Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

꒰𖡄꒱ Malam Yang Panjang

Sutan menatap ke luar jendela mobil. Melihat air mengalir di kaca menutupi pemandangan gelap di luar. Ia bersandar. Rasa lelah menyerang. Dia mulai tidak nyaman dengan pakaian basah yang terasa lengket di tubuhnya. Untung saja, gaun yang Sutan kenakan tertutup kecuali di bagian leher. Sutan melirik Gojo yang fokus menyetir. Lalu melihat pakaian Sang Pria. Tubuh atletis itu masih tercetak di kemeja putih. Perut dan dada bidang. Berapa lama pria ini membentuk badan kekar yang indah itu? Sutan menggeleng. Menghapus pikirannya.

"Sutan," panggil Gojo. Tetap fokus melihat jalanan.

"Hm? Kenapa?" balas Sutan.

"Cari makan, yuk," ajak Gojo ceria.

Sutan mengerjap. "Gojo-san, aku rasa sulit mencari kedai atau restoran sekarang karena hujan. Lalu ... pakaian kita juga masih basah."

"Tidak masalah. Aku bisa mengurus itu. Bagaimana? Apa kau mau?" tanya Gojo lagi. Ia tampak memaksa.

Sutan diam sebentar. Masih bertanya-tanya apa rencana pria ini. Namun, karena ia pun mulai lapar. Sutan langsung mengangguk. "Baiklah."

"Kalau begitu kita ke toko baju dulu." Gojo memutar setir ke kanan. Memasuki gedung besar yang tampak ramai.

Hm? Apa dia bilang? batin Sutan. Tampak sangat kaget.

🕊 ˚✧ ₊˚ʚ

Sebenarnya ... ada apa ini? batin Sutan. Ia terkejut ketika diseret Gojo menuju salah satu butik di mal XX. Sekarang, pria itu menyuruhnya duduk untuk menunggu seseorang yang akan membantunya memilih baju.

"Aku ada di ruangan itu," kata Gojo sambil menunjuk pintu berwarna hitam. Dia langsung melangkah tanpa menunggu jawaban Sutan.

Tidak lama kemudian, seorang wanita yang tampak berumur 40-an datang dan membungkuk pada Sutan. Ia berkata, "Nona, Tuan Gojo meminta saya untuk membantu Anda memilih pakaian. Silakan ikut saya."

Sutan mengangguk. Ia berdiri dan mengikuti wanita tua itu. Berjalan tepat di belakangnya. Ibu itu membuka sebuah pintu berwarna cokelat. Sutan langsung disambut berbagai macam pakaian perempuan untuk remaja dan dewasa.

"Silakan Anda masuk ke ruangan itu dan melepas pakaian Anda. Saya akan membawakan beberapa baju untuk dicoba," kata wanita tua itu ramah sambil menuntun Sutan menuju ruang ganti. Ia juga memberikan handuk pada Sutan.

"Baik, terima kasih." Sutan mengangguk sambil tersenyum dan menerima handuk itu. Lantas memasuki ruangan yang agak besar. Ketika ia sudah sendirian, Sutan langsung membuang napas panjang.

Aku berusaha keras terlihat tenang di depan orang lain, tapi ... apa-apaan skala ini? Toko ini butik yang terkenal itu, bukan? batin Sutan. Ia tidak menyangka Gojo akan membawanya dengan mudah ke tempat terkenal yang diincar banyak orang. Pria itu dilayani seolah dia adalah pemilik tempat ini.

Apa jangan-jangan memang dia yang punya tempat ini? batin Sutan lagi sambil melepas gaunnya. Ia tahu Gojo orang kaya, tapi tidak menyangka skala yang besar ini. Sekarang, seluruh pakaian sudah lepas dari tubuhnya dan ditutupi dengan handuk.

"Nona, ini pakaian untuk Anda. Ada pakaian dalam juga. Silakan dicoba," kata wanita tua itu dari luar.

Sutan buru-buru membuka pintu sedikit dan menerima pakaian itu. "Terima kasih," katanya. Lalu menutup pintu.

🕊 ˚✧ ₊˚ʚ

Sesungguhnya, Sutan belum pulih dari rasa kaget karena diseret ke butik yang terkenal dan mencoba beberapa gaun santai yang berkualitas dan mahal. Namun sekarang, di tempat incaran banyak orang ini. Datang dua orang hair stylist untuk mengeringkan rambut Sutan dan hendak menatanya.

"Rambut Nona cantik sekali. Apa rambut Anda memang model wavy?" tanya stylist perempuan itu.

"Iya, rambut saya memang begini sejak lahir." Sutan tersenyum. Ia ingin mengangguk, tapi takut mengganggu pekerjaan penata rambut itu.

"Benarkah? Anda beruntung sekali! Saya jarang menemui orang yang rambutnya wavy dengan curtain bangs tanpa ditata seperti ini! Biasanya, para wanita datang kepada saya untuk menata rambut dengan model rambut Anda."

"Begitu, ya. Saya bersyukur kalau begitu," jawab Sutan ramah. Sejujurnya ia ingin semua ini cepat berakhir. Setelah memilih banyak baju yang pilihannya jatuh pada gaun polos berwarna biru gelap dengan bagian dada menyilang-seperti bagian atas kimono- sedikit memperlihatkan tulang selangka Sutan hingga leher. Ia lelah dan lapar. Tidak menyangka untuk makan pun, dia harus melewati persiapan ini. Setelah duduk beberapa menit. Akhirnya rambut Sutan sudah kering. Stylist itu hanya merapikan rambut Sang Gadis dan membiarkannya digerai karena malam hujan dan dingin.

"Terima kasih atas kerja keras kalian," kata Sutan ramah kepada dua stylist itu. Mereka mengangguk dan tersenyum puas.

"Nona," panggil Sang Wanita Tua.

Sutan berbalik. Menatap wanita itu yang sedang mengulurkan mantel panjang berwarna hitam. Sutan menerima itu karena Sang Wanita Tua berkata Gojo menyuruhnya untuk memakai mantel itu karena cuaca agak dingin.

"Ah, omong-omong... bagaimana dengan dress hitam saya?" tanya Sutan kepada wanita itu.

"Saya akan mengirimnya besok ke rumah Anda. Jadi, Anda tidak perlu khawatir dan nikmati waktu Anda bersama Tuan Gojo." Wanita tua itu membungkuk.

"Baiklah." Sutan mengangguk. Lantas melangkah ke arah pintu. Saat tangannya hendak mencapai kenop, pintu itu langsung terbuka. Memperlihatkan Gojo yang sudah rapi dengan setelan jas berwarna biru gelap dan mantel hitam panjang.

Pakaiannya ... senada dengan dress-ku, batin Sutan. Ia dapat mendengar pekikan tertahan di belakangnya. Itu pasti berasal dari para pelayan dan stylist itu. Yah, tentu saja. Gojo di hadapannya sekarang ... tampan sekali dengan rambut yang agak berantakan dan kacamata hitam.

"Sudah selesai?" tanya Gojo. Melihat Sutan mengangguk membuat Gojo tersenyum. "Baiklah, ayo pergi." la menarik tangan Sutan. Menyeret gadis itu keluar butik.

"Aku sejujurnya masih agak syok," kata Sutan. Ia dan Gojo tengah berjalan menuju restoran yang kata Sang Pria ada di area sini.

"Ha? Kaget kenapa?" tanya Gojo.

"Apa Gojo-san sering ke butik tadi?" tanya Sutan.

"Iya. Sebenarnya butik tadi cuma cabangnya saja, sih. Aku mau mengajakmu ke butik utamanya, tapi karena terlalu jauh. Jadi, aku hanya membawamu ke sini." Gojo memasukkan tangannya ke saku mantel. "Apa mereka memperlakukanmu dengan buruk?"

"Tidak. Sama sekali tidak. Mereka memperlakukanku dengan sangat baik." Sutan menggeleng. la makin kaget saja. Aku memasuki dunia orang kaya yang sebenarnya, batin Sutan.

Gojo memperhatikan wajah Sutan. Gadis itu tampak agak pucat. Sang Pria berkata, "Kau tidak perlu khawatir, aku yang membayar semua itu."

"Iya, aku tahu. Kalau aku yang akan membayar semuanya, aku pasti menolak dan pulang ke rumah," kata Sutan cepat. Ia memang terlahir dari keluarga kaya, tapi level Gojo jauh berbeda ke atas, ibarat keluarga Sutan adalah bangsawan terkenal dan Gojo adalah seorang Kaisar.

"Ah." Ekspresi Gojo tampak agak kaget. Dia salah membaca raut wajah Sang Gadis ternyata. Apa dia sakit? batin Gojo. Pria ini, meski pintar dan bisa segalanya, dia kurang peka dengan reaksi orang lain. "Hei, Sutan. Apa kau sa-"

"Apa itu restoran yang kau bilang, Gojo-san?" tanya Sutan sambil menunjuk sebuah restoran mewah.

Gojo mengalihkan pandangan dari Sutan, lalu mengangguk. "Iya. Ayo cepat masuk."

🕊 ˚✧ ₊˚ʚ

"Terima kasih karena sudah memberiku tumpangan, ya, Sutan," ucap Gojo ceria. Sekarang, ia tengah merangkul Nanami-yang datang untuk memberi tahu Gojo bahwa ada rapat. Mereka sudah berada di area parkiran mobil setelah melewati makan malam.

"Aku yang harusnya berterima kasih. Terima kasih, ya, Gojo-san." Sutan tersenyum.

Nanami sedikit bingung melihat pakaian Gojo dan Sutan tampak serasi. Apa yang terjadi selama dia pergi meninggalkan atasannya karena urusan pekerjaan? Apa Gojo membuat kerusuhan dengan memaksa gadis yang tidak tahu apa-apa ini?

"Kalau begitu aku pergi dulu, ya. Sampai jumpa Gojo-san, Nanami-san." Sutan membungkuk sedikit, lalu melambai sambil melangkah ke mobil SUV putih.

"Dadaah, Sutaaan!" balas Gojo ceria sambil melambai tinggi-tinggi.

Setelah mobil SUV putih itu pergi meninggalkan area parkir. Gojo langsung melepas rangkulannya pada Nanami dan memasang ekspresi serius. Ia agak melonggarkan dasi yang sedikit mencekiknya. "Rapat apa yang harus kuhadiri, Nanami?" tanya Gojo. "Aku akhirnya bisa bersama Sutan, tapi karena Nanami-"

"Jangan menyalahkan saya. Memangnya saya akan datang mengganggu Anda kalau ini bukan hal mendesak?" balas Nanami datar.

Gojo langsung cemberut. "Jadi, kenapa?"

"Ini pertemuan pribadi dengan Tuan Akashi. Ia ingin melanjutkan pembicaraan mengenai kerja sama yang sempat dibahas beberapa hari lalu."

"Oh, baiklah." Gojo beranjak duluan. "Nanami yang mengemudi, ya?"

⊱ ────── {𖡄} ───── ⊰

Cowo tunggal kaya raya 😭😭😭

Ann White Flo.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro