinggulnya saat melangkah. Dapat menggoda kaum pria. Caterina berhenti di salah satu lukisan yang tampak cantik dan menunjuknya. "Ini punya saya, Miss."
Chloe mengangkat satu alis. Dia menatap anak-anak lain dan menemukan satu gadis yang tampak kaget dan memasang wajah tidak terima, tapi tak berani untuk berbicara, namanya Clara. Tentu saja, gadis surai hijau itu pasti takut dijadikan target Caterina jika dia berani melawan. Chloe menghela napas. "Miss tadi lihat, karya ini dikumpulkan oleh Clara. Bukankah lukisan cantik itu milik Clara, Caterina?"
"Bukan, Miss. Saya hanya menyuruhnya untuk mengumpulkan karya saya. Aslinya, dia yang tidak bekerja," tuduh Caterina. Ia melirik Clara dengan tatapan tajam saat gadis itu hendak bersuara.
"Begitu? Ternyata Caterina bisa melukis, ya, padahal kemarin Miss sempat mendengar kalau kamu tidak suka melukis dan keberatan dengan tugas yang Miss berikan." Chloe menghela napas. Ia tahu Caterina berbohong, tapi jika Chloe salah langkah maka yang jadi korban adalah Clara. "Clara, apa benar lukisan ini milik Caterina dan bukan punya kamu? Miss tahu kamu pintar melukis dan Miss sudah sering melihat karya menakjubkanmu."
Chloe perlu jawaban berani Clara untuk bisa melawan Caterina. Jika Clara menjawab dengan lantang maka gadis surai hijau itu pasti siap untuk menentang penindasan yang akan dilakukan Caterina dan teman-temannya.
"Miss ...." Clara menelan ludah. Ia takut. Dia tidak mau ditindas oleh Caterina dan teman-temannya. Namun, ia tidak mau karya yang susah payah dibuat malah diakui sebagai karya orang lain. Clara gemetar, tapi saat ia melihat Chloe dan mendapati guru itu mengangguk yakin. Clara langsung mendongak dan berkata, "Miss, itu lukisan saya. Anda bisa melihat garis kuas, sketsa, dan bentuk yang merupakan ciri khas saya," katanya gemetar. "Saya juga telah menandatangani dan menulis nama saya di lukisan itu."
Chloe mengangguk. "Tentu saja. Seorang pelukis pasti punya ciri khasnya masing-masing." Ia menatap Caterina. "Bagaimana ini, Caterina? Clara mengaku lukisan itu milik dia, bahkan dia pun menandatangani lukisan dan menulis namanya juga."
Caterina tertawa, dia melirik Clara tajam membuat gadis itu gemetar. Ia lalu menatap Chloe. "Miss percaya apa yang dikatakan pengecut itu?"
"Tentu saja."
"Miss menuduhku? Bagaimana jika dia membawa lukisan itu ke depan dia pun juga menandatangani lukisan itu agar diakui sebagai karyanya?" tanya Caterina.
Cara bicara anak ini mulai tidak sopan. Dia sudah terpancing, ya, batin Chloe. Ia mengangguk. "Miss sudah melihat banyak karya Clara. Miss mengenal ciri khasnya dan tahu dia suka sekali melukis."
"Miss tidak bisa menjadikan itu bukti dan menuduhku," kata Caterina. "Bisa jadi Clara berbohong, bukan?"
"Aku tidak bohong!" sahut Clara cepat.
Chloe menggeleng. Tidak habis pikir dengan tindakan Caterina. Apa susahnya jujur? Chloe bisa membantu jika memang tugasnya ini menyulitkan. "Jika benar ini karya Caterina, kamu harus menunjukkan pada Miss apa makna dari lukisan itu."
"Apa?" Caterina mengernyit. "Miss tidak percaya padaku?"
"Miss sudah mengatakannya secara tidak langsung dari awal, Miss lebih percaya pada Clara."
Caterina tertawa. Ia menatap Chloe dengan pandangan angkuh, bahkan berjalan mendekati sang gadis. "Bukankah berbahaya kau bersikap seperti ini padaku? Apa kau tidak tahu? Aku adalah tunangan Yang Mulia Kaisar Gavier. Apa yang akan terjadi padamu jika dia tahu Miss Chloe memperlakukanku seperti ini? Jangan gegabah, Miss. Yang Mulia Kaisar ada di sekolah ini. Aku bisa melaporkan hal ini padanya nanti."
Chloe menghela napas. Penguasa dunia itu menjadikan anak tukang bully dan suka berbohong sebagai kandidat ratu? Chloe makin tidak percaya. Namun, jujur saja, dia merasa agak terganggu dengan rumor itu. Chloe berkata, "Caterina, apa pun gelar yang kamu dapat, saat kamu masuk ke kelas Miss maka kamu hanya seorang siswa biasa, bahkan saat kamu keluar dari sekolah ini pun kamu tetap seorang siswa bagi Miss." Chloe menghela napas lagi. "Sekarang, jelaskan makna lukisan itu jika memang itu lukisan buatan kamu."
Caterina berdecak. Dia melirik lukisan wanita yang berdiri di tengah padang rumput sambil memeluk awan berbentuk manusia. Apa artinya itu? Caterina melirik teman-temannya, memberi kode untuk mereka untuk keluar.
"Sudahlah, Miss. Aku tidak peduli dengan tugas yang Miss berikan!" Caterina melangkah ke arah pintu diikuti teman-temannya. Ia keluar dari kelas begitu saja.
Chloe menggeleng. Ia tidak mungkin keluar mengejar Caterina dan meninggalkan kelas begitu saja. Chloe tersenyum dan berkata, "Biarkan saja dia. Ayo kita lanjutkan pelajaran."
"Baik, Miss."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro